Sabtu, 31 Maret 2012

Fatwa tentang Pemilu

Berikut ini adalah fatwa Syaikh Fauzan tentang hukum pemilu dan demonstrasi yang kami ambil dari www.mimbarislami.or.id. Fatwa ini merupakan salah satu dari beberapa fatwa beliau yang berkenaan dengan pemilu. Salah satu ormas Islam dan beberapa hizby lainnya bahkan mengambil fatwa beberapa ulama salaf untuk mendukung keputusan mereka mengajak kaum muslimin untuk melakukan Pemilu. Yang dengan fatwa para ulama tersebut mereka mengambil sebagiannya jika memang bermanfaat dan membuangnya jika fatwa tersebut tidak menguntungkan bagi mereka. Seharusnya mereka mengambil fatwa dari para pendahulu mereka dari kelompok Ikhwanul Muslimin seperti Hasan Al-Banna, Sayyid Quthb, dll, supaya terlihat jelaslah siapa yang berada di atas manhaj salaf dan siapa yang diatas manhaj ikhwani. Allahu Musta’an.

================================

Segala puji hanyalah milik Allah Rabb semesta alam. Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad dan seluruh keluarga serta para shahabatnya. Amma ba’du; telah banyak pertanyaan (kepadaku) seputar hukum pemilu dan demonstrasi ditinjau bahwa keduanya adalah perkara baru dan diadopsi dari selain muslimin. Maka saya katakan, dan hanya kepada Allah saja saya memohon taufik;

Adapun (tentang) pemilu maka hukumnya sesuai rincian berikut;
Pertama; Apabila ummat Islam perlu memilih seorang imam besar (seperti pemimpin negara –pentj), sesungguhnya hal ini disyariatkan dengan syarat yang memilihnya adalah ahlul hal wal ‘aqd (para ulama dan cendikia) yang ada pada ummat. Sedangkan selain mereka cukup menyerahkan tanggung jawab ini kepada mereka. Sebagaimana hal ini pernah terjadi pada masa shahabat Rhadiyallahu ‘Anhum ketika ahlul hal wal ‘aqd (ulama dan cendikia) mereka memilih Abu Bakr Ash-Shiddiq Rhadiyallahu ‘Anhu dan membai’atnya (mengambil sumpahnya), maka wajib bagi seluruh ummat untuk membai’atnya. Dan seperti ketika Umar bin Khattab Rhadiyallahu ‘Anhu menunjuk enam orang dari sepuluh orang yang dipersaksikan sebagai penghuni surga untuk memilih pemimpin sepeninggalannya, sehingga keenam orang shahabat tersebut memilih Utsman bin Affan Rhadiyallahu ‘Anhu dan membai’atnya sehingga wajiblah seluruh ummat turut membai’atnya.
Kedua; Wilayah kekuasaan yang terbatas, sesungguhnya penunjukan (seorang pemimpin) padanya adalah diantara peran waliyul’amr (pemimpin negara), dengan memilih untuk posisi tersebut orang-orang yang ahli dan amanah dan membantunya dalam kepemimpinannya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman;

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil”. (QS. An-Nisaa’ : 58)

Ayat ini ditujukan kepada waliyul’amr sedangkan amanat yang dimaksud adalah jabatan pada sebuah negara yang Allah jadikan sebagai amanah pada diri waliyul’amr sedangkan yang dimaksud dengan menyampaikannya adalah memilih orang yang ahli dan amanah pada bidangnya. Seperti Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan Khulafaur Rasyidin dan setiap waliyul’amr di tengah-tengah kaum muslimin sepeninggalan mereka memilih untuk mengisi jabatan-jabatan (pada suatu negeri) orang-orang yang ahli di bidangnya dan menunaikannya sesuai syariat.
Adapun pemilu yang kita kenal pada dewasa ini yang ada pada banyak negara-negara, hal ini bukan termasuk aturan yang islami. Dia rentan kekacauan dan tendensi-tendensi pribadi dan sifat tamak dan dapat menimbulkan fitnah-fitnah, pertumpahan darah dan apa yang diharapkan justru tidak bisa tercapai, bahkan pemilihan seperti ini menjadi lahan jual-beli (suara) dan janji-janji palsu.

Petunjuk Melamar dan Tips Memilih Pasangan Posted 19 October, 2009 by dr.Abu Hana


Pelamaran adalah semua perbuatan yang dilakukan yang bertujuan untuk melangsungkan pernikahan. Karenanya, sebelum terjun membicarakan tentang adab-adab melamar, maka ada baiknya jika kita menyebutkan beberapa dalil dari Al-Qur`an dan Sunnah yang menunjukkan keutamaan pernikahan yang sekaligus menunjukkan keutamaan melamar, karena tidak mungkin ada pernikahan kecuali didahului oleh proses pelamaran.
Ada beberapa dalil dari Al-Qur`an yang menunjukkan keutamaan pernikahan, di antaranya:
Surah Ar-Rum ayat 21.
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Rum: 21)
Surah Ar-Ra’d ayat 38.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِّن قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجاً وَذُرِّيَّةً وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَن يَأْتِيَ بِآيَةٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللّهِ لِكُلِّ أَجَلٍ كِتَابٌ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mu`jizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu)”. (QS. Ar-Ra’d: 38)
Surah Ali ‘Imran ayat 38.
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاء
“Di sanalah Zakariya mendo`a kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do`a”. (QS. Ali-‘Imran: 38)
Surah Al-Furqan ayat 54.
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاء بَشَراً فَجَعَلَهُ نَسَباً وَصِهْراً وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيراً
“Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa”. (QS. Al-Furqan: 54)
Adapun sabda Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, maka telah datang dari beberapa orang sahabat, di antaranya:
1. Hadits Anas bin Malik -radhiallahu ‘anhu-.
Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda kepada tiga orang sahabat yang mau memfokuskan untuk beribadah dan meninggalkan hal-hal yang dihalalkan, di antaranya adalah pernikahan:
“Barangsiapa yang membenci sunnahku maka bukan termasuk golonganku”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)
2. Hadits ‘Abdullah bin Mas’ud -radhiallahu ‘anhu-. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
“Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang sudah memiliki kemampuan maka hendaknya dia menikah, karena hal tersebut lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu maka hendaknya dia berpuasa karena puasa adalah benteng baginya”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)
Beberapa perkara penting sebelum pelamaran
Sebelum melakukan pelamaran, seorang lelaki hendaknya memperhatikan beberapa perkara berikut sebelum menentukan wanita mana yang hendak dia lamar. Hal ini selain berguna untuk melancarkan proses pelamaran nantinya, juga bisa mencegah terjadinya perkara-perkara yang tidak diinginkan antara kedua belah pihak.
Berikut penyebutan perkara-perkara tersebut:
1. Tidak boleh melamar wanita yang telah lebih dahulu dilamar oleh saudaranya sesama muslim.
Hal ini berdasarkan sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-:
“Tidak boleh seorang lelaki melamar di atas lamaran saudaranya”1.
Dalam sebuah riwayat:
“Kecuali jika pelamar pertama meninggalkan lamarannya atau dia (pelamar pertama) mengizinkan dirinya”2.
Batasan dari larangan ini adalah kapan diketahui bahwa pelamar pertama telah meridhoi (baca: setuju dengan) wanita tersebut dan demikian pula sebaliknya maka tidak boleh bagi orang lain untuk melamar wanita tersebut. Jika tidak diketahui hal itu atau bahkan diketahui bahwa salah satu pihak tidak meridhoi pihak lainnya maka boleh ketika itu orang lain untuk melamar wanita tersebut. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada sahabiyah Fathimah bintu Qois, tatkala dia sudah lepas dari ‘iddah thalaqnya, maka Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Abu Jahm bersamaan melamarnya3.
Catatan: Sebagian ulama membolehkan seseorang melamar wanita yang telah dilamar jika pelamar pertama adalah orang fasik atau ahli bid’ah, wallahu A’lam.
2. Hendaknya masing-masing baik pihak pria maupun wanita memperhatikan hal-hal berikut:
(a). Kesholehan. Hal ini berdasarkan hadits Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
“Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah wanita yang bagus agamanya”.
Karenanya, hendaknya dia memilih wanita yang taat kepada Allah dan bisa menjaga dirinya dan harta suaminya baik ketika suaminya hadir maupun tidak. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda tatkala beliau ditanya tentang wanita yang paling baik:
“Wanita yang taat jika disuruh, menyenangkan jika dilihat, serta yang menjaga dirinya dan harta suaminya”4.
Bahkan Allah -Ta’ala- berfirman:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّهُ وَاللاَّتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَ تَبْغُواْ عَلَيْهِنَّ سَبِيلاً إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلِيّاً كَبِيراً
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta`at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta`atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS. An-Nisa`: 34)
Qonitat, Sufyan Ats-Tsaury -rahimahullah- berkata, “Yakni wanita-wanita yang mentaati Allah dan mentaati suami-suami mereka”5.
Dan Imam Qotadah bin Di’amah berkata menafsirkan “hafizhotun …”,
“Wanita-wanita yang menjaga hak-hak Allah yang Allah bebankan atas mereka serta wanita-wanita yang menjaga (dirinya) ketika suaminya tidak ada di sisinya”6.
Karenanya pula dilarang menikah dengan orang yang yang tidak menjaga kehormatannya, yang jika pasangannya tidak ada di sisinya dia tidak bisa menjaga kehormatannya, semacam pezina (lelaki dan wanita) atau wanita yang memiliki PIL (pria idaman lain) dan sebaliknya. Imam Al-Hasan Al-Bashry -rahimahullah- berkata:
“Tidak halal bagi seorang muslim (untuk menikahi) al-musafahah7 dan dzati khadanin 8″9.
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash -radhiallahu ‘anhuma- berkata:
“Sesungguhnya Abu Martsad Al-Ghanawy -radhiallahu ‘anhu- datang menemui Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- meminta izin kepada beliau untuk menikahi seorang wanita pezina yang dulunya wanita itu adalah temannya saat jahiliyah yang bernama ‘Anaq. Maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- diam lalu turunlah firman Allah – Ta’ala-, ["Pezina wanita, tidak ada yang boleh menikahinya kecuali pezina laki-laki atau musyrik laki-laki"10]. Maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- memanggilnya lalu membacakan ayat itu kepadanya dan beliau bersabda, ["Jangan kamu nikahi dia"]11.
Demikian pula dibenci menikahi orang yang fasik atau ahli bid’ah, berdasarkan keumuman sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- dalam hadits Abu Hurairah di atas.
(b). Subur lagi penyayang, karenanya dibenci menikah dengan lelaki atau wanita yang mandul. Dari hadits Ma’qil bin Yasar -radhiallahu ‘anhu-, beliau berkata:
“Pernah datang seorang lelaki kepada Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- lalu berkata,”Saya menyenangi seorang wanita yang memiliki keturunan yang baik lagi cantik hanya saja dia tidak melahirkan (mandul), apakah saya boleh menikahinya?”, beliau menjawab, ["tidak boleh"]. Kemudian orang ini datang untuk kedua kalinya kepada beliau (menanyakan soal yang sama) maka beliau melarangnya. Kemudian dia datang untuk ketiga kalinya, maka beliau bersabda: ["Nikahilah wanita-wanita yang penyayang lagi subur, karena sesungguhnya saya berbangga dengan banyaknya jumlah kalian pada Hari Kiamat"]12.
An-Nasa`iy -rahimahullah- memberikan judul bab untuk hadits ini dengan ucapannya, “Bab: Makruhnya menikahi orang yang mandul”.
(c). Hendaknya memilih wanita yang masih perawan. Hal ini berdasarkan Jabir bin ‘Abdillah -radhiallahu ‘anhu- bahwasanya Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bertanya kepadanya, “Wanita apa yang kamu nikahi?”, maka dia menjawab, “Saya menikahi seorang janda”, maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
“Tidakkah kamu menikahi wanita yang perawan?! yang kamu bisa bermain dengannya dan dia bisa bermain denganmu?!”13.
d. ???
3. Hendaknya wali dari seorang wanita menikahkan walinya dengan lelaki yang sebaya dengannya, maka janganlah dia menikahkan wanita yang masih muda dengan lelaki yang sudah berumur. Dari Buraidah ibnul Hushoib -radhiallahu ‘anhu- beliau berkata, “Abu Bakr dan ‘Umar -radhiallahu ‘anhuma- pernah melamar Fathimah (anak Nabi), maka Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
“Sesungguhnya dia masih muda”.
Kemudian Fathimah dilamar oleh ‘Ali maka beliau (Nabi) menikahkannya”14.
4. Boleh bagi seorang lelaki untuk menawarkan putrinya atau saudarinya atau wanita yang ada di bawah perwaliannya kepada seorang lelaki yang sholih.
Akan datang keterangannya di awal bab setelah ini.
5. Hendaknya wali seorang wanita menikahkan wanita yang dia wakili dengan lelaki yang baik dan tampan, dan dia tidak menikahkannya dengan orang yang jelek kecuali dengan seizin wanita tersebut. Imam Ibnul Jauzy -rahimahullah- berkata,
“Disunnahkan bagi orang yang akan menikahkan putrinya untuk mencari pemuda yang indah rupanya, karena wanita juga menyenangi apa yang disenangi oleh lelaki (berupa keindahan wajahpent.)” 15.
Demikian pula dia jangan menikahkan putrinya kepada orang yang diduga kuat tidak akan memenuhi kewajibannya berupa memberi nafkah kepada keluarganya. Sebagaimana ketidaksetujuan Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- tatkala Fathimah bintu Qois dilamar oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan:
“Adapun Mu’awiyah, maka dia adalah lelaki yang sangat miskin lagi tidak mempunyai harta sama sekali”.
Demikian halnya jika yang melamar anaknya adalah seorang yang dianggap tidak baik pergaulannya dalam berkeluarga, sebagaimana komentar Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- terhadap Abu Jahm yang juga melamar Fathimah bintu Qois:
“Adapun Abu Jahm, maka dia adalah orang yang sering memukuli istrinya”16.
6.
(Sumber : www.al-atsariyyah.com versi pdf dan disusun kembali untuk http://kaahil.wordpress.com/)
Catatan :
1 HR. Al-Bukhary (3/373-Al-Fath)
2 HR. Al-Bukhary (3/373- Al-Fath) dari hadits Ibnu ‘Umar -radhiallahu ‘anhuma-
3 Kisahnya diriwayatkan oleh Imam Muslim (3/1114) dan (4/2261).
4 Hadits shohih riwayat Imam Ahmad (4/341).
5 Riwayat Ibnu Jarir dalam Tafsirnya (5/38) dengan sanad yang shohih.
6 Riwayat Ibnu Jarir dalam Tafsirnya (5/39) dengan sanad yang shohih.
7 Al-Musafahah adalah pezina wanita.
8 Dzatul Khadanin adalah wanita yang mempunyai pacar atau teman dekat (TTM).
9 Dikeluarkan oleh Sa’id bin Manshur dalam As-Sunan (5/8) dengan sanad yang shohih.
10 QS. An-Nur ayat 3
11 Diriwayatkan oleh Imam Empat kecuali Ibnu Majah dengan sanad yang hasan.
12 HR. Abu Daud (2050) dan An-Nasa`iy (6/65).
13 HR. Al-Bukhary (3/240) dan Muslim (2/1078)
14 HR. An-Nasa`iy (6/62) dengan sanad yang hasan.
15 Ahkamun Nisa` hal. 203. Dan telah diriwayatkan sebuah atsar dari ‘Umar bin Khoththob dalam masalah ini, hanya saja dalam sanadnya ada kelemahan.

16 Hadits ini dan sebelumnya dari hadits Fathimah bintu Qois riwayat Muslim (2/1114) dan (4/2261).

Jumat, 30 Maret 2012

Bantahan untuk kaum Jahmiyah asy'ariyah-Bagaimana memahami Kebersamaan Allah dengan makhlukNya?

Penulis : Al Ustadz Muhammad Umar as Sewed

Dalam memahami ayat-ayat tentang dekatnya Allah dengan makhluk-Nya, seringkali terjadi kesalahan pada kaum muslimin. Kebanyakan mereka mengira bahwa ayat-ayat tersebut bertentangan dengan dalil-dalil ‘uluw (tinggi)nya Allah di atas ‘Arsy-Nya. Seperti ayat-ayat yang menyatakan kebersamaan Allah سبحانه وتعالى dengan makhluk-Nya sebagai berikut:
...وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ....الحديد:4
…Dan Dia bersama kalian di mana saja kalian berada... (al-Hadiid: 4)

Juga ayat yang menyatakan dekatnya Allah dengan makhluk-Nya. Diantaranya Allah سبحانه وتعالى berfirman:
...وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ. ق: 16
… dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya. (Qaaf: 16)

Ayat-ayat yang menyatakan Allah sebagai ilah di bumi. Seperti Ucapan Allah سبحانه وتعالى:
وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي اْلأَرْضِ إِلَهٌ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ. الزخرف: 84
Dan Dialah ilah di langit dan ilah di bumi dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (az-Zukhruf: 84)

Ayat-ayat yang tersebut di atas dan yang semakna dengannya seringkali menyebabkan sebagian kaum muslimin keliru dalam memahaminya. Sebagian diantara mereka menyatakan “Allah ada di mana-mana”, “Allah di hati” atau “Allah menyatu dengan makhluk-Nya”, seperti ucapan Jahm bin Sofwan -pencetus aliran Jahmiyah:”Allah di segala sesuatu, bersama setiap sesuatu”. Hingga akhirnya mereka menentang sekian banyak ayat dan hadits yang menyatakan tingginya Allah di atas seluruh makhluk-Nya.

