/ 1/
aku baru hidup lagi, ketika kamu mendadak membuka pintuku, lalu
tersenyum dan memanggil lembut namaku, ah, tidak, nama milik kita
maafkan aku telah menghilangkan ingatan tentang aku pada pikiranmu
tetapi kamu tetap membuka pintu
meski harus aku ketuk berulangkali, seperti juru tagih
tetapi aku bangga, aku dapat mengenal kamu seperti sedia kala
/2/
Kamu jenuh ya, Sayang? sebagaimana yang "kita" rasakan
aku dapat rasakan dari balik hujan apa yang kamu ingin katakan
aku terbenam kedalam malam
kamu menghilang di dalam keramaian bulir-bulir hujan
seperti perdu kedinginan
kamu sudah makan? aku dengar dapat meredam dingin yang menusuk tulang
kamu tidak membiarkan rasa hangat menemukan jalan, ya, Sayang
hingga kita berdua kedinginan dan tenggelam
sesak, nafas kita yang basah terasa jadi embun yang membasahi wajah
lalu sudut mata
/3/
pada kedalaman kopi pagi ini, ada mata punya kamu yang setahun lalu tulus menuangkannya pada cangkir Kita di tanganku
pada sepiring nasi, ada harum tanganmu yang dulu mengaduknya hanya buat aku
pada hangat udara siang ini, ada hangat tangan kamu yang dulu aku dekap seperti nyala api kepada sumbu
hujan menjadi hangat, seperti air matamu yang turun jauh kedalam hati
/4/
ketika tengah malam tiba, udara semakin sejuk bagi nafas kami yang basah, bukan karena cinta
bintang menyala terang tetapi tidak cukup menerangi di hadapan nyala lilin, tepat di hadapan kami yang berdoa
"terangi dia"
yang mendambakan cinta yang tersembunyi di dalam hati kami, yang tadinya bernama kita
malam tiba perlahan jadi senja
/5/
dalam hujan
ada ingatan sudut mata yang basah
bukan karena hujan
dalam tangan
yang menutupi wajah begitu rahasia
kamu bisa memaafkan, kan, Sayang?
/6/
"ada yang tertancap dengan keras kedalam dada, sementara pemilik mata cahaya
menangis, tetapi kesakitan paling mengerikan adalah bahwa aku lelaki yang tak dapat menangis bersamanya"
"aku sering memandangi senja, merenung
bahwa adakala lelaki dapat menangis
dengan cara yang tak dimengerti wanita"
/7/
itu Kita
tak dapat bersuara
itu Kita
tak dapat berbicara
itu Kita
tak dapat terbuka
itu Kita, kan, Sayang?
/8/
cinta adalah biji, yang ditanam lalu bersemi
berbuah, berdaun lebat dan melindungi
bunga-bunganya indah tetapi akan layu dan mati
cinta kepada akan mati
/9/
Kamu melihat aku ketika aku tertawa, Kamu melihat aku ketika aku luka
pun Kamu melihat aku ketika aku tumbuh menjadi rumput yang tak kenal sakit
Kamu juga lihat aku ketika aku akan mati
/10/
tahun lalu dipenuhi cinta yang gerimis setiap hari
menerpa wajah lalu basah menyegarkan hati
aku, kamu, dan Tuhan kita yang maha cinta sejati
/11/
ketika dan keselamatan difirmankan lalu ditupkan Ruh kedalamnya
dan menjadi kamu yang mendarah, mendaging dan merupa
dagnig-dagingmu berjalan, dia dialirkan ketentuan dan takaran Tuhan menuju tepat kearah Kita
bukankah Ruhku yang menemui ruh kecintaanmu, bukankah tubuhku yang kamu lihat adalah aku
lalu Ruhmu terpisah dari Ruhku
/12/
dibalik hujan
ada yang tersisa dan itu bukan
jejak kaki yang Kita tinggalkan
ketika berdua berjalan
/13/
inilah bunga mawar impian, yang tiap tangkainya adalah kasih sayang Tuhan
bisa kamu lihat, Sayang? helaian mahkota merah hatinya sebercahaya kamu yang dekat dengan Yang Maha Memaafkan
bisa kamu terka, Sayang? darimana aku dapatkan
ini dari taman, milik kita berdua
setelah hujan, senja hari aku kesana memetiknya hanya buat kita
yang kita sirami dia dengan airmata dan tawa milik bersama
lihatlah, Sayang! ini mawar kasih sayang Tuhan!
/14/
cahaya yang aku lihat tahun lalu menjadi ciri mata milik kita
adalah cahaya yang sama yang berpendar dalam gua
ketika induk burung melindungi anaknya dari badai dengan sayap-sayap rapuhnya
kemana cahaya mata milik kamu? tak ada yang menyala
/15/
suaramu masih saja gemericik, tepat seperti setahun lalu ketika kamu adalah ranting-ranting hijau di pekarangan sekolah kita
dengan gemericikmu, kita tertawa bersama-sama dan jadilah aliran sungai yang membawa kita setahun kedepan
aku menjadi lahar yang melumat aliran sungai, lalu membuatnya dangkal namun mematikan
kamu memang menjadi dangkal, namun mengisap siapa saja yang melintas tidak waspada
kita berdua berubah, dari gemericik menuju aliran besar marabahaya
yang rindu masa lalu
belum lama aliranmu diterkam hujan lalu hilang menjadi lembah yang kosong dan terjal
diliputi kabut
tak dapat aku cari
kamu dimana, tidak, masa lalu milik kamu dan Kita dimana?
/16/
inna lillaahi wa inna ilaihi raaji'un...
kita merayakan cinta dengan sederhana, sebagaimana
Tuhan memanggil-manggil nama kekasihNya
bila Tuhan kita cinta dan Tuhan cinta kita
Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji'un...
tanganNya adalah tangan kita
kakiNya adalah kaki kita
LAA
ILAAHA
ILLAAHUU!
tidak ada kekasih selain Dia
cahaya diatas cahaya
inna lillaahi wa inna ilaihi raaji'un...
kematian adalah cinta
yang tersembunyi dengan caraNya
kekasihku, aku kembali
sebenar-benarnya kembali
inna lillaahi wa inna ilaihi raaji'un...
cinta, aku kembali
/17/
"Sayang, ketika kamu mencoba meminta aku melupakan kamu, dan sebaliknya,
kamu mencoba melupakan aku, bukankah terakhir kali kita sedang
bersantai di sebuah pantai yang indah,
aku adalah pasir, kamu selalu membersihkan ketika aku melekat di kakimu yang terus berlari
tetapi terus lekat sebab kamu masih berjalan di atas pasir pantai yang halus dan basah suci
kamu adalah ombak laut, yang ingin aku jauhi karena takut hanyut dan mati namun tetap terus aku dekati
karena ombak laut membasuh luka-luka hati"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar