Sabtu, 03 November 2012

Pangkur




Dan tembang selanjutnya, mengingatkan kita pada suara malam yang mendekati terbit pagi

ayam bersikukuh yang terbit adalah pagi

lalu kemacetan terjadi; mengerumuni lelaki setengah baya yang pergi

dan tak pernah kembali pada rumahnya yang sepi jika terbit pagi

kemacetan ini membujur kaku, lima, lima puluh kilo

jauh kedalam hati dan perasaan orang dan ayam yang masih terjebak di dalamnya

tak bisa keluar atau berlari

menerima kemarahan setiap yang ada, tanpa bisa memperbaiki

dan ayam, hanya jadi lebih bijaksana dari sebelumnya: membangunkan kita

dan mengingatkan betapa


dan mengingatkan betapa
masa kecil kita bahagia

Menyanyikan tembang malam
dengan larik demikian:
ilmu tercabut dari dalam hati yang kering
bersemayam dalam nafsu angkara
nafsu adalah nafas
nafas adalah hidup

Kamis, 01 November 2012

pesan singkat


biarkan mataku menembusMu
lalu menembus alam semesta dan menemukannya kembali dalam ruh dan warna
yang berbeda

agar padaMu hujanku turun
padaku hujanMu nuzul
menjadi kasih sayang dan cinta
yang membasahi sudut-sudut jendela, pekarangan
dan pohon di halaman hutan

dalam bayyati, izinkan aku menembusMu
lalu menembus alam semesta yang mengitariMu

ruh dan tubuhku menggelegak, tersoyak-soyak luka dan marabahaya
nahawand dan shikah yang kita dendangkan di sela batuan menjadi mengerikan

batinku bersembunyi dalam topeng, lantas memainkan sandiwara, nada-nada jiharkah yang samar
terlihat memantulkan Kamu

izinkan aku kembali menembus-Mu

Senin, 29 Oktober 2012

Desa


Bagaimanapun kotanya
wajahmu wajah desa
tempat keriangan yang sederhana
lalu darinya
Memancar keramahan: entah kenapa
airmatamu teduh bersahaja

memoar


Hujan masih menetes di jendela
beberapa saat lampau kamu berbicara
seperti tak kenal luka

seperti tak kenal Kita

Kamu


Disayat-sayat ilalang kesepian, bukankah itu tidak menjadi impian kita

ingatan-ingatan yang berjatuhan dari matamu berjatuhan pula dari mataku

tanganmu masih setia memancarkan air
Dan membiaskan cahaya kesakitan kita
ilalang-ilalang membius luka
sadarkah kamu, aku masih merasakannya?

Ketika Hampir Tidur




Lalu perlahan-lahan
jari-jemari Tuhan mengeratkan jari-jemariku
dengan kasih sayang
yang satu demi satu melemah dan akan melepaskan Tuhan dari pegangan
lalu berfirman:

"maka nikmatKu yang mana yang kamu tidak rasakan, Amar?



Dan Dia setengah memaksa-sepertinya memahami-aku memejamkan mata
Dan berjanji
Tak akan meninggalkan tidurku sendirian
itulah Tuhan, dan ketika aku tertidur
Dia mengeratkan pelukan lalu ketika terjaga
Tuhan menerjemahkan cinta untukku
menjadi cintamu, dan Dia
terus menerus terjaga
hingga aku seperti anak yang dilindungi ayahnya dari laba-laba malam dan kala

Terbit


aku bertanya kepada pagi: harus kemanakah kita
kebarat; dimana matahari terbenam dan susul-menyusul dengan kita

hari-hari berganti, dan kita akan tetap berjalan kebarat bersama-sama
barat adalah ruang dan waktu, jika tetap menuju kesana
maka kita tetap bersama-sama