BANTAHAN DAN PENJELASANNYA
A. Kebersamaan (Ma'iyyah) Allah
Secara bahasa makna ma’iyyah (kebersamaan) tidak mesti bermakna bersatu dalam satu tempat, tetapi bermakna kebersamaan secara mutlak, apakah bersama-sama dalam satu amalan yang sama di tempat yang berbeda atau bersama dalam artian mengawasi atau memperhatikan dan lain-lain. Maka ma’iyyah Allah harus ditafsirkan sesuai dengan dlahir ayatnya masing-masing. (Lihat ucapan Syaikh Utsaimin dalam Qawa’idul Mutsla hal. 103).

Maka ayat-ayat tentang tentang kebersamaan Allah dengan makhluk-Nya, sama sekali tidak bertentangan dengan ayat-ayat yang menyatakan tingginya Dzat Allah di atas seluruh makhluk-Nya. Hal itu karena bagi Allah semuanya dekat, karena Allah Maha Besar, Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, bahkan mengetahui bisikan-bisikan yang masih ada dalam dada.

Kalau kita perhatikan lebih lanjut ayat-ayat di atas secara lengkap, akan terlihat kalau ayat-ayat tersebut berbicara tentang ilmu, pendengaran, penglihatan, atau dukungan dan pembelaan Allah سبحانه وتعالى. Diantaranya:
1. Kebersamaan dengan ilmu-Nya
Seperti Ucapan Allah سبحانه وتعالى:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ. الحديد: 4
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia beristiwa’ di atas 'arsy. Dia Maha Mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya; apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kalian di mana saja kalian berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan. (al-Hadiid: 4)

Imam Sufyan ats-Tsauri pernah ditanya tentang ayat di atas, maka beliau menjawab: “Dia bersama kalian yakni dengan ilmunya” (diriwayatkan oleh Baihaqi dengan sanad yang Hasan dalam kitab Asma’ wa sifat, hal. 341)

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: “Dlahir ayat ini menunjukkan bahwa makna ma’iyyah yang sesuai dengan konteksnya adalah memperhatikan, menyaksikan, menjaga, dan mengetahui tentang kalian. Inilah maksud perkataan salaf: ‘Bersama mereka dengan ilmu-Nya’. Dan ini adalah dlahir ayat dan hakikatnya (bukan ta’wil –pent.) (Majmu’ Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, juz V hal. 103)

Faedah lain dalam ayat ini adalah tidak adanya pertentangan antara tinggi (‘uluw)nya Allah di atas ‘Arsy dan kebersamaan (ma’iyyah)-Nya dengan makhluk-Nya, karena dalam ayat ini kedua-duanya disebutkan bersama-sama.

Berkata Ibnul Qayyim: “Dalam ayat ini Allah menghabarkan bahwa diri-Nya tinggi di atas ‘Arsy-Nya, dan sekaligus menyatakan bersama makhluk-Nya, melihat dan memperhatikan amalan mereka dari atas ‘Arsy-Nya. Seperti dalam hadits: (“Allah di atas ‘Arsy-Nya melihat apa yang kalian kerjakan”). Maka ‘uluw-Nya Allah tidak bertentangan dengan ma’iyyahnya; dan maiyahnya tidak membatalkan ‘uluwnya. Kedua-duanya adalah benar”. (Mukhtashar Shawa’iq al-Mursalah, hal. 410).

Demikian pula ayat berikut menunjukkan ilmu Allah:
مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلاَّ هُوَ رَابِعُهُمْ وَلاَ خَمْسَةٍ إِلاَّ هُوَ سَادِسُهُمْ وَلاَ أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلاَ أَكْثَرَ إِلاَّ هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا... المجادلة: 7
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tidak ada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tidak ada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (al-Mujadalah: 7)

2. Kebersamaan dengan makna mendengar dan melihat
Seperti dalam firman-Nya:
قَالَ لاَ تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى. طه: 46
Allah berfirman:"Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". (Thaha: 46)

Demikian pula ayat Allah:
قَالَ كَلاَّ فَاذْهَبَا بِآيَاتِنَا إِنَّا مَعَكُمْ مُسْتَمِعُون الشعراء: 15
Allah berfirman: "Jangan takut (mereka tidak akan dapat membunuhmu), maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami. Sesungguhnya Kami bersama kalian mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan). (asy-Syu’ara: 15)

3. Kebersamaan dengan makna dukungan dan pembelaan
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
فَلَا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ اْلأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ. محمد: 35
Janganlah kalian lemah dan minta damai padahal kalianlah yang di atas dan Allah pun bersama kalian. Dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amal kalian. (Muhammad: 35).

Dan juga ayat Allah:
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلاَئِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوا فَوْقَ اْلأَعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ. الأنفال: 12
(Ingatlah), ketika Rabb-mu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kalian. Maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir. Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.… (al-Anfaal: 12)

B. Kedekatan Allah
Demikian pula dengan ayat-ayat yang menunjukkan kedekatan Allah dengan makhluk-Nya, bermakna dekat dengan ilmunya, mendengarkan doa dan mengabulkannya atau bermakna malaikat-malaikat yang diperintahkan-Nya. Dengan tidak menafikan dekatnya Allah secara Dzat-Nya.
Walaupun kita meyakini tingginya Allah di atas ‘Arsy-Nya, tetapi bagi Allah semuanya dekat, karena besarnya Dzat Allah. Dunia dan seisinya serta langit di sisi-Nya tidak lebih seperti biji khardalah (partikel terkecil). Tentu saja secara Dzat-Nya Allah sangat dekat dengan hamba-Nya.

1. Dekat dengan makna Maha Mengetahui, Maha Mendengar do’a dan mengabulkan
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ. البقرة: 186
Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (al-Baqarah: 186)
Dan firman-Nya:
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ. هود: 61
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu ilah selain Dia. Dia telah menciptakan kalian dari bumi (tanah) dan menjadikan kalian pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Rabb-ku amat dekat lagi memperkenankan (do'a hamba-Nya)." (Huud: 61)

2. Dekat dengan makna para malaikat yang diperintahkan-Nya
Seperti firman-Nya
وَلَقَدْ خَلَقْنَا اْلإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ. ق: 16
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaaf: 16)
Syaikh Utsaimin menyatakan bahwa makna ‘dekat’ pada kalimat di atas adalah dengan para malaikat yang diperintahkan-Nya. Karena ini berkaitan dengan ayat selanjutnya:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ. ق: 18
Tidak ada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Qaaf: 18) (Lihat Qawa’idul Mutsla, Syaikh Utsaimin)
Demikian pula dalam firman-Nya:
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لاَ تُبْصِرُونَ. الواقعة: 85
Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat. (al-Waqiaah:85)
Makna ‘kedekatan’ dalam ayat ini adalah berkaitan dengan kematian ketika mendatangi seseorang. Maka yang dimaksud adalah para malaikat yang diperintahkan-Nya. Karena ayat sebelumnya membahas tentang kematian, yang tentunya Allah memerintahkan kepada malaikat pencabut nyawa. Jadi, yang dimaksud ‘dekat’ di sini adalah malaikat yang diperintahkan-Nya.

Dan sering dalam al-Qur'an disebutkan apa yang dilakukan oleh para malaikat dengan ‘kami’ karena mereka melakukan semua apa yang diperintahkan oleh Allah سبحانه وتعالى. Maka Allah nisbatkan apa yang mereka lakukan kepada diri-Nya. (Lihat Qawa’idul Mutsla, Syaikh Utsaimin, hal. 120)

C. Allah sebagai ilah di bumi
Adapun ayat-ayat yang menyatakan Allah sebagai ilah di bumi maka bermakna diibadahi di langit dan di bumi. Seperti ayat Allah سبحانه وتعالى:
وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي اْلأَرْضِ إِلَهٌ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ. الزخرف: 84
Dan Dialah ilah di langit dan ilah di bumi dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (az-Zukhruf: 84)
Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya yang shahih, bahwa Qatadah berkata tentang ayat ini: “Dialah yang diibadahi di langit dan di bumi”.

Adapun ayat lainnya dalam surat al-An’aam: 3:
وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَوَاتِ وَفِي اْلأَرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ. الأنعام: 3
Dan Dialah Allah di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian lahirkan; dan mengetahui apa yang kalian usahakan. (al-An’aam: 3)
Sebagian para ulama membacanya dengan waqaf (berhenti) pada kalimat “fis samaawati’, sehingga bermakna “Dialah Allah yang di langit”. Kemudian memulai membaca dari ‘fil ardli ya’lamu sirrakum…’ sehingga bermakna “Dan Dia di bumi maha Mengetahui apa yang kamu usahakan”.

Sedangkan sebagian yang lain membacanya dengan waqaf pada kalimat ‘fil ardli’, sehingga bermakna “Dialah Allah di langit dan di bumi”. Maka dengan bacaan kedua ini kita katakan seperti pada ayat di atas, bahwa Allah adalah sesembahan yang diibadahi oleh penduduk langit dan penduduk bumi. Hal ini sama sekali tidak menunjukkan Dzat Allah menyatu dengan makhluk atau berada di bumi bersama makhluk-Nya.
Wallahu a’lam

(Dikutip dari Bulletin Dakwah Manhaj Salaf, Edisi: 51/Th. II, 16 Muharram 1426 H/25 Februari 2005 M, penulis Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed, judul asli "Kebersamaan Allah Tidak Bertentangan dengan Ketinggian-Nya". Risalah Dakwah MANHAJ SALAF,

Tata Cara Mandi Wajib dan Wudhu-dkutip Dari Posting Abah Kanon Dudi dari Tulisan Abduh Tuasikal

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.

Tulisan kali ini adalah kelanjutan dari tulisan sebelumnya mengenai lima hal yang menyebabkan mandi wajib. Saat ini kami akan memaparkan serial kedua dari tiga serial secara keseluruhan tentang tata cara mandi wajib (al ghuslu). Semoga pembahasan kali ini bermanfaat.

Niat, Syarat Sahnya Mandi

Para ulama mengatakan bahwa di antara fungsi niat adalah untuk membedakan manakah yang menjadi kebiasaan dan manakah ibadah. Dalam hal mandi tentu saja mesti dibedakan dengan mandi biasa. Pembedanya adalah niat. Dalam hadits dari ‘Umar bin Al Khattab, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)

Rukun Mandi

Hakikat mandi adalah mengguyur seluruh badan dengan air, yaitu mengenai rambut dan kulit.

Inilah yang diterangkan dalam banyak hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya adalah hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang menceritakan tata cara mandi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جَسَدِهِ كُلِّهِ

“Kemudian beliau mengguyur air pada seluruh badannya.” (HR. An Nasa-i no. 247. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Penguatan makna dalam hadits ini menunjukkan bahwa ketika mandi beliau mengguyur air ke seluruh tubuh.”[1]

Dari Jubair bin Muth’im berkata, “Kami saling memperbincangkan tentang mandi janabah di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda,

أَمَّا أَنَا فَآخُذُ مِلْءَ كَفِّى ثَلاَثاً فَأَصُبُّ عَلَى رَأْسِى ثُمَّ أُفِيضُهُ بَعْدُ عَلَى سَائِرِ جَسَدِى

“Saya mengambil dua telapak tangan, tiga kali lalu saya siramkan pada kepalaku, kemudian saya tuangkan setelahnya pada semua tubuhku.” (HR. Ahmad 4/81. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim)

Dalil yang menunjukkan bahwa hanya mengguyur seluruh badan dengan air itu merupakan rukun (fardhu) mandi dan bukan selainnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah. Ia mengatakan,

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى امْرَأَةٌ أَشُدُّ ضَفْرَ رَأْسِى فَأَنْقُضُهُ لِغُسْلِ الْجَنَابَةِ قَالَ « لاَ إِنَّمَا يَكْفِيكِ أَنْ تَحْثِى عَلَى رَأْسِكِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ تُفِيضِينَ عَلَيْكِ الْمَاءَ فَتَطْهُرِينَ ».

“Saya berkata, wahai Rasulullah, aku seorang wanita yang mengepang rambut kepalaku, apakah aku harus membuka kepangku ketika mandi junub?” Beliau bersabda, “Jangan (kamu buka). Cukuplah kamu mengguyur air pada kepalamu tiga kali, kemudian guyurlah yang lainnya dengan air, maka kamu telah suci.” (HR. Muslim no. 330)

Dengan seseorang memenuhi rukun mandi ini, maka mandinya dianggap sah, asalkan disertai niat untuk mandi wajib (al ghuslu). Jadi seseorang yang mandi di pancuran atau shower dan air mengenai seluruh tubuhnya, maka mandinya sudah dianggap sah.

Adapun berkumur-kumur (madhmadhoh), memasukkan air dalam hidung (istinsyaq) dan menggosok-gosok badan (ad dalk) adalah perkara yang disunnahkan menurut mayoritas ulama.[2]

-Tata Cara Mandi yang Sempurna

Berikut kita akan melihat tata cara mandi yang disunnahkan. Apabila hal ini dilakukan, maka akan membuat mandi tadi lebih sempurna. Yang menjadi dalil dari bahasan ini adalah dua dalil yaitu hadits dari ‘Aisyah dan hadits dari Maimunah.

Hadits pertama:

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ، ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِى الْمَاءِ ، فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ، ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ

Dari ‘Aisyah, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Bukhari no. 248 dan Muslim no. 316)

Hadits kedua:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَتْ مَيْمُونَةُ وَضَعْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – مَاءً يَغْتَسِلُ بِهِ ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ ، فَغَسَلَهُمَا مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ ، فَغَسَلَ مَذَاكِيرَهُ ، ثُمَّ دَلَكَ يَدَهُ بِالأَرْضِ ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ ثُمَّ غَسَلَ رَأْسَهُ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ عَلَى جَسَدِهِ ، ثُمَّ تَنَحَّى مِنْ مَقَامِهِ فَغَسَلَ قَدَمَيْهِ

Dari Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Maimunah mengatakan, “Aku pernah menyediakan air mandi untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau menuangkan air pada kedua tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Lalu dengan tangan kanannya beliau menuangkan air pada telapak tangan kirinya, kemudian beliau mencuci kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh muka dan kedua tangannya. Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur seluruh badannya. Setelah itu beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua telapak kakinya (di tempat yang berbeda).” (HR. Bukhari no. 265 dan Muslim no. 317)

Dari dua hadits di atas, kita dapat merinci tata cara mandi yang disunnahkan sebagai berikut.

Pertama: Mencuci tangan terlebih dahulu sebanyak tiga kali sebelum tangan tersebut dimasukkan dalam bejana atau sebelum mandi.

Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah mengatakan, “Boleh jadi tujuan untuk mencuci tangan terlebih dahulu di sini adalah untuk membersihkan tangan dari kotoran … Juga boleh jadi tujuannya adalah karena mandi tersebut dilakukan setelah bangun tidur.”[3]

Kedua: Membersihkan kemaluan dan kotoran yang ada dengan tangan kiri.

Ketiga: Mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan dengan menggosokkan ke tanah atau dengan menggunakan sabun.

An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Disunnahkan bagi orang yang beristinja’ (membersihkan kotoran) dengan air, ketika selesai, hendaklah ia mencuci tangannya dengan debu atau semacam sabun, atau hendaklah ia menggosokkan tangannya ke tanah atau tembok untuk menghilangkan kotoran yang ada.”[4]

Keempat: Berwudhu dengan wudhu yang sempurna seperti ketika hendak shalat.

Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Adapun mendahulukan mencuci anggota wudhu ketika mandi itu tidaklah wajib. Cukup dengan seseorang mengguyur badan ke seluruh badan tanpa didahului dengan berwudhu, maka itu sudah disebut mandi (al ghuslu).”[5]


Untuk kaki ketika berwudhu, kapankah dicuci?

Jika kita melihat dari hadits Maimunah di atas, dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau membasuh anggota wudhunya dulu sampai membasuh kepala, lalu mengguyur air ke seluruh tubuh, sedangkan kaki dicuci terakhir. Namun hadits ‘Aisyah menerangkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu secara sempurna (sampai mencuci kaki), setelah itu beliau mengguyur air ke seluruh tubuh.

