Kau tentu tahu; jika bunga-bunga randu itu beterbangan
Menutupi jalan; pada waktu menjelang Ashar
Yang ingin bunga itu katakan berbeda
saat kau dengan sengaja-diam-diam atau terbuka-mengetamnya
Menjadikannya kasur bagi tidurmu yang sejahtera
Kau tentu pernah mendengar bahwa
daun-daun jati itu pergi tanpa mengetuk pintumu
Saat tangan-tangan yang tak bakal dimakan rayap datang menebang
Dan daun-daun itu menjelma sayap; yang kaugunakan
terbang ke masa kenangan
Kau bisa jadi ingat pernah bercakap pada rebung bambu
Betapa ia tak tahu nasib memberinya berapa waktu
Barangtentu kau tak tahu bagaimana
ingatan permainan anak-anak kita
Disimpan di rongga-rongga bambu
Dan bagaimana rongga-rongga itu
akan menceritakan muasalnya padamu:
"Aku tercipta dari punggung dan jemari ibu..."
Nyanyian Semesta
"Menjelang matahari terlelap;
aku mendengar nyanyian
Yang gaib. Dari dasar
alam semesta
Dari akar-akar penciptaan
Partikel Tuhan.
Dzarrah yang pekat.
Dawai yang bergetar
Nada yang gelepar
Tenaga yang pencar
Wujud dan tak wujud.
Wurd dan sujud.
Kekosongan dan materi.
Kehampaan dan gravitasi.
Cahaya adalah
yang nampak--dan--menampakkan. Kita
adalah cahaya
Nyanyian Ghazali.
Kantung-kantung cahaya.
Nyanyian taman
para pencari
Hidup-hidupkan hari
Yang telah mati
Kita di dalam peti
Yang dikunci berpuluh juta hari
Kita adalah anak-anak pewaris Sohrawardi
Kita adalah pencari
Amanat tekateki Rumi....."
Safar Hujan
Suatu hari
Hujan, dengan jubahnya yang lapang
Bermurah hati
Menjenguk ladang-ladang
Di desa-desa
Menziarahi orang-orang tua
Yang paham sejarah
Bagaimana sebuah kota
Kelewat jatuh cinta
Pada dirinya sendiri
daun-daun jati itu pergi tanpa mengetuk pintumu
Saat tangan-tangan yang tak bakal dimakan rayap datang menebang
Dan daun-daun itu menjelma sayap; yang kaugunakan
terbang ke masa kenangan
Kau bisa jadi ingat pernah bercakap pada rebung bambu
Betapa ia tak tahu nasib memberinya berapa waktu
Barangtentu kau tak tahu bagaimana
ingatan permainan anak-anak kita
Disimpan di rongga-rongga bambu
Dan bagaimana rongga-rongga itu
akan menceritakan muasalnya padamu:
"Aku tercipta dari punggung dan jemari ibu..."
Nyanyian Semesta
"Menjelang matahari terlelap;
aku mendengar nyanyian
Yang gaib. Dari dasar
alam semesta
Dari akar-akar penciptaan
Partikel Tuhan.
Dzarrah yang pekat.
Dawai yang bergetar
Nada yang gelepar
Tenaga yang pencar
Wujud dan tak wujud.
Wurd dan sujud.
Kekosongan dan materi.
Kehampaan dan gravitasi.
Cahaya adalah
yang nampak--dan--menampakkan. Kita
adalah cahaya
Nyanyian Ghazali.
Kantung-kantung cahaya.
Nyanyian taman
para pencari
Hidup-hidupkan hari
Yang telah mati
Kita di dalam peti
Yang dikunci berpuluh juta hari
Kita adalah anak-anak pewaris Sohrawardi
Kita adalah pencari
Amanat tekateki Rumi....."
Safar Hujan
Suatu hari
Hujan, dengan jubahnya yang lapang
Bermurah hati
Menjenguk ladang-ladang
Di desa-desa
Menziarahi orang-orang tua
Yang paham sejarah
Bagaimana sebuah kota
Kelewat jatuh cinta
Pada dirinya sendiri
Hujanpun terus melangkah
Disingkapnya daun-daun pisang
Yang usil; ditepisnya
bunga-bunga ilalang
Dari lahan yang ditinggalkan
"Betapa lamanya," ia mendesah,
"Betapa lama desa-desa di sini
Tak dijenguk rajanya sendiri."
Dengan senyum yang lebat
Hujan membasuh pipi-pipi perawan
Yang bersitahan di celah-celah zaman
Dengan kasihnya yang deras
Ia pastikan tak ada yang sanggup melawan....
Ode
Ijinkan aku membawakan padamu
Airmata para Nabi
Yang kerap dijatuhkan di malam-malam bisu
Kita terpaksa memanggil burung-burung bagi bernyanyi
Menutupi isak yang rahasia; yang tak seorangpun
Boleh mengetahui. Kita terpaksa
Meragukan mustajab doa-doa
Dengarkan aku: suara langkah kita
Telah berapa lama barangkali tak didengar sesiapa
Yang menjenguk taman surga. Suara bercanda kita
Yang sederhana; barangkali telah diliputi
prasangka-prasangka
pantun teka teki jenaka
Rupanya pertanyaan hidup
Telah kau jawab dengan lugas dan wibawa:
Tak ada kehidupan, jika tak ada kematian
Disingkapnya daun-daun pisang
Yang usil; ditepisnya
bunga-bunga ilalang
Dari lahan yang ditinggalkan
"Betapa lamanya," ia mendesah,
"Betapa lama desa-desa di sini
Tak dijenguk rajanya sendiri."
Dengan senyum yang lebat
Hujan membasuh pipi-pipi perawan
Yang bersitahan di celah-celah zaman
Dengan kasihnya yang deras
Ia pastikan tak ada yang sanggup melawan....
Ode
Ijinkan aku membawakan padamu
Airmata para Nabi
Yang kerap dijatuhkan di malam-malam bisu
Kita terpaksa memanggil burung-burung bagi bernyanyi
Menutupi isak yang rahasia; yang tak seorangpun
Boleh mengetahui. Kita terpaksa
Meragukan mustajab doa-doa
Dengarkan aku: suara langkah kita
Telah berapa lama barangkali tak didengar sesiapa
Yang menjenguk taman surga. Suara bercanda kita
Yang sederhana; barangkali telah diliputi
prasangka-prasangka
pantun teka teki jenaka
Rupanya pertanyaan hidup
Telah kau jawab dengan lugas dan wibawa:
Tak ada kehidupan, jika tak ada kematian
untuk membedakan
Selamat Sore,
BalasHapusSalam kenal dari Hebros,
Perusahaan yang bergerak dibidang IT dan Jasa Pemasangan, Penjualan dan Perawatan Camera CCTV Indooor dan Outdoor.
www.hebros.co.id
Kok yg ini lebih bagus dr puisi2 cikgu yg saya baca di snap WA atau fb ya?
BalasHapus