Senin, 26 September 2016

Mereka Yang Menyepi dan Bertahan


Di manakah Bilal bin Rabah, Ummu Salamah, dan sederet nama besar sahabat Nabi lain yang "hilang" ketika perselisihan besar Perang Jamal dan Perang Shiffin?
Kalau kita cermati kitab-kitab tarikh dan sirah, nama mereka seperti dihapus-atau tepatnya, mereka menghapus namanya sendiri dari kekacauan yang timbul akibat politik, kekuasaan, dan nafsu.
Para sahabat besar: Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Ammar bin Yasir, bahkan Ali bin Abi Thalib sendiri mesti gugur karena konflik berkepanjangan, dan di antara mereka, ada segolongan orang yang disebut murjiyat.
Mereka orang-orang yang menyadari fitnahnya. Yang berjalan ketika yang lain berlari.
Yang terdiam ketika yang lain berjalan, dan yang duduk ketika yang lain berdiri, dan seperti yang sudah-sudah, itu didasari dengan: "Aku melihat fitnah turun dari sela atap rumahmu," kata Rasulullah.
"Seperti air hujan...."Katanya lagi.
Mereka orang-orang yang tidak bisa dipaksa bergerak dengan dalil, "antum mau masuk surga sendirian?"
Atau, "Medan jihad memanggil!"
Karena bagi mereka, pertempuran politik, perseteruan sesama muslim, hanya tinggal menjadi tumpukan mayat-mayat korban jiwa, dan kita sebut itu: korban politik.
Korban, dari hasrat menguasai satu kepada yang lain. Korban dari, keinginan tampil dan mendapatkan pengikut di muka umum. Saksikan, betapa Perang Shiffin merenggut 90.000 muslim.
Betapa Karbala merenggut cucu Rasulullah dan 140 keturunan Ahlul Bait lain.
Maka kita saksikan, Bilal bin Rabah menghabiskan waktunya dengan tenang di Basrah. Anas bin Malik, hingga berumur 103 tahun, tinggal mendidik generasi baru.
Ummu Salamah, menghabiskan hari tuanya mengasuh anak seorang khadimatnya, yang kelak menjadi ulama besar: Hasan Bashri.
Bahkan beberapa sahabat Anshar; mereka menepis dunia, harta, dan jabatan. Setelah jelas fitnah bagi mereka, maka mereka menepi ke lembah-lembah sepi dan menggembala kambing sebagaimana orang yang gharib.
"Kau mau masuk surga sendirian?"
"Kau mau menanggung dosaku, yang timbul akibat ini?"
Ada orang-orang, yang ketika ikut campur urusan harakah, politik, dan perebutan kekuasaan: maka neraka mendekat kepadanya seperti ombak di pesisir yang meriap mengejar kaki-kaki kecil yang berlari.
Allahumma, shalli 'ala Muhammad, wahai Nabi, aku menyaksikan, betapa keghariban ini, sakit: sekaligus indah sekali.