Dari dua hadits tersebut, para ulama akhirnya berselisih pendapat kapankah kaki itu dicuci. Yang tepat tentang masalah ini, dua cara yang disebut dalam hadits ‘Aisyah dan Maimunah bisa sama-sama digunakan. Yaitu kita bisa saja mandi dengan berwudhu secara sempurna terlebih dahulu, setelah itu kita mengguyur air ke seluruh tubuh, sebagaimana disebutkan dalam riwayat ‘Aisyah. Atau boleh jadi kita gunakan cara mandi dengan mulai berkumur-kumur, memasukkan air dalam hidup, mencuci wajah, mencuci kedua tangan, mencuci kepala, lalu mengguyur air ke seluruh tubuh, kemudian kaki dicuci terakhir.

Syaikh Abu Malik hafizhohullah mengatakan, “Tata cara mandi (apakah dengan cara yang disebut dalam hadits ‘Aisyah dan Maimunah) itu sama-sama boleh digunakan, dalam masalah ini ada kelapangan.”[6]

Kelima: Mengguyur air pada kepala sebanyak tiga kali hingga sampai ke pangkal rambut.

Keenam: Memulai mencuci kepala bagian kanan, lalu kepala bagian kiri.

Ketujuh: Menyela-nyela rambut.

Dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ غَسَلَ يَدَيْهِ ، وَتَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ اغْتَسَلَ ، ثُمَّ يُخَلِّلُ بِيَدِهِ شَعَرَهُ ، حَتَّى إِذَا ظَنَّ أَنْ قَدْ أَرْوَى بَشَرَتَهُ ، أَفَاضَ عَلَيْهِ الْمَاءَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ، ثُمَّ غَسَلَ سَائِرَ جَسَدِهِ

“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mandi junub, beliau mencuci tangannya dan berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Kemudian beliau mandi dengan menggosok-gosokkan tangannya ke rambut kepalanya hingga bila telah yakin merata mengenai dasar kulit kepalanya, beliau mengguyurkan air ke atasnya tiga kali. Lalu beliau membasuh badan lainnya.” (HR. Bukhari no. 272)

Juga ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,

كُنَّا إِذَا أَصَابَتْ إِحْدَانَا جَنَابَةٌ ، أَخَذَتْ بِيَدَيْهَا ثَلاَثًا فَوْقَ رَأْسِهَا ، ثُمَّ تَأْخُذُ بِيَدِهَا عَلَى شِقِّهَا الأَيْمَنِ ، وَبِيَدِهَا الأُخْرَى عَلَى شِقِّهَا الأَيْسَرِ

“Jika salah seorang dari kami mengalami junub, maka ia mengambil air dengan kedua tangannya dan disiramkan ke atas kepala, lalu mengambil air dengan tangannya dan disiramkan ke bagian tubuh sebelah kanan, lalu kembali mengambil air dengan tangannya yang lain dan menyiramkannya ke bagian tubuh sebelah kiri.” (HR. Bukhari no. 277)

Kedelapan: Mengguyur air pada seluruh badan dimulai dari sisi yang kanan setelah itu yang kiri.

Dalilnya adalah hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِى شَأْنِهِ كُلِّهِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mendahulukan yang kanan ketika memakai sendal, ketika bersisir, ketika bersuci dan dalam setiap perkara (yang baik-baik).” (HR. Bukhari no. 168 dan Muslim no. 268)

Mengguyur air ke seluruh tubuh di sini cukup sekali saja sebagaimana zhohir (tekstual) hadits yang membicarakan tentang mandi. Inilah salah satu pendapat dari madzhab Imam Ahmad dan dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.[7]


Bagaimanakah Tata Cara Mandi pada Wanita?

Tata cara mandi junub pada wanita sama dengan tata cara mandi yang diterangkan di atas sebagaimana telah diterangkan dalam hadits Ummu Salamah, “Saya berkata, wahai Rasulullah, aku seorang wanita yang mengepang rambut kepalaku, apakah aku harus membuka kepangku ketika mandi junub?” Beliau bersabda, “Jangan (kamu buka). Cukuplah kamu mengguyur air pada kepalamu tiga kali, kemudian guyurlah yang lainnya dengan air, maka kamu telah suci.” (HR. Muslim no. 330)

Untuk mandi karena haidh dan nifas, tata caranya sama dengan mandi junub namun ditambahkan dengan beberapa hal berikut ini:

Pertama: Menggunakan sabun dan pembersih lainnya beserta air.

Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,

أَنَّ أَسْمَاءَ سَأَلَتِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ غُسْلِ الْمَحِيضِ فَقَالَ « تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ. ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا ». فَقَالَتْ أَسْمَاءُ وَكَيْفَ تَطَهَّرُ بِهَا فَقَالَ « سُبْحَانَ اللَّهِ تَطَهَّرِينَ بِهَا ». فَقَالَتْ عَائِشَةُ كَأَنَّهَا تُخْفِى ذَلِكَ تَتَبَّعِينَ أَثَرَ الدَّمِ. وَسَأَلَتْهُ عَنْ غُسْلِ الْجَنَابَةِ فَقَالَ « تَأْخُذُ مَاءً فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ – أَوْ تُبْلِغُ الطُّهُورَ – ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تُفِيضُ عَلَيْهَا الْمَاءَ »

“Asma’ bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mandi wanita haidh. Maka beliau bersabda, “Salah seorang dari kalian hendaklah mengambil air dan daun bidara, lalu engkau bersuci, lalu membaguskan bersucinya. Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air pada kepalanya, lalu menggosok-gosoknya dengan keras hingga mencapai akar rambut kepalanya. Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air pada kepalanya tadi. Kemudian engkau mengambil kapas bermisik, lalu bersuci dengannya. Lalu Asma’ berkata, “Bagaimana dia dikatakan suci dengannya?” Beliau bersabda, “Subhanallah, bersucilah kamu dengannya.” Lalu Aisyah berkata -seakan-akan dia menutupi hal tersebut-, “Kamu sapu bekas-bekas darah haidh yang ada (dengan kapas tadi)”. Dan dia bertanya kepada beliau tentang mandi junub, maka beliau bersabda, ‘Hendaklah kamu mengambil air lalu bersuci dengan sebaik-baiknya bersuci, atau bersangat-sangat dalam bersuci kemudian kamu siramkan air pada kepala, lalu memijatnya hingga mencapai dasar kepalanya, kemudian mencurahkan air padanya’.” (HR. Bukhari no. 314 dan Muslim no. 332)

Kedua: Melepas kepangan sehingga air sampai ke pangkal rambut.

Dalil hal ini adalah hadits yang telah lewat,

ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ رَأْسِهَا

“Kemudian hendaklah kamu menyiramkan air pada kepalanya, lalu menggosok-gosoknya dengan keras hingga mencapai akar rambut kepalanya.” Dalil ini menunjukkan tidak cukup dengan hanya mengalirkan air seperti halnya mandi junub. Sedangkan mengenai mandi junub disebutkan,

ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تُفِيضُ عَلَيْهَا الْمَاءَ

“Kemudian kamu siramkan air pada kepala, lalu memijatnya hingga mencapai dasar kepalanya, kemudian mengguyurkan air padanya.”

Dalam mandi junub tidak disebutkan “menggosok-gosok dengan keras”. Hal ini menunjukkan bedanya mandi junub dan mandi karena haidh/nifas.

Ketiga: Ketika mandi sesuai masa haidh, seorang wanita disunnahkan membawa kapas atau potongan kain untuk mengusap tempat keluarnya darah guna menghilangkan sisa-sisanya. Selain itu, disunnahkan mengusap bekas darah pada kemaluan setelah mandi dengan minyak misk atau parfum lainnya. Hal ini dengan tujuan untuk menghilangkan bau yang tidak enak karena bekas darah haidh.


Perlukah Berwudhu Seusai Mandi?

Cukup kami bawakan dua riwayat tentang hal ini,

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ لاَ يَتَوَضَّأُ بَعْدَ الْغُسْلِ

Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berwudhu setelah selesai mandi.” (HR. Tirmidzi no. 107, An Nasai no. 252, Ibnu Majah no. 579, Ahmad 6/68. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Sebuah riwayat dari Ibnu ‘Umar,

سُئِلَ عَنِ الْوُضُوءِ بَعْدَ الْغُسْلِ؟ فَقَالَ:وَأَيُّ وُضُوءٍ أَعَمُّ مِنَ الْغُسْلِ؟

Beliau ditanya mengenai wudhu setelah mandi. Lalu beliau menjawab, “Lantas wudhu yang mana lagi yang lebih besar dari mandi?” (HR. Ibnu Abi Syaibah secara marfu’ dan mauquf[8])

Abu Bakr Ibnul ‘Arobi berkata, “Para ulama tidak berselisih pendapat bahwa wudhu telah masuk dalam mandi.” Ibnu Baththol juga telah menukil adanya ijma’ (kesepakatan ulama) dalam masalah ini.[9]

Penjelasan ini adalah sebagai alasan yang kuat bahwa jika seseorang sudah berniat untuk mandi wajib, lalu ia mengguyur seluruh badannya dengan air, maka setelah mandi ia tidak perlu berwudhu lagi, apalagi jika sebelum mandi ia sudah berwudhu.

Apakah Boleh Mengeringkan Badan dengan Handuk Setelah Mandi?

Di dalam hadits Maimunah disebutkan mengenai tata cara mandi, lalu diakhir hadits disebutkan,

فَنَاوَلْتُهُ ثَوْبًا فَلَمْ يَأْخُذْهُ ، فَانْطَلَقَ وَهْوَ يَنْفُضُ يَدَيْهِ

“Lalu aku sodorkan kain (sebagai pengering) tetapi beliau tidak mengambilnya, lalu beliau pergi dengan mengeringkan air dari badannya dengan tangannya” (HR. Bukhari no. 276). Berdasarkan hadits ini, sebagian ulama memakruhkan mengeringkan badan setelah mandi. Namun yang tepat, hadits tersebut bukanlah pendukung pendapat tersebut dengan beberapa alasan:

Perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu masih mengandung beberapa kemungkinan. Boleh jadi beliau tidak mengambil kain (handuk) tersebut karena alasan lainnya yang bukan maksud untuk memakruhkan mengeringkan badan ketika itu. Boleh jadi kain tersebut mungkin sobek atau beliau buru-buru saja karena ada urusan lainnya.
Hadits ini malah menunjukkan bahwa kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mengeringkan badan sehabis mandi. Seandainya bukan kebiasaan beliau, maka tentu saja beliau tidak dibawakan handuk ketika itu.
Mengeringkan air dengan tangan menunjukkan bahwa mengeringkan air dengan kain bukanlah makruh karena keduanya sama-sama mengeringkan.

Kesimpulannya, mengeringkan air dengan kain (handuk) tidaklah mengapa.[10]

Demikian pembahasan kami seputar mandi wajib (al ghuslu). Tata cara di atas juga berlaku untuk mandi yang sunnah yang akan kami jelaskan pada tulisan selanjutnya (serial ketiga atau terakhir).

Semoga bermanfaat. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Selesai susun di wisma MTI, 7 Jumadits Tsani 1431 H (20/05/2010)

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal



[1] Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 1/361, Darul Ma’rifah, 1379.

[2] Penjelasannya silakan lihat di Shahih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik, 1/173-174 dan 1/177-178, Al Maktabah At Taufiqiyah.

[3] Fathul Bari, 1/360.

[4] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 3/231, Dar Ihya’ At Turots Al ‘Arobi, 1392.

[5] Ad Daroril Mudhiyah Syarh Ad Duroril Bahiyyah, Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani, hal. 61, Darul ‘Aqidah, terbitan tahun 1425 H.

[6] Shahih Fiqh Sunnah, 1/175-176.

[7] Al Ikhtiyaarot Al Fiqhiyah li Syaikhil Islam Ibni Taimiyah, ‘Alauddin Abul Hasan ‘Ali bin Muhammad Al Ba’li Ad Dimasyqi Al Hambali, hal. 14, Mawqi’ Misykatul Islamiyah.

[8] Lihat Ad Daroril Mudhiyah, hal. 61

[9] Idem.

[10] Shahih Fiqh Sunnah, 1/181.
 

Tata Cara Tayyamum- Disalin dari: http://alghuroba.org/junub.php

TAYAMUM


Segala puji hanya kembali dan milik Allah Tabaroka wa Ta’ala, hidup kita, mati kita hanya untuk menghambakan diri kita kepada  Dzat yang tidak membutuhkan sesuatu apapun dari hambanya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulul Islam, Muhammad bin Abdillah shollallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga dan para sahabat beliau radhiyallahu ‘anhum.
Mungkin tidak jarang dari kita melihat sebagian dari saudara-saudara kita kalangan kaum muslimin yang masih asing dengan istilah tayammum atau pada sebagian lainnya hal ini tidak asing lagi akan tetapi belum mengetahui bagaimana tayammum yang Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam ajarkan serta yang diinginkan oleh syari’at kita. Maka penulis mengajak pembaca sekalian untuk meluangkan waktu barang 5 menit untuk bersama mempelajari hal ini sehingga ketika tiba waktunya untuk diamalkan sudah dapat beramal dengan ilmu.


Pengertian Tayammum

Kami mulai pembahasan ini dengan mengemukakan pengertian tayammum. Tayammum secara bahasa diartikan sebagai Al Qosdu (القَصْدُ) yang berarti maksud. Sedangkan secara istilah dalam syari’at adalah sebuah peribadatan kepada Allah berupa mengusap wajah dan kedua tangan dengan menggunakan sho’id yang bersih[1]. Sho’id adalah seluruh permukaan bumi yang dapat digunakan untuk bertayammum baik yang terdapat tanah di atasnya ataupun tidak[2].


Dalil Disyari’atkannya Tayammum

Tayammum disyari’atkan dalam islam berdasarkan dalil Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma’ (konsensus) kaum muslimin[3]. Adapun dalil dari Al Qur’an adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla,
وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ
“Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau berhubungan badan dengan perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan permukaan bumi yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu”. (QS. Al Maidah [5] : 6).
Adapun dalil dari As Sunnah adalah sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman rodhiyallahu ‘anhu,
« وَجُعِلَتْ تُرْبَتُهَا لَنَا طَهُورًا إِذَا لَمْ نَجِدِ الْمَاءَ »
“Dijadikan bagi kami (ummat Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi was sallam ) permukaan bumi sebagai thohur/sesuatu yang digunakan untuk besuci[4] (tayammum) jika kami tidak menjumpai air”.[5]


Media yang dapat Digunakan untuk Tayammum

Media yang dapat digunakan untuk bertayammum adalah seluruh permukaan bumi yang bersih baik itu berupa pasir, bebatuan, tanah yang berair, lembab ataupun kering. Hal ini berdasarkan hadits Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman rodhiyallahu ‘anhu di atas dan secara khusus,
جُعِلَتِ الأَرْضُ كُلُّهَا لِى وَلأُمَّتِى مَسْجِداً وَطَهُوراً
“Dijadikan (permukaan, pent.) bumi seluruhnya bagiku (Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam) dan ummatku sebagai tempat untuk sujud dan sesuatu yang digunakan untuk bersuci”.[6]
Jika ada orang yang mengatakan bukankah dalam sebuah hadits Hudzaifah ibnul Yaman[7] Nabi mengatakan tanah?! Maka kita katakan sebagaimana yang dikatakan oleh Ash Shon’ani rohimahullah,  
“Penyebutan sebagian anggota lafadz umum bukanlah pengkhususan”[8]. Hal ini merupakan pendapat Al Auzaa’i, Sufyan Ats Tsauri Imam Malik, Imam Abu Hanifah[9] demikian juga hal ini merupakan pendapat Al Amir Ashon’ani[10], Syaikh Al Albani[11], Syaikh Abullah Alu Bassaam[12] -rohimahumullah-, Syaikh DR. Sholeh bin Fauzan Al Fauzan[13] dan Syaikh DR. Abdul Adzim bin Badawiy Al Kholafiy hafidzahumallah[14].


Keadaan yang  Dapat Menyebabkan Seseorang Bersuci  dengan Tayammum

Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan Al Fauzan hafidzahullah menyebutkan beberapa keadaan yang dapat menyebabkan seseorang bersuci dengan tayammum,
  • Jika tidak ada air baik dalam keadaan safar/dalam perjalanan ataupun tidak[15].
  • Terdapat air (dalam jumlah terbatas pent.) bersamaan dengan adanya kebutuhan lain yang memerlukan air tersebut semisal untuk minum dan memasak.
    • Adanya kekhawatiran jika bersuci dengan air akan membahayakan badan atau semakin lama sembuh dari sakit.
    • Ketidakmapuan menggunakan air untuk berwudhu dikarenakan sakit dan tidak mampu bergerak untuk mengambil air wudhu dan tidak adanya orang yang mampu membantu untuk berwudhu bersamaan dengan kekhawatiran habisnya waktu sholat.
    • Khawatir kedinginan jika bersuci dengan air dan tidak adanya yang dapat menghangatkan air tersebut.

