Senin, 13 Agustus 2012

Keluarga II

lalu diantara kita setiap kota menjadi meja makan yang diatasnya terhidang ayat-ayat suci
dan kita menyantapnya dengan senang hati-sedang diantara kita-kita berbagi kenyang yang sama, haus yang sama dan kantuk yang sama
meski tak pernah bersentuhan muka tetapi kita telah percaya, memiliki mata yang sama
memiliki aliran air mata yang sama
dan Tuhan yang Maha Cinta yang sama

jika islam adalah keluarga, maka berhentilah mengarab-arabkannya
karena dengan itu, adik kita yang jawa kafir adanya
kakak kita yang melayu musyrik adanya
sedangkan kita adalah keluarga

tiba masanya kita hanya memandang dari ambang pintu perpisahan yang terjadi
setiap kita telah memiliki ruang tamunya sendiri
kehilangan pemandangan yang sama yang kita perhatikan setiap hari, ketika matahari baru mandi
lalu beranjak ke beranda dan mendesahkan "Selamat Pagi"
dan burung-burung bersiul tentang senja yang lama datang sebab
ingin menerangi wajah kita lebih lama sebagai keluarga

jika islam adalah keluarga maka aku bangga tidak mengenal keluarga sebagai ayah yang keras, tidak kenal senyum
yang mengelus pipi anak-anaknya kala menangis dan mencium istrinya

Keluarga

Kita-entah kenapa-berkumpul satu meja pada rumah yang sama 
Yang batu batanya kita temukan berserakan di beranda lalu kita susun sama-sama
Menjadi rumah yang ruang tamunya adalah keluarga, yang bangku-bangkunya tersusun menjadi kita
Kita berjembaan tangan, dan mulai saling mengenal sebagi keluarga yang disayang Tuhan
Lalu satu demi satu ada yang pergi
Yang lain mengarab-arabkan keluarga, sebagian berteriak memanggil agar kembali

lalu satu demi satu ada yang kembali dan ada yang benar-benar perg

Dari Gitar Beralih Ke Al-Qur'an





Sebut saja namaku si Fulan. Suatu ketika dahulu aku sangat menggandrungi musik dan hari-harinya pun selalu tak pernah lepas dengan nyanyian dan musik. Dimana aku berada musik selalu mengiringiku karena kemana-mana aku selalu membawa hp yang penuh dengan lagu-lagu.

Tatkala itu aku ingin belajar bermain gitar akan tetapi aku tidak mempunyai gitar. Lalu ada temanku yang meminjamkan gitar kepadaku dan aku pun mulai belajar. Namun aku sering mengalami kesusahan dan aku juga sempat putus asa. Namun, dengan motivasi dan dorongan dari teman-temannya aku pun terus dan giat berlatih bermain gitar sampai aku lupa waktu. Aku tinggalkan shalat berjama'ah di masjid, melalaikan al-Qur'an, dan hal-hal yang bermanfaat lainnya.

Hari-hari pun berlalu, aku semakin pandai dalam memetik gitarnya dengan lantunan yang merdu dan suaraku yang indah hingga orang-orang yang berada di sekitarku pun terkesimak melihatku. Kemudian, aku pun mendapat tawaran dari teman-temannya untuk membentuk sebuah band. Dan akhirnya terbentuklah sebuah band dengan empat personil.

Dan akhirnya, aku punya gitar sendiri. Aku dibelikan gitar oleh ayahku karena aku mendapatkan ranking pertama di kelasku. Aku pun mulai lancar dalam memainkan gitar hingga aku pergi kemanapun aku selalu membawa gitar kesayanganku.

Tatkala aku sedang bermain gitar di depan rumahku, tiba-tiba aku mendengar suara lantunan al-Qur'an. Aku pun berhenti memainkan gitar dan sejenak mendengarnya. Entah kenapa hatiku merasa tersentuh tatkala mendengar lantunan al-Qur'an itu. Ternyata suara itu bersumber dari tetanggaku yang sedang memutar murottal. Aku pun menghampirinya kemudian bertanya-tanya. 