Tata Cara Tayammum Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam

Tata cara tayammum Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam dijelaskan hadits ‘Ammar bin Yasir rodhiyallahu ‘anhu,
بَعَثَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فِى حَاجَةٍ فَأَجْنَبْتُ ، فَلَمْ أَجِدِ الْمَاءَ ، فَتَمَرَّغْتُ فِى الصَّعِيدِ كَمَا تَمَرَّغُ الدَّابَّةُ ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ « إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ أَنْ تَصْنَعَ هَكَذَا » . فَضَرَبَ بِكَفِّهِ ضَرْبَةً عَلَى الأَرْضِ ثُمَّ نَفَضَهَا ، ثُمَّ مَسَحَ بِهَا ظَهْرَ كَفِّهِ بِشِمَالِهِ ، أَوْ ظَهْرَ شِمَالِهِ بِكَفِّهِ ، ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian aku mengalami junub dan aku tidak menemukan air. Maka aku berguling-guling di tanah sebagaimana layaknya hewan yang berguling-guling di tanah. Kemudian aku ceritakan hal tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam. Lantas beliau mengatakan, “Sesungguhnya cukuplah engkau melakukannya seperti ini”. Seraya beliau memukulkan telapak tangannya ke permukaan bumi sekali pukulan lalu meniupnya. Kemudian beliau mengusap punggung telapak tangan (kanan)nya dengan tangan kirinya dan mengusap punggung telapak tangan (kiri)nya dengan tangan kanannya, lalu beliau mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.[16]

Dan dalam salah satu lafadz riwayat Bukhori,
وَمَسَحَ وَجْهَهُ وَكَفَّيْهِ وَاحِدَةً
“Dan beliau mengusap wajahnya dan kedua telapak tangannya dengan sekali usapan”.

Berdasarkan hadits di atas kita dapat simpulkan bahwa tata cara tayammum beliau shallallahu ‘alaihi was sallam adalah sebagai berikut.
  • Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan bumi dengan sekali pukulan kemudian meniupnya.
  • Kemudian menyapu punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
  • Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan.
  • Semua usapan baik ketika mengusap telapak tangan dan wajah dilakukan sekali usapan saja.
  • Bagian tangan yang diusap adalah bagian telapak tangan sampai pergelangan tangan saja atau dengan kata lain tidak sampai siku seperti pada saat wudhu[17].
  • Tayammum dapat menghilangkan hadats besar semisal janabah, demikian juga untuk hadats kecil.
  • Tidak wajibnya urut/tertib dalam tayammum.


Pembatal Tayammum

Pembatal tayammum sebagaimana pembatal wudhu. Demikian juga tayammum tidak dibolehkan lagi apa bila telah ditemukan air bagi orang yang bertayammum karena ketidakadaan air dan telah adanya kemampuan menggunakan air atau tidak sakit lagi  bagi orang yang bertayammum karena ketidakmampuan menggunakan air[18]. Akan tetapi shalat atau ibadah lainnya[19] yang telah ia kerjakan sebelumnya sah dan tidak perlu mengulanginya. Hal ini berdasarkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu,
خَرَجَ رَجُلَانِ فِي سَفَرٍ ، فَحَضَرَتْ الصَّلَاةُ – وَلَيْسَ مَعَهُمَا مَاءٌ – فَتَيَمَّمَا صَعِيدًا طَيِّبًا ، فَصَلَّيَا ، ثُمَّ وَجَدَا الْمَاءَ فِي الْوَقْتِ ، فَأَعَادَ أَحَدُهُمَا الصَّلَاةَ وَالْوُضُوءَ ، وَلَمْ يُعِدْ الْآخَرُ ، ثُمَّ أَتَيَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَا ذَلِكَ لَهُ ، فَقَالَ لِلَّذِي لَمْ يُعِدْ : أَصَبْت السُّنَّةَ وَأَجْزَأَتْك صَلَاتُك وَقَالَ لِلْآخَرِ : لَك الْأَجْرُ مَرَّتَيْنِ
Dua orang lelaki keluar untuk safar. Kemudian tibalah waktu shalat dan tidak ada air di sekitar mereka. Kemudian keduanya bertayammum dengan permukaan bumi yang suci lalu keduanya shalat. Setelah itu keduanya menemukan air sedangkan saat itu masih dalam waktu yang dibolehkan shalat yang telah mereka kerjakan tadi. Lalu salah seorang dari mereka berwudhu dan mengulangi shalat sedangkan yang lainnya tidak mengulangi shalatnya. Keduanya lalu menemui Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam dan menceritakan yang mereka alami. Maka beliau shallallahu ‘alaihi was sallam mengatakan kepada orang yang tidak mengulang shalatnya, “Apa yang kamu lakukan telah sesuai dengan sunnah dan kamu telah mendapatkan pahala shalatmu”. Beliau mengatakan kepada yang mengulangi shalatnya,  “Untukmu dua pahala[20][21].
Juga hadits Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu,
الصَّعِيدُ وُضُوءُ الْمُسْلِمِ ، وَإِنْ لَمْ يَجِدْ الْمَاءَ عَشْرَ سِنِينَ.فَإِذَا وَجَدَ الْمَاءَ فَلْيَتَّقِ اللَّهَ وَلْيُمِسَّهُ بَشَرَتَهُ
“Seluruh permukaan bumi (tayammum) merupakan wudhu bagi seluruh muslim jika ia tidak menemukan air selama sepuluh tahun (kiasan bukan pembatasan angka)[22], apabila ia telah menemukannya hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dan menggunakannya sebagai alat untuk besuci”.[23]


Di Antara Hikmah Disyari’atkannya Tayammum

Sebagai penutup kami sampaikan hikmah dan tujuan disyari’atkannya tayyamum adalah untuk menyucikan diri kita dan agar kita bersyukur dengan syari’at ini serta tidaklah sama sekali untuk  memberatkan kita, sebagaimana akhir firman Allah dalam surat Al Maidah ayat 6,
مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak menyucikan kamu dan menyempurnakan nikmatNya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al Maidah: 6).
Abul Faroj Ibnul Jauziy rohimahullah mengatakan ada empat penafsiran ahli tafsir tentang nikmat apa yang Allah maksudkan dalam ayat ini,

Pertama, nikmat berupa diampuninya dosa-dosa[24].
Kedua, nikmat berupa hidayah kepada iman, sempurnanya agama, ini merupakan pendapat Ibnu Zaid rohimahullah.
Ketiga, nikmat berupa keringanan untuk tayammum, ini merupakan pendapat Maqotil dan Sulaiman.
Keempat, nikmat berupa penjelasan hukum syari’at, ini merupakan pendapat sebagian ahli tafsir[25].


Demikianlah akhir tulisan ini mudah-mudahan menjadi tambahan ‘amal bagi penulis dan tambahan ilmu bagi pembaca sekalian. Allahumma Amiin.

Di waktu Dhuha, Ahad 12 Dzulhijjah 1430 H.
Penulis: Aditya Budiman
Muroja’ah: M.A. Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
[1] Lihat Syarhul Mumti’ ‘ala Zaadil Mustaqni’ oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rohimahullah hal. 231/I, terbitan Al Kitabul ‘Alimiy, Beirut, Lebanon.
[2] Kami ringkas dengan penyesuaian redaksi dari Lisanul ‘Arob oleh Muhammad Al Mishriy rohimahullah hal. 251/III, terbitan Darush Shodir, Beirut, Lebanon.
[3] Sebagaimana dikatakan oleh An Nawawi Asy Syafi’i rohimahullah. [Lihat Al Minhaaj Syarh Shohih Muslim oleh An Nawawi rohimahullah hal. 279/IV cetakan Darul Ma’rifah, Beirut dengan tahqiq dari Syaikh Kholil Ma’mun Syihaa].
[4] Lihat Taudhihul Ahkam min Bulughil Maroom oleh Syaikh Abdullah Alu Bassaam rohimahullah hal. 412/I terbitan Maktabah Asaadiy, Mekkah, KSA.
[5] HR. Muslim no. 522.
[6] HR. Ahmad no. 22190, dinyatakan shohih lighoirihi oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam Ta’liq beliau untuk Musnad Imam Ahmad, terbitan Muasa’sah Qurthubah, Kairo, Mesir.
[7] Yang kami maksud adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,
« وَجُعِلَتْ تُرْبَتُهَا لَنَا طَهُورًا إِذَا لَمْ نَجِدِ الْمَاءَ »
Demikian juga hadits dari sahabat ‘Ali yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnadnya no. 774 dinyatakan Shohih oleh Syaikh Ahmad Syakir,
« وَجُعِلَ اَلتُّرَابُ لِي طَهُورًا »
[8] Lihat Subulus Salaam Al Mausulatu ilaa Bulughil Maroom oleh Al ‘Amir Ash Shon’ani rohimahullah hal. 354/I dengan tahqiq dari Syaikh Muhammad Shubhi Hasan Halaaq cetakan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh, KSA.
[9] Lihat Al Minhaaj Syarh Shohih Muslim hal. 280/IV.
[10] Lihat Subulus Salaam Al Mausulatu ilaa Bulughil Maroom hal. 351-352/I.
[11] Lihat Ats Tsamrul Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitaab oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rohimahullah hal. 31/I cetakan Ghiroos, Kuwait.
[12] Lihat Taudhihul Ahkam min Bulughil Maroom hal. 414/I.
[13] Lihat Al Mulakhoshul Fiqhiy hal. 38 oleh Syaikh DR. Sholeh bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan hafidzahullah cetakan Dar Ibnul Jauziy Riyadh.
[14] Lihat Al Wajiz fi Fiqhil Kitab was Sunnah oleh Syaikh DR. Abdul Adhim bin Badawiy Al Kholafiy hafidzahullah hal. 56 Dar Ibnu Rojab Kairo, Mesir.
[15] Asy Syaukani menambahkan keadaan yang dapat menyebabkan seseorang bersuci dengan tayammum dengan jauhnya air, kemudian beliau menambahkan batasan suatu jarak dikatakan tidak jauh dalam hal ini dengan adanya kemungkinan seseorang dapat mendapatkan air kemudian berwudhu dengannya dan dapat sholat pada waktunya. [lihat As Saylul Jaror oleh Asy Syaukani rohimahullah hal. 129/I, terbitan Darul Kutub ‘Ilmiyah, Beirut, Lebanon.] namun Syaikh Muhammad bin  Sholeh Al ‘Utsaimin mengatakan bahwa batasan dikatakan tidak jauh itu adalah urf/penilaian masyarakat [lihat Syarhul Mumti’ ‘ala Zaadil Mustaqni’ hal. 235/I ].
Tambahan dari editor,

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “….  Akan tetapi, mereka juga boleh cukup dengan tayamum jika memang harus memperoleh air yang tempatnya jauh. Mereka nanti bertayamum dan mengerjakan shalat di waktunya masing-masing. Namun yang lebih baik adalah melakukan jama’ suri seperti tadi dan tetap berwudhu dengan air, ini yang lebih afdhol (lebih utama). Walhamdulillah.”[ Majmu’ Al Fatawa, hal. 458/XXI.]

[16] HR. Bukhori no. 347, Muslim no. 368.
[17] Kami katakan demikian karena kemutlakan yang ada dalam ayat tayammum (وَأَيْدِيكُمْ ,”Dan sapulah tanganmu”. [QS. Al Maidah (5) : 6]) tidak bisa di dimuqoyyadkan dengan ayat wudhu (وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ, “Dan basuhlah tanganmu sampai dengan siku” [QS. Al Maidah (5) : 6]), karena hukum kedua masalah ini berbeda (yang satu masalah tayammum yang lainnya wudhu) walaupun sebabnya sama, hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rohimahullah dalam Syarh Nadzmul Waroqot hal. 123, terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh dan lihat juga Ma’alim Ushul Fiqh oleh Syaikh Muhammad Husain bin Hasan Al Jaizaniy, hal. 441,  terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh.
[18] Lihat Al Wajiz fi Fiqhil Kitab was Sunnah hal.56.
[19] Karena tayammum merupakan badal/pengganti dari wudhu. Sehingga apa yang dibolehkan dengan berwudhu dibolehkan juga dengan tayammum. [Lihat Subulus Salaam Al Mausulatu ilaa Bulughil Maroom hal. 360/I ].
[20] Yaitu satu pahala untuk sholat yang pertama dan satu pahala untuk sholat yang kedua. [Lihat Subulus Salaam Al Mausulatu ilaa Bulughil Maroom hal. 362/I, Taudhihul Ahkam min Bulughil Maroom hal. 426/I].
[21] HR. Abu Dawud no. 338, An Nasa’i no. 433. Dinyatakan shohih oleh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 3861.
[22] Lihat Taudhihul Ahkam min Bulughil Maroom hal. 422/I.
[23] HR. Ahmad no. 21408, Tirmidzi no. 124, Abu Dawud no. 333, An Nasa’i no. 420, dan lain-lain. Hadits ini dinyatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dan dinyatakan shohih lighoirihi oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth.
[24] Dalil tentang hal ini hadits Humroon tentang wudhunya Utsman bin Affan rodhiyallahu ‘anhu.
[25] Lihat Zaadul Masiir hal. 108, Asy Syamilah.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cara Mandi Junub Yang Benar
Maret 11, 2008 — sirbram


Mandi junub itu ialah mandi yang diwajibkan oleh agama Islam atas orang-orang mukalaf dari kalangan pria maupun wanita untuk membersihkan diri dari hadats besar. Dan menurut aturan Syari’at Islamiyah, mandi junub itu dinamakan mandi wajib dengan mengalirkan air ke seluruh bagian tubuh. Mandi junub ini adalah termasuk dari perkara syarat sahnya shalat kita, sehingga bila kita tidak mengerjakannya dengan cara yang benar maka mandi junub kita itu tidak dianggap sah sehingga kita masih belum lepas dari hadats besar. Akibatnya shalat kita dianggap tidak sah bila kita menunaikannya dalam keadaan belum bersih dari hadats besar dan kecil. Sedangkan mandi junub yang benar itu ialah mandi junub yang dilakukan dengan mengamalkan car-cara mandi junub yang diajarkan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam.

Beberapa keadaan yang diwajibkan untuk mandi junub :

Ada beberapa keadaan yang menyebabkan dia dianggap dalam keadaan berhadat besar sehingga diwajibkan dia untuk melepaskan diri darinya dengan mandi junub. Beberapa keadaan itu adalah sebagai berikut :
1. Keluarnya mani, apakah karena syahwat atau karena sebab yang lainnya. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam dalam sabda beliau sebagai berikut :
(tulis haditsnya di Syarah Shahih Muslim An Nawawi juz 4 hal. 30 hadits ke 81)
Dari Abi Sa’id Al Khudri dari Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam, bahwa beliau bersabda : “Hanyalah air itu (yakni mandi) adalah karena air pula (yakni karena keluar air mani”. HR. Muslim dalam Shahihnya.
Dalam menerangkan hadits ini Al Imam Abu Zakaria Muhyiddin bin Syaraf An Nawawi menyatakan : “Dan Ma’nanya ialah : Tidak wajib mandi dengan air, kecuali bila telah keluarnya air yang kental, yaitu mani”.
2. Berhubungan seks, baik keluar mani atau tidak keluar mani. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam dalam sabdanya sebagai berikut :
(tulis haditsnya di Fathul Bari Ibni Hajar jilid 1 hal. 395 hadits ke 291)
Dari Abi Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi sallallahu alaihi waalihi wasallam, bahwa beliau bersabda : “Apabila seorang pria telah duduk diantara empat bagian tubuh permpuan (yakni berhubungan seks) kemudian dia bersungguh-sungguh padanya (yakni memasukkan kemaluannya pada kemaluan perempuan itu), maka sungguh dia telah wajib mandi karenanya”. HR. Bukhari dalam Shahihnya.
3. Berhentinya haid dan nifas (Masalah ini akan dibahas insyaallah dalam rubrik kewanitaan).
4. Mati dalam keadaan Muslim, maka yang hidup wajib memandikannya. (Masalah ini akan dibahas insyaallah dalam topik pembahasan “cara memandikan jenazah”).

Cara menunaikan mandi junub :

Karena menunaikan mandi junub itu adalah termasuk ibadah kepada Allah Ta’ala, maka disamping harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah semata, juga harus pula dilaksanakan dengan cara dituntunkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam. Dalam hal ini terdapat beberapa riwayat yang memberitakan beberapa cara mandi junub tersebut. Riwayat-riwayat itu adalah sebagai berikut :
1. (tulis hadisnya dalam Sunan Abi Dawud jilid 1 hal. 63 hadits ke 249)
“Dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam telah bersabda : Barangsiapa yang meningggalkan bagian tubuh yang harus dialiri air dalam mandi janabat walaupun satu rambut untuk tidak dibasuh dengan air mandi itu, maka akan diperlakukan kepadadanya demikian dan demikian dari api neraka”. HR. Abu Dawud dalam Sunannya hadits ke 249 dan Ibnu Majah dalam Sunannya hadits ke 599. Dan Ibnu Hajar Al Asqalani menshahihkan hadits ini dalam Talkhishul Habir jilid 1 halaman 249.
Dengan demikian kita harus meratakan air ketika mandi janabat ke seluruh tubuh dengan penuh kehati-hatian sehingga dilakukan penyiraman air ketubuh kita itu berkalai-kali dan rata.
2. (tulis haditsnya di Fathul Bari jilid 1 halaman 429 hadits ke 248)
“Dari A’isyah radhiyallahu anha beliau menyatakan : Kebiasaannya Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam apabila mandi junub, beliau memulai dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian beliau berwudhu’ seperti wudhu’ beliau untuk shalat, kemudian beliau memasukkan jari jemari beliau kedalam air, sehingga beliau menyilang-nyilang dengan jari jemari itu rambut beliau, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh tubuh beliau”. HR. Al Bukhari dalam Shahihnya hadits nomer 248 (Fathul Bari) dan Muslim dalam Shahihnya hadits ke 316. Dalam riwayat Muslim ada tambahan lafadl berbunyi demikian : “Kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh tubuhnya, kemudian mencuci kedua telapak kakinya”.
Jadi dalam mandi junubnya Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam, beliau memasukkan air ke sela-sela rambut beliau dengan jari-jemari beliau. Ini adalah untuk memastikan ratanya air mandi junub itu sampai ke kulit yang ada di balik rambut yang tumbuh di atasnya. Sehingga air mandi junub itu benar-benar mengalir ke seluruh kulit tubuh.
3. (tulis haditsnya di Shahih Muslim Syarh An Nawawi juz 3 hal 556 hadits ke 317)
“Maimunah Ummul Mu’minin menceritakan : Aku dekatkan kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam air mandi beliau untuk janabat. Maka beliau mencuci kedua telapak tangan beliau dua kali atau tiga kali, kemudian beliau memasukkan kedua tangan beliau ke dalam bejana air itu, kemudian beliau mengambil air dari padanya dengan kedua telapak tangan itu untuk kemaluannya dan beliau mencucinya dengan telapak tangan kiri beliau, kemudian setelah itu beliau memukulkan telapak tangan beliau yang kiri itu ke lantai dan menggosoknya dengan lantai itu dengan sekeras-kerasnya. Kemudian setelah itu beliau berwudlu’ dengan cara wudlu’ yang dilakukan untuk shalat. Setelah itu beliau menuangkan air ke atas kepalanya tiga kali tuangan dengan sepenuh telapak tangannya. Kemudian beliau membasuh seluruh bagian tubuhnya. Kemudian beliau bergeser dari tempatnya sehingga beliau mencuci kedua telapak kakinya, kemudian aku bawakan kepada beliau kain handuk, namun beliau menolaknya”. HR. Muslim dalam Shahihnya hadits ke 317 dari Ibnu Abbas.
Dari hadits ini, menunjukkan bahwa setelah membasuh kedua telapak tangan sebagai permulaan amalan mandi junub, maka membasuh kemaluan sampai bersih dengan telapak tangan sebelah kiri dan setelah itu telapak tangan kiri itu digosokkan ke lantai dan baru mulai berwudhu’. Juga dalam riwayat ini ditunjukkan bahwa setelah mandi junub itu, sunnahnya tidak mengeringkan badan dengan kain handuk.
4. (tulis haditsnya di Fathul Bari jilid 1 halaman 372 hadits ke 260)
“Dari Maimun (istri Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam), beliau memberitakan bahwa Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam ketika mandi janabat, beliau mencuci kemaluannya dengan tangannya, kemudian tangannya itu digosokkan ke tembok, kemudian setelah itu beliau mencuci tangannya itu, kemudian beliau berwudlu’ seperti cara wudlu’ beliau untuk shalat. Maka ketika beliau telah selesai dari mandinya, beliau membasuk kedua telapak kakinya”. HR. Bukhari dalam Shahihnya, hadits ke 260.
Dari hadits ini, menunjukkan bahwa menggosokkan telapak tangan kiri setelah mencuci kemaluan dengannya, bisa juga menggosokkannya ke tembok dan tidak harus ke lantai. Juga dalam hadits ini diterangkan bahwa setelah menggosokkan tangan ke tembok itu, tangan tersebut dicuci, baru kemudian berwudlu’.


Penutup Dan Kesimpulan :

Dari berbagai riwayat tersebut di atas kita dapat simpulkan, bahwa cara mandi junub itu adalah sebagai berikut :
1. Mandi junub harus diniatkan ikhlas semata karena Allah Ta’ala dalam rangka menta’atiNya dan beribadah kepadaNya semata.
2. Dalam mandi junub, harus dipastikan bahwa air telah mengenai seluruh tubuh sampaipun kulit yang ada di balik rambut yang tumbuh di manapun di seluruh tubuh kita. Karena itu siraman air itu harus pula dibantu dingan jari jemari tangan yang mengantarkan air itu ke bagian tubuh yang paling tersembunyi sekalipun.
3. Mandi junub dimulai dengan membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan, masing-masing tiga kali dan cara membasuhnya dengan mengguyur kedua telapak tangan itu dengan air yang diambil dengan gayung. Dan bukannya dengan mencelupkan kedua telapak tangan itu ke bak air.
4. Setelah itu mengambil air dengan telapak tangan untuk mencuci kemaluan dengan telapak tangan kiri sehingga bersih.
5. Kemudian telapak tangan kiri itu digosokkan ke lantai atau ke tembok sebanyak tiga kali. Dan setelah itu dibasuh dengan air.
6. Setelah itu berwudlu’ sebagaimana cara berwudlu’ untuk shalat.
7. Kemudian mengguyurkan air dari kepala ke seluruh tubuh dan menyilang-nyilangkan air dengan jari tangan ke sela-sela rambut kepala dan rambut jenggot dan kumis serta rambut mana saja di tubuh kita sehingga air itu rata mengenai seluruh tubuh.
8. Kemudian bila diyakini bahwa air telah mengenai seluruh tubuh, maka mandi itu diakhiri dengan membasuh kedua telapak kaki sampai mata kaki.
9. Disunnahkan untuk tidak mengeringkan badan dengan kain handuk atau kain apa saja untuk mengeringkan badan itu.
10. Disunnahkan untuk melaksanakan mandi junub itu dengan tertib seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam.
Demikianlah cara mandi junub yang benar sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam dan juga telah dicontohkan oleh beliau. Semoga dengan kita menunaikan ilmu ini, amalan ibadah shalat kita akan diterima oleh Allah Ta’aala karena kita telah suci dari junub atau hadats besar. Amin Ya Mujibas sa’ilin.1. Tentang pengertian orang yang mukalaf , artinya orang yang telah baligh dari sisi usianya dan telah mumayyiz dari sisi kemampuan berfikirnya. Mumayyiz itu sendiri artinya ialah kemampuan membedakan mana yang bermanfaat baginya dan mana pula yang bermudarat.
2. Tentang pengertian hadatas besar , telah diterangkan dalam Salafi ed. 1 th. V hal. ?
3. Ar Raudhatun Nadiyah, Al Allamah Shiddiq Hasan Khan, hal. 35.
4. Al Majmu’ Syarah Muhadzdzab, Abu Zakaria Muhyiddin bin Syaraf An Nawawi, jilid 2 hal. 153, Darul Fiker Beirut Libanon, cet. Th. 1417 H / 1996 M.

Kamis, 29 Maret 2012

HIDUP MAHASISWA!

 yang bergerak lebih baik dari yang berbicara
yang berbicara lebih baik dari yang berkomentar
yang berkomentar lebih baik dari yang DIAM

/1/
Atas nama Tuhan dan Keadilan
jika harga-harga barang harus naik jangan pula mengalahkan
harga kehidupan dan kematian
Aku-penyair yang berdoa-cinta pemerintah dan negara, ini negara impian
Aku tidak memuja pancasila sebab itu musyrik kepada Tuhan
tetapi apakah salah mencintai pancasila dengan berteriak, bersuara agar kematian dan kelahiran
mendapat tempat sepatutnya dalam data BPS, dalam pertimbangan Dewan
minyak ini kami beli untuk bekerja, mencari makan
seperti ayam yang bertebaran di desa besar Jakarta yang dipenuhi hujan
Atas nama Tuhan dan Keadilan, Damai dan Adillah!

/2/
"saudara-saudara, pada hari ini kita dikejutkan dengan kenaikan harga BBM. kami putus asa, kami berjuang atas nama masyarakat, tetapi masyarakat menghujat kami

maka kami berjuang atas nama bapak, ibu, dosen, dan pacar-pacar kami

tetapi mereka juga menentang kami-takut kami mati, tertembak, atau hilang seperti kala reformasi

pada akhirnya kami berjuang hanya demi keputus asaan kami, ketika tak ada lagi yang ingin bicara

suara tak akan terdengar dan tergetar hingga telinga! maka kami menggunakan batu, kayu, bambu dan
tubuh kami sendiri
untuk dilemparkan satu persatu kegerbang Istana dan Perwakilan Rakyat

demi kami, demi menurunya biaya hidup dan keringat ayah kami
kami putus asa; batu-batu dan tubuh berbalik dilempar menimpa kepala dan
hati
pers, dan media massa terus meneriakkan kebencian pada kami tetapi menyuarakan kegelisahan kantong-kantong rakyat
kami putus asa!
"

/3/
"para tentara, polisi, ormas, yang kami lakukan tentu membuat anda semakin benci kepada kami-Mahasiswa, yang hanya 5 persen populasi

tetapi yang Kamu lakukan membuat kami- si lima persen populasi-tidak benci kamu, tapi benci kepada pemimpin negeri ini"

/4/
Ada yang tewas, Saudara!

Pendataan Demografi Etnologi Joshua Project di Indonesia Sudah Jauh!

Indonésia
You need to upgrade your Flash Player
(Clique no cabeçalho das colunas para ordenar ) (Clique no cabeçalho das colunas para ordenar )

Grupos Étnicos População % Evangélicos % Aderentes ao Cristianismo Menos Alcançado Escala de Progresso Religião Primária Idioma Primário Foto Mapa Perfil