"Surat apa ini?" Tanya aku. "Ini adalah surat Luqman, jawabnya."

Kemudian aku bertanya lagi, "kalau boleh tau, surat Luqman itu berisi tentang apa?" lalu ia menjawab, "perkataan sia-sia". Aku pun bertanya lagi, "apa itu yang dimaksud perkataan sia-sia?" ia pun menjawab, "nyanyian". Aku bertanya lagi, "kenapa nyanyian?" lalu ia menjawab, "karena nyanyian itu melalaikan dari mengingat Allah, dzikir, lalai dari Al-Qur'an. Selain itu nyanyian juga menimbulkan kemunafikan dalam hati seperti air yang menumbuhkan tanaman. Nyanyian juga termasuk mantra-mantra zina."

Aku pun terdiam dan 
mulai berfikir, ternyata memang benar kalau musik itu melalaikan segalanya termasuk melalaikan dari ibadah kepada Allah. Sedikit demi sedikit aku pun mulai menjauhi musik, tapi di sisi lain setiap aku melihat gitarku, aku ingin bermain gitar dan bernyanyi lagi. Aku pun mencoba untuk melawannya hingga akhirnya aku pun menghancurkan gitarku dan menghapus semua lagu-lagu yang ada di hpku.

Aku pun mulai mengikuti kajian-kajian yang ada di kampungku karena ada teman yang mengajakku dan memotivasiku. Dari situ alhamdulillah mungkin Allah telah memberiku hidayah untuk meninggalkan musik. Aku pun kembali membaca Al-Qur'an dan mentadaburinya. Aku merasakan kenikmatan tatkala membaca Al-Qur'an hingga aku pun mulai mencintai Al-Qur'an dan bila aku pergi, aku pun selalu membawa Al-Qur'an agar aku senantiasa bisa membacanya.

Semoga kisah ini menjadi motivasi kita untuk bisa meninggalkan musik secara total. Aamiin..

Kenangan

meski telah lama tidak berdua tapi sajak-sajak senantiasa mengalir untuk kita
entah kenapa
tak ada penjelasan yang bisa di terima kecuali mungkin benar aku masih mencintai kita 
seperti biasanya

dan sayang, ini hujan kita yang paling menembus kulit
meski sedikit tetapi
dari hatimu yang terdalam, hujan turun dengan tajam

Taman Kita


ini taman kita yang paling hati
jangan beranjak pergi tak ada yang seindah ini
ini taman kita yang paling hati
hujan hanya terjadi sore hari tetapi setelahnya akan ada pelangi
dan pagi bersahutan dengan melati mengembangkan wangi
ini taman kita yang paling hati

ini taman kita yang paling mati

Hari Terakhir Ramadhan II

malam mengalirkan kita kepada
 pagi, menitipkan senja pada matahari
ini Ramadhan sangat sepi, tak dapat menitipkan apa-apa 
pada siapa-siapa
kita sendirian

Hari Terakhir Ramadhan

memang jarum pendulum tak mau berhenti/ 
menghabisi hidup Ramadhan dan hari-hari yang pergi terganti pagi
memang tak mau berhenti/
dan Ramadhan kita belum banyak berarti/

Selamat Pagi


lalu dari jendela kamarku, aku bisa mengintip matahari mandi, lalu beranjak ke serambi, dan berkata "selamat pagi"
burung-burung menyanyikan janji agar siang hari tetap ramah didekati, sementara 

udara perlahan
 menghangatkan mata dan hati

ketika bersentuhan mata dengan teman-teman lama, maka masa kita rindu 
pada tawa masa yang lama
ketika tangan kita berdua masih berjemba, dan kita berkata, "cinta" namanya


ketika angin yang tak pernah letih berhembus, membawa matamu kepada mataku
dan terus mendekap tanganku pada tanganmu
waktu terhenti
waktu terhenti