Japanese12.000
< 5.00 %
2.1 BudismoJapanese 
Abui, Barue26.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoAbui  
Abun, Karon Pantai3.700
> 5.00 %
3.2 CristianismoAbun  
Adang38.000
51,00 %
3.2 CristianismoAdang  
Adonara20.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoAdonara
Aghu4.300
> 5.00 %
3.2 CristianismoAghu
Aikwakai, Sikaritai1.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoSikaritai
Airoran, Adora1.200
> 5.00 %
3.2 CristianismoAiroran  
Aiso, Kais900
> 5.00 %
3.2 CristianismoKais  
Alorese37.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoAlor 
Alune, Sapalewa20.000
80,00 %
3.2 CristianismoAlune
Amanab5.100
> 5.00 %
3.2 CristianismoAmanab 
Amarasi60.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoAmarasi  
Amber, Waigeo500
> 5.00 %
3.2 CristianismoWaigeo  
Amberbaken, Dekwambre9.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoMpur  
Ambonese285.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoMalay, Ambonese 
Americans, U.S.17.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoEnglish 
Anakalangu22.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoAnakalangu  
Ansus6.600
> 5.00 %
3.2 CristianismoAnsus  
Arandai, Jaban1.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoArandai  
Asienara, Buruwai 1.200
> 5.00 %
3.2 CristianismoBuruwai  
Asmat, Casuarina Coast12.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoAsmat, Casuarina Coast
Asmat, Central14.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoAsmat, Central  
Asmat, Northern1.300
> 5.00 %
3.2 CristianismoAsmat, North 
Asmat, Yaosakor2.600
> 5.00 %
3.2 CristianismoAsmat, Yaosakor  
Auye400
> 5.00 %
3.2 CristianismoAuye  
Awera200
> 5.00 %
3.2 CristianismoAwera  
Awyi, Awye700
> 5.00 %
3.2 CristianismoAwyi  
Awyu, Jair2.600
> 5.00 %
3.2 CristianismoAwyu, Jair 
Awyu, Nohon8.50011,00 %> 5.00 %
3.2 CristianismoAwyu, Central 
Awyu, South11.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoAwyu, South 
Babar, North1.1000,05 %> 5.00 %
2.2 CristianismoBabar, North
Babar, Southeast4.8000,05 %> 5.00 %
2.2 CristianismoBabar, Southeast
Baburiwa, Barua600
> 5.00 %
3.2 CristianismoEritai  
Baham, Patimuni1.600
> 5.00 %
3.2 CristianismoBaham  
Bambam, Pitu Ulunna Salu31.0004,50 %75,00 %
3.1 CristianismoBambam 
Bapu2.600
> 5.00 %
3.2 CristianismoAnasi  
Baso400
> 5.00 %
3.2 CristianismoAbinomn  
Batak Dairi1.767.0007,50 %> 5.00 %
3.2 CristianismoBatak Dairi  
Batak Karo854.0005,71 %> 5.00 %
3.2 CristianismoBatak Karo  
Batak Pakpak49.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoBatak Dairi  
Batak Simalungun, Batta1.417.0007,50 %> 5.00 %
3.2 CristianismoBatak Simalungun  
Batak, Silindung490.000
90,00 %
3.2 CristianismoBatak Toba  
Batak, Toba2.145.0009,50 %> 5.00 %
3.2 CristianismoBatak Toba 
Batu, Nias26.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoNias  
Batui3.100
80,00 %
3.2 CristianismoBatui  
Bauri, Bauzi2.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoBauzi  
Bedoanas200
> 5.00 %
3.2 CristianismoBedoanas  
Behoa, Bada9.300
> 5.00 %
3.2 CristianismoBehoa  
Beketan, Bakatan700
> 5.00 %
3.2 CristianismoBukitan  
Berik1.500
> 5.00 %
3.2 CristianismoBerik  
Betaf600
> 5.00 %
3.2 CristianismoBetaf  
Biak, Numfor35.000
90,00 %
3.2 CristianismoBiak 
Biga300
80,00 %
3.2 CristianismoBiga  
Biksi300
> 5.00 %
3.2 CristianismoYetfa  
Bilba8.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoBilba  
Biritai400
64,00 %
3.2 CristianismoBiritai
Bolongan35.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoBolongan  
Bonefa, Nisa700
> 5.00 %
3.2 CristianismoNisa 
Bonerif4.700
> 5.00 %
3.2 CristianismoBeneraf  
Bonfia, Masiwang1.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoMasiwang 
Bonggo, Armopa800
90,00 %
3.2 CristianismoBonggo  
Borai1.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoHatam  
British12.000
70,00 %
3.2 CristianismoEnglish 
Citak Asmat, Cicak12.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoCitak  
Citak, Tamnin400
> 5.00 %
3.2 CristianismoCitak, Tamnim  
Dabe500
> 5.00 %
3.2 CristianismoDabe  
Dai9000,05 %> 5.00 %
2.2 CristianismoDai
Damal, Amung17.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoDamal  
Damar, East 3.700
> 5.00 %
3.2 CristianismoDamar, East 
Damar, West 1.100
> 5.00 %
3.2 CristianismoDamar, West 
Dani, Lower Grand Valley25.00015,00 %> 5.00 %
3.1 CristianismoDani, Lower Grand Valley 
Dani, Mid Grand Valley 67.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoDani, Mid Grand Valley  
Dani, Upper Grand Valley25.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoDani, Upper Grand Valley 
Dani, Western 230.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoDani, Western 
Dao300
70,00 %
3.2 CristianismoDao 
Davelor, Dawera-Daweloor1.4000,05 %> 5.00 %
2.2 CristianismoDawera-Daweloor
Dayak, Ngaju, Biadju1.009.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoNgaju 
Dela-Oenale7.900
51,00 %
3.2 CristianismoDela-Oenale  
Dem1.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoDem 
Demisa600
> 5.00 %
3.2 CristianismoDemisa 
Demta1.500
> 5.00 %
3.2 CristianismoSowari  
Dengka23.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoDengka 
Dobel, Kobroor9.700
> 5.00 %
3.2 CristianismoDobel 
Dou, Edopi1.200
> 5.00 %
3.2 CristianismoEdopi  
Dubu200
> 5.00 %
3.2 CristianismoTebi  
Duriankere200
> 5.00 %
3.2 CristianismoDuriankere  
Dutch15.000
60,00 %
3.2 CristianismoDutch 
Duvele, Duvre1.100
> 5.00 %
3.2 CristianismoDuvle  
Eipomek4.300
> 5.00 %
3.2 CristianismoEipomek 
Ekagi, Ekari147.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoEkari  
Emplawas3000,05 %> 5.00 %
2.2 CristianismoEmplawas
Emumu, Emem2.200
> 5.00 %
3.2 CristianismoEmem  
Ende, Endehnese138.000
50,00 %
2.1 CristianismoEnde 
Engganese1.80010,00 %> 5.00 %
3.2 CristianismoEnggano  
Fayu400
> 5.00 %
3.2 CristianismoFayu  
Filipino, Tagalog74.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoTagalog 
French4.900
> 5.00 %
3.2 CristianismoFrench 
Fuau400
> 5.00 %
3.2 CristianismoFoau
German4.900
> 5.00 %
3.2 CristianismoGerman, Standard 
Gilika1.100
> 5.00 %
3.2 CristianismoYale, Kosarek  
Goliath, Oranje-Gebergte5.300
> 5.00 %
3.2 CristianismoUna  
Hamap1.500
> 5.00 %
3.2 CristianismoHamap  
Hatam, Tinam20.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoHatam  
Helong24.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoHelong  
Hupla4.700
> 5.00 %
3.2 CristianismoHupla  
Iban17.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoIban
Iha, Kapaur7.800
> 5.00 %
3.2 CristianismoIha  
Imroing6000,05 %> 5.00 %
2.2 CristianismoImroing
Inanwatan, Suabo2.300
> 5.00 %
3.2 CristianismoSuabo  
Irahutu, Irutu5.700
> 5.00 %
3.2 CristianismoIrarutu  
Iria2.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoKamberau  
Isirawa, Saberi2.100
> 5.00 %
3.2 CristianismoIsirawa  
Itik, Borto200
> 5.00 %
3.2 CristianismoItik  
Kabola, Pintumbang16.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoKabola  
Kaburi900
> 5.00 %
3.2 CristianismoKaburi  
Kafoa1.600
> 5.00 %
3.2 CristianismoKafoa  
Kaibubu800
80,00 %
3.2 CristianismoKaibobo 
Kalabra3.800
> 5.00 %
3.2 CristianismoKalabra 
Kalumpang, Makki16.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoKalumpang  
Kamberataro, Dera1.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoDera  
Kamoro, Kamora11.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoKamoro 
Kanum700
> 5.00 %
3.2 CristianismoKanum, Ngkalmpw
Kanum, Sota100
30,00 %
3.2 CristianismoKanum, Sota 
Kapauri200
> 5.00 %
3.2 CristianismoKapauri  
Kaptiau200
80,00 %
3.2 CristianismoKaptiau  
Karas300
> 5.00 %
3.2 CristianismoKaras  
Karon Dori, Meon7.100
> 5.00 %
3.2 CristianismoKaron Dori  
Kaugat, Atohwaim1.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoAtohwaim
Kaure500
> 5.00 %
3.2 CristianismoKaure 
Kayupulau1.000
90,00 %
3.2 CristianismoKayupulau  
Kedang51.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoKedang  
Keder800
> 5.00 %
3.2 CristianismoKeijar  
Kelabit700
> 5.00 %
3.2 CristianismoKelabit
Kelong, Panggar16.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoKelon  
Kemak79.0003,90 %> 5.00 %
3.1 CristianismoKemak  
Kemberano2.100
> 5.00 %
3.2 CristianismoKemberano  
Kenyah, Kayan River9.500
> 5.00 %
3.2 CristianismoKenyah, Mainstream  
Kenyah, Kelinyau1.700
> 5.00 %
3.2 CristianismoKenyah, Mainstream
Kenyah, Mahakam11.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoKenyah, Mainstream  
Kenyah, Upper Baram70013,16 %> 5.00 %
3.2 CristianismoKenyah, Mainstream
Kenyah, Wahau8.600
70,00 %
3.2 CristianismoKenyah, Wahau  
Keo49.0001,20 %> 5.00 %
2.2 CristianismoKeo 
Kimaghima4.300
> 5.00 %
3.2 CristianismoKimaghima
Kirira, Kirikiri400
> 5.00 %
3.2 CristianismoKirikiri  
Kofei100
> 5.00 %
3.2 CristianismoKofei  
Kokoda, Samalek4.900
60,00 %
3.2 CristianismoKokoda  
Kolana-Wersin, Alorese68.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoWersing  
Kombai5.300
> 5.00 %
3.2 CristianismoKombai
Konda700
> 5.00 %
3.2 CristianismoKonda  
Koneraw1.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoKoneraw
Korapun-Sela6.100
70,97 %
3.2 CristianismoKorupun-Sela  
Kosare, Kosadle300
> 5.00 %
3.2 CristianismoKosare  
Kotogut800
> 5.00 %
3.2 CristianismoTsaukambo
Kui, Kui-Kramang7.900
> 5.00 %
3.2 CristianismoKui  
Kulawi, Moma8.100
> 5.00 %
3.2 CristianismoMoma  
Kupang238.000
80,00 %
3.2 CristianismoMalay, Kupang  
Kupel, Ketengban12.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoKetengban  
Kurudu2.800
90,00 %
3.2 CristianismoKurudu  
Kwansu600
> 5.00 %
3.2 CristianismoMlap  
Kwerisa, Taogwe50
> 5.00 %
3.2 CristianismoKwerisa  
Kwesten2.800
> 5.00 %
3.2 CristianismoKwesten  
Laha, Central Ambonese5.500
> 5.00 %
3.2 CristianismoLaha
Lamaholot, Solorese181.0008,06 %> 5.00 %
2.2 CristianismoLamaholot  
LamatukaUnknown
55,00 %
3.2 CristianismoLamatuka  
Lamboya24.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoLamboya  
Leboni, Rampi10.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoRampi  
Lepki700
> 5.00 %
3.2 CristianismoLepki  
Leti9.30026,67 %70,00 %
3.2 CristianismoLeti  
LevukaUnknown
55,00 %
3.2 CristianismoLevuka  
Lewo ElengUnknown
55,00 %
3.2 CristianismoLewo Eleng  
Li'o, Lionese207.0000,77 %> 5.00 %
2.2 CristianismoLio  
Liana4.100
> 5.00 %
3.2 CristianismoLiana-Seti 
Linduan2.700
> 5.00 %
3.2 CristianismoLindu  
Lole23.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoLole  
Loloda, North20.000
> 5.00 %
3.1 CristianismoLoloda
Lorang400
> 5.00 %
3.2 CristianismoLorang 
Loun50
> 5.00 %
3.2 CristianismoLoun 
Luang, Letri Lgona22.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoLuang 
Ma'ya, Salawati4.600
> 5.00 %
3.2 CristianismoMaya  
Maden, Sapran700
> 5.00 %
3.2 CristianismoMaden  
Mairasi, Faranyao2.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoMairasi  
Maklew200
> 5.00 %
3.2 CristianismoMaklew 
Mamasa, Mamasa Toraja131.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoMamasa 
Mander, Foya20
> 5.00 %
3.2 CristianismoMander  
Mandobo Atas1.100
> 5.00 %
3.2 CristianismoMandobo Atas 
Mandobo Bawah2.300
> 5.00 %
3.2 CristianismoMandobo Bawah 
Manem, Jeti700
> 5.00 %
3.2 CristianismoManem  
Manggarai678.0000,17 %60,00 %
2.2 CristianismoManggarai
Manikion, Mantion17.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoManikion  
Marau2.400
90,00 %
3.2 CristianismoMarau  
Marengge60
> 5.00 %
3.2 CristianismoDineor  
Marind, Bian 3.300
> 5.00 %
3.2 CristianismoMarind, Bian
Marind, Southeast Marind10.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoMarind
Masela, Central 8000,05 %> 5.00 %
2.2 CristianismoMasela, Central
Masela, East8000,05 %> 5.00 %
2.2 CristianismoMasela, East
Masela, West9000,05 %> 5.00 %
2.2 CristianismoMasela, West
Masimasi10
> 5.00 %
3.2 CristianismoMasimasi  
Massep80
> 5.00 %
3.2 CristianismoMassep 
Mawes900
> 5.00 %
3.2 CristianismoMawes  
Meax, Mejah22.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoMeyah  
Mekwei, Menggwei1.700
> 5.00 %
3.2 CristianismoMekwei  
Meninggo, Moskona9.800
> 5.00 %
3.2 CristianismoMoskona  
Mentawaian, Siberut69.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoMentawai 
Mer300
> 5.00 %
3.2 CristianismoMer  
Moi, Mosana5.900
> 5.00 %
3.2 CristianismoMoi 
Molof300
> 5.00 %
3.2 CristianismoMolof  
Mombum400
> 5.00 %
3.2 CristianismoMombum
Moni, Jonggunu26.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoMoni  
Mor70
> 5.00 %
3.2 CristianismoMor  
Moraid1.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoMoraid  
Morari, Moraori300
> 5.00 %
3.2 CristianismoMorori 
Mori Atas, West19.000
95,00 %
3.2 CristianismoMori Atas
Mori Bawah, East19.000
95,00 %
3.2 CristianismoMori Bawah  
Mori, South, Padoe7.400
95,00 %
3.2 CristianismoPadoe  
Morwap400
> 5.00 %
3.2 CristianismoElseng  
Muyu, North9.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoMuyu, North 
Muyu, South4.500
> 5.00 %
3.2 CristianismoMuyu, South 
Nafri2.900
> 5.00 %
3.2 CristianismoNafri  
Nage64.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoNage  
Nakai800
> 5.00 %
3.2 CristianismoNakai 
Naltya, Nalca13.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoNalca  
Narau100
> 5.00 %
3.2 CristianismoNarau  
Ndaonese5.600
> 5.00 %
3.2 CristianismoDhao  
Ndom1.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoNdom
Nduga, Dawa15.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoNduga  
Ngada81.0001,67 %> 5.00 %
2.2 CristianismoNgada  
Ngada, Eastern7.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoNgada, Eastern  
Ngalum, Sibil14.0007,00 %> 5.00 %
3.2 CristianismoNgalum  
Nggem4.900
> 5.00 %
3.2 CristianismoNggem  
Niassan, Nias884.0008,33 %65,00 %
3.2 CristianismoNias  
Nila2.60022,22 %> 5.00 %
3.2 CristianismoNila 
Nimboran5.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoNimboran 
Ninggerum, Kativa1.800
> 5.00 %
3.2 CristianismoNinggerum  
Nipsan3.200
> 5.00 %
3.2 CristianismoNipsan  
Obokuitai200
> 5.00 %
3.2 CristianismoObokuitai  
Oirata1.700
> 5.00 %
3.2 CristianismoOirata 
Palue4.8003,33 %> 5.00 %
3.1 CristianismoPalue  
Pamona, Poso Toraja116.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoPamona  
Panasuan, To Pamosean800
70,00 %
3.2 CristianismoPanasuan  
Papasena600
> 5.00 %
3.2 CristianismoPapasena  
Papuma900
> 5.00 %
3.2 CristianismoPapuma  
Paulohi80
90,00 %
3.2 CristianismoPaulohi 
Pauwi, Yoke200
> 5.00 %
3.2 CristianismoYoke 
Pisa, Awyu7.300
> 5.00 %
3.2 CristianismoAwyu, Asue
Pom2.800
> 5.00 %
3.2 CristianismoPom  
Puragi900
> 5.00 %
3.2 CristianismoPuragi  
Pyu100
65,00 %
2.1 CristianismoPyu  
Rasawa300
> 5.00 %
3.2 CristianismoRasawa 
Ratahan, Bentenan41.000
90,00 %
3.2 CristianismoRatahan  
Riantana1.900
> 5.00 %
3.2 CristianismoRiantana
Ringgou11.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoRinggou  
Roma2.200
> 5.00 %
3.2 CristianismoRoma 
Rongkong44.000
> 5.00 %
3.1 CristianismoTae
Rotinese, Tii23.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoTii  
Sa'ban, Saban1.00017,78 %70,00 %
3.2 CristianismoSa'ban
Sahu, Sau11.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoSahu 
Salas, Liambata8010,00 %> 5.00 %
3.2 CristianismoSalas 
Saluan, Coastal123.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoSaluan 
Saluan, Kahimamahon 2.500
> 5.00 %
3.2 CristianismoSaluan  
Samarkena, Tamaja600
> 5.00 %
3.2 CristianismoSamarokena  
Sangir, Great Sangir248.0007,00 %> 5.00 %
3.2 CristianismoSangir  
Sangir, Siau71.0008,20 %70,00 %
3.2 CristianismoSangir  
Sangir, Tagulandang16.00014,09 %95,00 %
3.2 CristianismoSangir  
Sasawa300
> 5.00 %
3.2 CristianismoKwerba 
Sauri200
> 5.00 %
3.2 CristianismoSauri  
Sause40014,00 %> 5.00 %
3.2 CristianismoSause 
Saweru400
> 5.00 %
3.2 CristianismoSaweru  
Sawila3.600
> 5.00 %
3.2 CristianismoSawila 
Sawuy4.500
70,00 %
3.2 CristianismoSawi  
Sedoa, Tawaelia1.000
50,00 %
3.2 CristianismoSedoa  
Seget1.700
> 5.00 %
3.2 CristianismoSeget  
Sekar800
> 5.00 %
3.2 CristianismoSekar  
Seko Padang, Wono7.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoSeko Padang  
Seko Tengah, Pewanean3.100
85,00 %
3.2 CristianismoSeko Tengah  
Selaru9.200
> 5.00 %
3.2 CristianismoSelaru
Semimi, Etna Bay1.300
> 5.00 %
3.2 CristianismoSemimi  
Sempan1.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoSempan  
Senggi200
> 5.00 %
3.2 CristianismoViid  
Serili5000,05 %> 5.00 %
2.2 CristianismoSerili
Serua2.70020,00 %> 5.00 %
3.2 CristianismoSerua  
Serui-Laut1.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoSerui-Laut  
Siagha-Yenimu, Oser4.300
> 5.00 %
3.2 CristianismoAwyu, Edera 
Sikkanese221.0001,14 %> 5.00 %
2.2 CristianismoSika  
So'a13.000
> 5.00 %
2.1 CristianismoSoa 
Sobei, Biga2.600
> 5.00 %
3.2 CristianismoSobei  
Somahai, Sumohai2.300
> 5.00 %
3.2 CristianismoMomuna  
Sowanda, Wanja30014,55 %> 5.00 %
3.2 CristianismoSowanda  
Sukubatong, Kimki500
> 5.00 %
3.2 CristianismoKimki  
Sumba271.00025,00 %70,00 %
3.2 CristianismoKambera 
Tabaru20.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoTabaru 
Taikat1.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoTaikat  
Talaud96.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoTalaud  
Taliabo-Mangei8.1007,50 %62,00 %
3.2 CristianismoTaliabu
Talondo400
> 5.00 %
3.2 CristianismoTalondo  
Tamagario, Buru5.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoTamagario  
Tanahmerah, Sumeri900
> 5.00 %
3.2 CristianismoTanahmerah  
Tangko100
70,00 %
3.2 CristianismoTangko  
Tanglapui6.0008,33 %> 5.00 %
3.2 CristianismoKula  
Taori-Kei, Kaiy300
> 5.00 %
3.2 CristianismoKaiy  
Taori-So, Doutai400
> 5.00 %
3.2 CristianismoDoutai 
Tarangan, East5.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoTarangan, East 
Tarangan, West9.200
> 5.00 %
3.2 CristianismoTarangan, West 
Tarpia700
> 5.00 %
3.2 CristianismoTarpia  
Tarunggare, Turunggare600
> 5.00 %
3.2 CristianismoTunggare 
Taurap, Burmeso300
> 5.00 %
3.2 CristianismoBurmeso 
Tause400
> 5.00 %
3.2 CristianismoTause 
Taworta, Dabra400
> 5.00 %
3.2 CristianismoDiebroud  
Te'un1.600
> 5.00 %
3.2 CristianismoTeun 
Tefaro200
> 5.00 %
3.2 CristianismoTefaro  
Tehit, Tahit11.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoTehit 
Tela-Masbuar1.1000,05 %> 5.00 %
2.2 CristianismoTela-Masbuar
Tepera, Tanahmerah5.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoTabla  
Termanu, Rotti34.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoTermanu 
Tetum490.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoTetun 
Timorese, Atoni698.00012,00 %> 5.00 %
3.2 CristianismoUab Meto 
Tobada, Bada13.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoBada  
Tobelo32.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoTobelo 
Tofamna300
> 5.00 %
3.2 CristianismoTofanma
Tokuni500
> 5.00 %
3.2 CristianismoKopkaka 
Tombulu Menadonese96.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoTombulu  
Tondanou, Tolour105.00021,74 %90,00 %
3.2 CristianismoTondano 
Tonsawang32.00020,00 %> 5.00 %
3.2 CristianismoTonsawang  
Tonsea127.00022,22 %> 5.00 %
3.2 CristianismoTonsea  
Toraja-Sa'dan, South Toraja665.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoToraja-Sadan 
Tountemboan200.00020,00 %70,00 %
3.2 CristianismoTontemboan  
Towei200
> 5.00 %
3.2 CristianismoTowei  
Tumawo, Sko600
> 5.00 %
3.2 CristianismoSkou  
Turu, Urundi1.500
> 5.00 %
3.2 CristianismoIau  
Uma, Pipikoro27.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoUma
Uria, Warpu2.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoOrya  
Usku100
> 5.00 %
3.2 CristianismoUsku  
Vanimo, Manimo700
> 5.00 %
3.2 CristianismoVanimo 
Wakde600
> 5.00 %
3.2 CristianismoMo  
Walak, Lower Pyramid1.900
> 5.00 %
3.2 CristianismoWalak  
Wambon4.300
> 5.00 %
3.2 CristianismoWambon
Wanam, Yale2.900
> 5.00 %
3.2 CristianismoYale, Kosarek  
Wandamen, Bentoeni6.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoWandamen  
Wanggom1.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoWanggom 
Wares300
> 5.00 %
3.2 CristianismoWares  
Waris1.400
> 5.00 %
3.2 CristianismoWaris  
Waropen, Wonti8.500
> 5.00 %
3.2 CristianismoWaropen  
Wauyai300
51,00 %
3.2 CristianismoWauyai  
Wemale, North7.700
80,00 %
3.2 CristianismoWemale, North 
Wemale, South 5.300
> 5.00 %
3.2 CristianismoWemale, South 
Weretai, Wari200
> 5.00 %
3.2 CristianismoWaritai  
Wewewa119.000
55,00 %
2.1 CristianismoWejewa
Woi1.900
> 5.00 %
3.2 CristianismoWoi  
Woisika, Kamang19.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoKamang  
Wokam, Wamar9.300
60,00 %
3.2 CristianismoManombai 
Wutung, Sangke300
> 5.00 %
3.2 CristianismoWutung  
Yafi, Jafi Wagarindem200
> 5.00 %
3.2 CristianismoZorop  
Yahadian, Nerigo600
> 5.00 %
3.2 CristianismoYahadian  
Yair2.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoAwyu, North
Yali, Angguruk20.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoYali, Angguruk 
Yali, Ninia 13.00035,00 %90,00 %
3.2 CristianismoYali, Ninia  
Yaly, Pass Valley 6.900
> 5.00 %
3.2 CristianismoYali, Pass Valley  
Yamdena, Jamden49.000
90,00 %
3.2 CristianismoYamdena
Yamna600
70,00 %
3.2 CristianismoSunum  
Yaqay, Sohur14.000
> 5.00 %
3.2 CristianismoYaqay
Yarsun300
70,00 %
3.2 CristianismoYarsun  
Yava, Yapanani8.500
> 5.00 %
3.2 CristianismoYawa  
Yei2.80012,00 %> 5.00 %
3.2 CristianismoYei
Yelmek, Jab700
> 5.00 %
3.2 CristianismoYelmek 
Yeretuar400
> 5.00 %
3.2 CristianismoYeretuar  
Yetfa1.200
> 5.00 %
3.2 CristianismoYetfa  
Yotafa, Tobati400
90,00 %
3.2 CristianismoTobati  
Yotowawa, Kisar25.000
90,00 %
3.2 CristianismoKisar 
Anus3000,00 %
1.2 DesconhecidoAnus 
Jofotek-Bromnya200

1.1 DesconhecidoJofotek-Bromnya  
Kwinsu500

1.1 DesconhecidoKwinsu  
LamaleraUnknown

1.1 DesconhecidoLamalera  
Lembata, WestUnknown

1.1 DesconhecidoLembata, West  
Liki100


3.2 DesconhecidoLiki 
Momina200

1.1 DesconhecidoMomina 
Nasal6.400

1.1 DesconhecidoNasal  
Podena200

1.1 DesconhecidoFedan 
Umalung3.300

1.1 DesconhecidoUma Lung  
Vitou700

1.1 DesconhecidoVitou  
Baliaga, Highland Bali54.0000,18 %
1.2 HinduísmoBali
Balinese3.519.0000,15 %
1.2 HinduísmoBali
Hindi81.000
< 5.00 %1.2 HinduísmoHindi 
Tengger94.0000,58 %
1.2 HinduísmoTengger
Aceh4.132.0000,00 %
1.2 IslãAceh
Aji15.0000,00 %
1.1 IslãHaji
Alas80.0000,01 %
1.2 IslãBatak Alas-Kluet
Amahei80
> 5.00 %
3.2 IslãAmahai 
Ambai12.000
> 5.00 %
3.2 IslãAmbai  
Ambelau7.700
0,50 %
2.1 IslãAmbelau 
Andio, Masama2.200
> 5.00 %
3.2 IslãAndio  
Aneuk Jamee65.0000,01 %
1.1 IslãMinangkabau
Arab, generic245.000
< 5.00 %1.2 IslãArabic, North Levantine Spok 
Aralle-Tabulahan18.000
> 5.00 %
3.2 IslãAralle-Tabulahan  
Asilulu12.000
5,10 %
3.1 IslãAsilulu
Bahonsuai300
< 5.00 %1.2 IslãBahonsuai 
Bajau162.0000,00 %
1.2 IslãBajau, Indonesian
Bakumpai160.0000,03 %
1.2 IslãBakumpai
Balaesan3.7000,05 %< 5.00 %1.2 IslãBalaesang 
Banda, Eli-Elat4.300
0,50 %
2.1 IslãBanda 
Banggai148.000
40,00 %
3.2 IslãBanggai 
Bangka340.0000,00 %
1.2 IslãMalay
Banjar4.126.0000,00 %
1.1 IslãBanjar
Barakai, Workai5.300
> 5.00 %
3.2 IslãBarakai 
Baras300
< 5.00 %1.2 IslãBaras 
Batak Angkola1.068.0001,87 %> 5.00 %
2.1 IslãBatak Angkola  
Bati4.8000,57 %< 5.00 %1.2 IslãBati 
Bawean91.0000,01 %
1.2 IslãMadura
Bayono100

1.1 IslãBayono
Belide75.0000,00 %
1.1 IslãMusi
Belitung100.0000,03 %
1.2 IslãMalay
Bengkulu74.0000,04 %
1.2 IslãMalay, Central
Bentong29.0000,38 %
1.2 IslãBentong
Berau20.0000,10 %
1.2 IslãMalay, Berau
Besemah330.0000,01 %
1.2 IslãMalay, Central
Betawi5.000.0000,00 %
1.2 IslãBetawi
Bintauna9.5001,25 %1,25 %1.2 IslãBintauna 
Boano5.10020,00 %> 5.00 %
3.2 IslãBoano 
Bobongko1.800
> 5.00 %
3.2 IslãBobongko 
Bobot, Atiahu7.100
> 5.00 %
3.2 IslãBobot 
Bolango27.0000,00 %
1.1 IslãGorontalo
Bolano3.1000,20 %0,20 %1.2 IslãBoano 
Bonerate13.0000,00 %
1.1 IslãBonerate
Budong-Budong, Tangkou1000,20 %< 5.00 %1.2 IslãBudong-Budong  
Bugis5.913.0000,06 %
1.2 IslãBugis
Bulango, Bulanga-Uki21.0004,00 %< 5.00 %
3.1 IslãBolango  
Buli2.900
> 5.00 %
3.2 IslãBuli 
Bungku26.0000,01 %
1.2 IslãBungku
Buol96.0000,00 %
1.2 IslãBuol
Busoa2.7003,64 %3,64 %
3.1 IslãBusoa  
Campalagian66.0000,00 %
1.1 IslãCampalagian
Cia-Cia, South Butonese87.0000,00 %
1.2 IslãCia-Cia
Dakka2.1005,56 %> 5.00 %
3.2 IslãDakka  
Dampelas12.0000,04 %
1.2 IslãDampelas
Daya80.0000,01 %
1.2 IslãLampung Api
Dayak, Lawangan115.0000,03 %> 5.00 %
2.1 IslãLawangan
Dayak, Malayic616.0000,00 %10,00 %
2.1 IslãMalayic Dayak
Dayak, Pasir150.0001,50 %
1.2 IslãLawangan
Dayak, Tidung29.0000,01 %
1.2 IslãTidong
DeafUnknown
15,85 %
2.1 IslãIndonesian Sign Language  
Diuwe100

1.1 IslãDiuwe 
Dondo15.0000,00 %
1.2 IslãDondo
Duano16.000
1,00 %1.2 IslãDuano 
Duri128.0000,04 %
1.2 IslãDuri
Enim120.0000,01 %
1.1 IslãMalay, Central
Enrekang, Maiwa70.0000,00 %
1.2 IslãEnrekang
Fordat, Fordate59.000
> 5.00 %
3.2 IslãFordata 
Gamkonora2.100
> 5.00 %
3.2 IslãGamkonora 
Gane4.5000,25 %0,25 %1.2 IslãGane 
Gayo354.0000,01 %
1.2 IslãGayo
Gebe, Umera3.1009,00 %> 5.00 %
3.2 IslãGebe 
Geser-Gorom32.0000,00 %
1.1 IslãGeser-Gorom
Gorontalo1.011.0000,05 %
1.2 IslãGorontalo
Haruku25.0001,21 %< 5.00 %1.2 IslãHaruku
Hitu16.0000,00 %
1.1 IslãHitu
Horuru4.9007,50 %> 5.00 %
3.2 IslãHoruru 
Ile ApeUnknown

1.1 IslãIle Ape 
Indonesian4.498.000
> 5.00 %
3.1 IslãIndonesian 
Jambi1.037.0000,00 %
1.1 IslãMalay, Jambi
Java Banten280.0000,98 %
1.2 IslãJavanese
Java Banyumasan8.000.0000,24 %
1.2 IslãJavanese
Java Mancanegari18.000.0000,17 %
1.2 IslãJavanese
Java Negarigung20.844.0002,01 %16,00 %
3.1 IslãJavanese  
Java Osing, Banyuwangi354.0001,08 %
1.2 IslãOsing
Java Pesisir Kulon4.500.0000,13 %
1.2 IslãJavanese
Java Pesisir Lor33.000.0000,01 %
1.2 IslãJavanese
Java Serang500.0000,13 %
1.2 IslãJavanese
Javanese15.000.000
> 5.00 %
3.2 IslãJavanese 
Kaidipang29.0000,45 %
1.2 IslãKaidipang
Kaili Ledo343.0000,01 %
1.2 IslãKaili, Ledo
Kaili Unde28.0000,00 %
1.2 IslãKaili, Unde
Kaili Unde, Daa58.000
> 5.00 %
2.1 IslãKaili, Daa
Kaimbulawa2.4000,67 %0,67 %1.2 IslãKaimbulawa 
Kaiwai, Adi900
> 5.00 %
3.2 IslãKowiai 
Kalao700
< 5.00 %1.2 IslãKalao
Kaledupa4.9003,43 %< 5.00 %
3.1 IslãTukang Besi North  
Kamaru3.9004,00 %< 5.00 %
3.1 IslãKamaru  
Kangean130.0000,00 %
1.2 IslãKangean
Kanum, Smarky90

1.1 IslãKanum, Smarky 
Kau, Kao500
> 5.00 %
3.2 IslãKao 
Kaur47.0000,00 %
1.1 IslãKaur
Kayu Agung20.0000,02 %
1.2 IslãKomering
Kehu100

1.1 IslãKehu 
Kei, Tanimbarese102.0001,00 %49,00 %
2.1 IslãKei
Kepoq12.0009,43 %> 5.00 %
3.2 IslãKepo  
Kerei, Karey1.200
> 5.00 %
3.2 IslãKarey 
Kerinci307.0000,05 %
1.2 IslãKerinci
Kikim80.0000,00 %
1.1 IslãMalay, Central
Kioko1.3000,10 %< 5.00 %1.2 IslãKioko 
Kluet50.0000,00 %
1.1 IslãBatak Alas-Kluet
Koba700
> 5.00 %
3.2 IslãKoba 
Kodeoha2.000
< 5.00 %1.2 IslãKodeoha 
Kola9.500
> 5.00 %
3.2 IslãKola 
Komering555.0000,02 %
1.2 IslãKomering
Komfana4009,09 %> 5.00 %
3.2 IslãKompane 
Komodo800
< 5.00 %1.2 IslãKomodo 
Konjo Coastal200.0000,23 %
1.2 IslãKonjo, Coastal
Konjo Pegunungan150.0000,06 %
1.2 IslãKonjo, Highland
Koroni700
< 5.00 %1.2 IslãKoroni 
Kota Bangun Kutai127.000
< 5.00 %1.2 IslãMalay, Kota Bangun Kutai
Kulisusu22.0000,00 %
1.1 IslãKulisusu
Kumberaha3.8000,00 %< 5.00 %1.1 IslãKumbewaha 
Kur3.7003,33 %< 5.00 %
3.1 IslãKur 
Kutai230.0000,04 %
1.2 IslãMalay, Tenggarong Kutai
Kware100

1.1 IslãKwer 
Laiyola, Barang-Barang1.5002,19 %< 5.00 %
3.1 IslãLaiyolo  
Lampung Abung180.0000,01 %
1.2 IslãLampung Nyo
Lampung Pesisir500.0000,01 %
1.1 IslãLampung Api
Lampung Pubian100.0000,02 %
1.2 IslãLampung Api
Lampung Sungkai90.0000,00 %
1.2 IslãLampung Api
Lampung Way Kanan40.0000,00 %
1.2 IslãLampung Api
Land Dayak, Sanggau110.0000,00 %
1.2 IslãSanggau
Larike-Wakasihu15.000
5,10 %
3.1 IslãLarike-Wakasihu
Lasalimu2.00010,00 %> 5.00 %
3.2 IslãLasalimu  
Latu3.4004,06 %< 5.00 %
3.1 IslãLatu 
Legenyem300
> 5.00 %
3.2 IslãLegenyem  
Lematang275.0000,00 %
1.1 IslãMusi
Lembak208.0000,00 %
1.2 IslãCol
Lemolang2.5005,00 %< 5.00 %
3.1 IslãLemolang  
Liabuku1.3000,50 %0,50 %1.2 IslãLiabuku 
Lintang190.0000,00 %
1.1 IslãMalay, Central
Lisabata-Nuniali2.800
> 5.00 %
3.2 IslãLisabata-Nuniali 
Lisela14.000
5,10 %
3.1 IslãLisela
Lola, Warabal1.0005,78 %> 5.00 %
3.1 IslãLola 
Lolak3.4000,06 %
1.2 IslãLolak
Loloan-Malay Bali30.000

1.1 IslãMalay, Balinese
Lonchong, Orang Laut5002,50 %2,50 %
3.1 IslãLoncong  
Luhu, Kelang10.0006,25 %> 5.00 %
3.2 IslãLuhu 
Luwu290.0000,05 %
1.2 IslãTae
Maba, Bitjoli7.700
> 5.00 %
3.2 IslãMaba 
Madura7.907.0000,01 %
1.2 IslãMadura
Mairiri5006,25 %> 5.00 %
3.2 IslãMariri 
Maiwa66.000
1,00 %1.2 IslãMaiwa  
Makassar2.130.0000,02 %
1.2 IslãMakasar
Makian Barat40.0000,00 %
1.2 IslãMakian, West
Makian Timur30.0000,00 %
1.1 IslãMakian, East
Malay2.845.000
< 5.00 %1.2 IslãMalay
Malay, Bacanese3.300
> 5.00 %
3.2 IslãMalay, Bacanese  
Malay, Banda4.300
> 5.00 %
3.2 IslãMalay, Banda  
Malay, Ketapang180.0000,00 %
1.2 IslãMalay
Malay, Larantuka, Ende22.000
< 5.00 %1.2 IslãMalay, Larantuka 
Malay, North Moluccan118.000
> 5.00 %
2.1 IslãMalay, North Moluccan 
Malay, Papuan158.000

1.1 IslãMalay, Papuan  
Malay, Pontianak310.0000,01 %
1.2 IslãMalay
Malay, Riau1.825.0000,00 %
1.2 IslãMalay
Malay, Sambas450.0000,00 %
1.1 IslãMalay
Malay, Sumatera Utara2.000.0000,00 %
1.1 IslãMalay
Malimpung6.200
< 5.00 %1.2 IslãMalimpung 
Mamak, Talang23.0000,05 %
1.2 IslãMinangkabau
Mamasa, Southern, Pattae'52.0000,00 %< 5.00 %1.2 IslãMamasa 
Mamuju61.0000,01 %
1.2 IslãMamuju
Mandailing1.299.0000,10 %
1.2 IslãBatak Mandailing
Mandar475.0000,00 %
1.2 IslãMandar
Mangole8.4008,33 %> 5.00 %
3.2 IslãMangole 
Manipa, Soow Huhelia2.3006,00 %> 5.00 %
3.1 IslãManipa 
Mbojo730.0000,03 %
1.2 IslãBima
Menadonese981.000


3.1 IslãMalay, Manado  
Minangkabau, Padang5.965.0000,02 %
1.2 IslãMinangkabau
Mongondow1.220.000
4,00 %
2.1 IslãMongondow  
Moronene, Maronene44.0001,89 %
1.2 IslãMoronene
Muko-Muko50.0000,00 %
1.1 IslãMinangkabau
Muna300.0000,06 %
1.2 IslãMuna
Murkim100

1.1 IslãMurkim 
Musi201.0000,00 %
1.2 IslãMusi
Nuaulu, North7008,00 %> 5.00 %
3.2 IslãNuaulu, North 
Ogan150.0000,26 %
1.2 IslãMalay, Central
Palembang3.000.0000,00 %
1.2 IslãMusi
Pancana6.6000,07 %0,07 %1.2 IslãPancana
Pannei12.0000,00 %
1.2 IslãPannei
Pasemah1.524.0000,01 %< 5.00 %1.2 IslãMalay, Central  
Patani-Maba13.0000,00 %4,00 %1.1 IslãPatani
Pegagan237.0000,00 %
1.2 IslãMalay, Central
Pekal35.0000,01 %
1.2 IslãPekal
Pendau, Umalasa3.700
< 5.00 %1.2 IslãPendau 
Penesak130.0000,00 %
1.1 IslãMusi
Penghulu29.0000,00 %
1.1 IslãMinangkabau
Rahambuu6.500
< 5.00 %1.2 IslãRahambuu 
Rajong4.900
> 5.00 %
3.2 IslãRajong 
Rambang140.0000,00 %
1.1 IslãMalay, Central
Ranau17.0000,02 %
1.2 IslãLampung Api
Rawas201.0000,00 %
1.1 IslãMusi
Rejang413.0000,01 %
1.2 IslãRejang
Rembong2.5009,52 %> 5.00 %
3.2 IslãRembong  
RettaUnknown

1.1 IslãRetta 
Riung22.000
> 5.00 %
3.2 IslãRiung  
Rongga4.400
> 5.00 %
3.2 IslãRongga 
Saleman, Hatue6.5003,64 %< 5.00 %
3.1 IslãSaleman 
Saparua14.0004,00 %10,00 %
3.1 IslãSaparua
Sarudu5.3000,00 %0,00 %
2.1 IslãSarudu
Sasak2.702.0000,02 %
1.2 IslãSasak
Sawai14.0001,17 %> 5.00 %
2.1 IslãSawai 
Seit-Kaitetu12.0000,00 %
1.1 IslãSeit-Kaitetu
Selayar, Salajarese115.0000,24 %
1.2 IslãSelayar
Semendo230.0000,00 %
1.2 IslãMalay, Central
Serawai290.0000,67 %
1.2 IslãMalay, Central
Sikhule, Lekon29.0000,00 %0,00 %1.2 IslãSikule  
Simeulue50.0000,01 %
1.2 IslãSimeulue
Simeulue Barat11.0000,00 %0,00 %1.1 IslãLanguage Unknown  
Sindang Kelingi86.0000,00 %< 5.00 %1.1 IslãCol
Singkil65.0000,00 %
1.2 IslãBatak Karo
Sula80.0000,00 %
1.1 IslãSula
Sumbawa400.0000,01 %
1.2 IslãSumbawa
Sunda32.000.0000,06 %
1.2 IslãSunda
Suwawa24.0000,00 %< 5.00 %1.1 IslãSuwawa 
Tae', Toraja235.0000,39 %> 5.00 %
2.1 IslãTae  
Taje, Petapa4000,00 %0,04 %1.1 IslãTaje 
Tajio, Kasimbar10.00010,00 %12,00 %
2.1 IslãTajio
Taluki6000,00 %0,01 %1.1 IslãTaloki 
Tamiang40.0000,00 %
1.1 IslãMalay
Tamilouw, Sepa3.50010,00 %> 5.00 %
3.2 IslãSepa 
Tausug, Joloano Sulu19.0000,33 %< 5.00 %1.2 IslãTausug
Teluti, Silen23.0000,53 %> 5.00 %
2.1 IslãTeluti 
Teor1.60010,00 %> 5.00 %
3.2 IslãTeor 
Ternate60.0000,03 %
1.2 IslãTernate
Tidore46.0000,06 %
1.2 IslãTidore
Toala, East Toraja46.0000,40 %< 5.00 %1.2 IslãToala
Tolaki, Asera9000,30 %1,00 %1.2 IslãTolaki  
Tolaki, Konawe302.0000,98 %
1.2 IslãTolaki
Tolaki, Laiwui3000,30 %1,00 %1.2 IslãTolaki  
Tolaki, Mekongga66.0000,30 %1,00 %1.2 IslãTolaki 
Tolaki, Wiwirano1000,30 %1,00 %1.2 IslãTolaki  
Toli-Toli29.0000,04 %
1.2 IslãTotoli
Tomadino8000,83 %< 5.00 %1.2 IslãTomadino 
Tombelala1.4000,00 %< 5.00 %1.1 IslãTombelala  
Tomini35.0000,00 %
1.2 IslãTomini
Topoiyo5000,00 %< 5.00 %1.1 IslãTopoiyo 
Trimuris400

1.1 IslãTrimuris 
Tulehu, Northeast Ambonese27.000
> 5.00 %
3.2 IslãTulehu
Turks1000,00 %0,00 %1.1 IslãTurkish 
Ujir1.2007,00 %> 5.00 %
3.1 IslãUjir 
Ulumanda36.0000,02 %
1.2 IslãUlumanda
Wae Rana4.900
> 5.00 %
3.2 IslãWae Rana 
Wakatobi75.0000,01 %
1.2 IslãTukang Besi South
Waru5000,00 %< 5.00 %1.1 IslãWaru 
Watubela, Wesi5.300
> 5.00 %
3.2 IslãWatubela 
Watulai, Batuley4.800
> 5.00 %
3.2 IslãBatuley 
Wawonii30.0000,01 %
1.2 IslãWawonii
Wolio215.0000,00 %
1.1 IslãWolio
Wotu7.1000,09 %< 5.00 %1.2 IslãWotu 
Han Chinese, Mandarin1.686.000
> 5.00 %
3.2 Não-religiosoChinese, Mandarin 
Ampanang35.0000,00 %0,00 %1.1 Religiões ÉtnicasAmpanang
Arguni300
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasArguni  
As300
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasAs  
Awbono4000,00 %0,00 %
2.1 Religiões ÉtnicasAwbono 
Ayamaru, Brat29.0001,80 %< 5.00 %1.2 Religiões ÉtnicasMai Brat  
Badui24.0000,00 %< 5.00 %1.2 Religiões ÉtnicasBadui
Baduy20.0000,02 %
1.2 Religiões ÉtnicasSunda
Bagusa400
11,43 %
3.2 Religiões ÉtnicasBagusa  
Bahau21.00010,00 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasBahau  
Balantak33.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasBalantak  
Bantik18.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasBantik  
Barapasi3.100
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasBarapasi  
Basap, Bulungan16.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasBasap  
Belagar, Tereweng18.0004,64 %> 5.00 %
3.1 Religiões ÉtnicasBlagar  
Bengoi, Isal500
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasBenggoi 
Bukar Sadong, Tebakang9.800
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasBidayuh, Bukar-Sadong 
Bukat6002,00 %< 5.00 %1.2 Religiões ÉtnicasBukat 
Bukit64.000
< 5.00 %1.2 Religiões ÉtnicasMalay, Bukit
Bunak, Mare87.000
< 5.00 %
3.1 Religiões ÉtnicasBunak
Burate20010,00 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasBurate 
Buru, Boeroe45.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasBuru
Burusu4.700
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasBurusu  
Busami90014,29 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasBusami  
Dayak, Dohoi Ot Danum85.0000,48 %< 5.00 %
2.1 Religiões ÉtnicasOt Danum
Dayak, Kaninjal35.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasKeninjal 
Dayak, Kendayan280.00012,00 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasKendayan
Dayak, Maanyak, Ma'anyan167.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasMaanyan 
Dayak, Taman32.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasTaman  
Dayak, Tawoyan32.000
> 5.00 %
3.1 Religiões ÉtnicasTawoyan  
Dayak, Tunjung80.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasTunjung  
Dusan, Kwijau9.200

1.1 Religiões ÉtnicasKuijau 
Dusun Deyah32.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasDusun Deyah  
Dusun Malang4.900
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasDusun Malang  
Dusun Witu5.600
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasDusun Witu  
Elpaputi50010,00 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasElpaputih 
Embaloh, Mbaloh13.0003,60 %> 5.00 %
3.1 Religiões ÉtnicasEmbaloh  
Erokwanas200
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasErokwanas  
Galela, Halmahera105.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasGalela 
Gorap1.300
< 5.00 %1.2 Religiões ÉtnicasGorap 
Gresi3.600
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasGresi  
Hahutan, Iliun1.900
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasIliuun 
Han Chinese, Cantonese281.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasChinese, Yue 
Han Chinese, Hakka998.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasChinese, Hakka 
Han Chinese, Min Dong31.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasChinese, Min Dong 
Han Chinese, Min Nan1.337.000
1,20 %1.2 Religiões ÉtnicasChinese, Min Nan 
Huaulu4002,00 %< 5.00 %1.2 Religiões ÉtnicasHuaulu 
Ibu200
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasIbu 
Iliwaki, Talur900
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasTalur 
Iresim70
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasIresim  
Jahalatane, Atamanu1.9006,00 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasYalahatan 
Jew, Indonesian200
1,00 %1.2 Religiões ÉtnicasIndonesian  
Kadai6008,00 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasKadai 
Kamtuk, Kemtuk3.600
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasKemtuik  
Kauwerawec600
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasKauwera  
Kawe700
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasKawe  
Kayan, Busang 4.800
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasKayan, Busang  
Kayan, Kayan River3.200
< 5.00 %1.2 Religiões ÉtnicasKayan, Kayan River  
Kayan, Mahakam1.900
< 5.00 %1.2 Religiões ÉtnicasKayan Mahakam 
Kayan, Mendalam2.4002,00 %< 5.00 %1.2 Religiões ÉtnicasKayan, Mendalam  
Kayan, Wahau8005,00 %< 5.00 %
3.1 Religiões ÉtnicasKayan, Wahau  
Kaygir, Kayagar13.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasKayagar
Kenyah, Bahau River2.400
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasLembata, South  
Ketum1.000

1.1 Religiões ÉtnicasKetum 
Kodi57.0003,78 %> 5.00 %
3.1 Religiões ÉtnicasKodi  
Kohin8.900
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasKohin  
Komyandaret400

1.1 Religiões ÉtnicasKomyandaret  
Korapun, Kimyal3.600
45,24 %
3.2 Religiões ÉtnicasKorupun-Sela  
Korowai3.8002,00 %30,00 %
2.1 Religiões ÉtnicasKorowai
Kubu, Orang Darat14.0000,60 %< 5.00 %1.2 Religiões ÉtnicasKubu
Kurima7.30023,44 %

3.2 Religiões ÉtnicasDani, Lower Grand Valley 
Kwerba, Airmati3.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasKwerba  
Lamma14.0003,40 %> 5.00 %
3.1 Religiões ÉtnicasLamma  
Land Dayak2.500
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasLanguage Unknown 
Land Dayak, Bekati5.700
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasBakati  
Land Dayak, Benyadu58.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasBenyadu 
Land Dayak, Biatah9.8009,09 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasBidayuh, Biatah 
Land Dayak, Djongkang40.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasJangkang 
Land Dayak, Kembayan12.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasKembayan  
Land Dayak, Lara13.0002,33 %> 5.00 %
3.1 Religiões ÉtnicasBakati', Rara 
Land Dayak, Ribun74.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasRibun  
Land Dayak, Semandang48.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasSemandang  
Laudje51.000


3.2 Religiões ÉtnicasLauje
Laura12.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasLaura 
Loloda, South, Laba2.600
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasLaba 
Lom, Maporese401.00010,00 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasBangka  
Lubu48.0000,00 %< 5.00 %1.1 Religiões ÉtnicasLubu
Lundayeh, Lun Bawang25.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasLun Bawang
Madole3.10025,00 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasModole 
Mamboru18.0000,67 %> 5.00 %
2.1 Religiões ÉtnicasMamboru 
Manusela, Wahai9.500
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasManusela 
Matbat1.50010,91 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasMatbat  
Meoswar300
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasMeoswar  
Modang24.0002,35 %< 5.00 %
3.1 Religiões ÉtnicasModang  
Morop, Iwur5.7000,00 %0,00 %
2.1 Religiões ÉtnicasIwur 
Mualang43.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasMualang  
Munggui1.30010,00 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasMunggui  
Murut, Okolod3.900
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasOkolod 
Murut, Selungai70015,00 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasSelungai Murut 
Murut, Sembakung3.70012,00 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasSembakung Murut 
Murut, Tagal, North Borneo Mur2.800
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasTagal Murut
Nabi800
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasKuri  
Napu7.400
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasNapu  
Nedebang1.6005,00 %< 5.00 %
3.1 Religiões ÉtnicasNedebang  
Ngalik, South 7.100
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasSilimo  
Nobuk40010,00 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasKwerba Mamberamo  
Nuaulu, South1.800
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasNuaulu, South 
Nusa Laut3.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasNusa Laut
Onin, Sepa600
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasOnin  
Ormu700
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasOrmu  
Pago, Pagu3.800
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasPagu 
Paku3.900
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasPaku  
Penihing, Aoheng4.2002,02 %< 5.00 %
3.1 Religiões ÉtnicasAoheng  
Perai400
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasPerai 
Ponasakan4.800
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasPonosakan  
Punan Aput6002,00 %< 5.00 %1.2 Religiões ÉtnicasPunan Aput  
Punan Bungan, Hovongan1.3005,00 %< 5.00 %
3.1 Religiões ÉtnicasHovongan  
Punan Keriau, Kereho-Uheng6002,00 %< 5.00 %1.2 Religiões ÉtnicasKereho  
Punan Merah2003,00 %< 5.00 %
3.1 Religiões ÉtnicasPunan Merah  
Punan Merap3002,50 %2,50 %
3.1 Religiões ÉtnicasPunan Merap  
Punan Tubu3.2004,00 %< 5.00 %
3.1 Religiões ÉtnicasPunan Tubu  
Putoh9.500
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasPutoh  
Ron1.400
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasRoon  
Sabu, Havunese133.0009,09 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasSabu  
Sajau Basap9.600
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasSajau Basap  
Sara4.40012,86 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasBakati, Sara  
Seberuang40.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasSeberuang 
Segai3.2005,56 %> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasSegai  
Seluwasan4.600
20,00 %
3.2 Religiões ÉtnicasSeluwasan 
Sentani, Buyaka37.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasSentani  
Siang91.000
5,10 %
2.1 Religiões ÉtnicasSiang
Straits Chinese, Peranakan32.000
0,10 %1.2 Religiões ÉtnicasIndonesian, Peranakan 
Tereweng1.000

1.1 Religiões ÉtnicasTereweng 
Tewa, Lebang8.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasTewa  
Tugun1.600
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasTugun 
Tugutil, Teluk Lili3.0008,00 %8,00 %
3.2 Religiões ÉtnicasTugutil
Tutunohan, Aputai2005,00 %5,00 %
3.1 Religiões ÉtnicasAputai 
Uruangnirin400
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasUruangnirin  
Wabo, Woriasi2.100
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasWabo  
Waioli, Wajoli4.200
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasWaioli 
Wano8.200
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasWano  
Wanukaka16.000
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasWanukaka  
Warembori700
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasWarembori 
Warkay-Bipim400
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasWarkay-Bipim  
Wodani6.500
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasWolani  
Yaur600
> 5.00 %
3.2 Religiões ÉtnicasYaur  

Total de Grupos Étnicos:   784 237.053.000     213 2.1     268 383 251

Não-Classificados / Outros Indivíduos5.273.000
UN Country Population (2011) 242.326.000  


Warning: mysql_fetch_assoc(): supplied argument is not a valid MySQL result resource in /home/jproject/public_html/joshuaproject/includes/footer_intl.php on line 5
Direct URL: http://www.joshuaproject.net/international/pt/countries.php?rog3=ID&sf=primaryreligion&so=desc
:
:  01-Nov-2011
Warning: mysql_fetch_array(): supplied argument is not a valid MySQL result resource in /home/jproject/public_html/joshuaproject/includes/functions.php on line 36