Selasa, 03 April 2012

Jabariyah Vs Qadariyyah dimata Non-Islam


Muslim pilih prinsip Qadar (Kehendak bebas) atau Jabr (Takdir/Paksaan)?

kaum Jabariyya (kaum determinist; dari kata jabr, yang berarti kewajiban tanpa syarat/keharusan buta) menganut doktrin bahwa demi kemahakuasaan ilahinya, Tuhan perlu kontrol absolut atas tindakan manusia. Salah satu nama Tuhan dalam Qur’an adalah al-Jabbar, Maha Pemaksa (59:23), yang kekuasaannya tak boleh ditentang. Tuhan sendirilah yang menentukan setiap perilaku manusia.

Segala sesuatu sudah ditentukan sebelumnya dan takdir manusia telah ditetapkan sebelum ia lahir.”

Berikut beberapa contoh hadisnya:
(8 Hadis Muslim, Kitab al Qadar 1848)

Hudhayfa bin Asid melaporkan bahwa Nabi berkata, "Dua malaikat mengunjungi setiap janin dalam rahim berusia empat puluh atau empat puluh lima malam dan mengatakan, 'Ya Tuhan! Apakah (janin ini akan mengikuti jalan) sesat atau benar? "Lalu mereka menulis [jawabannya]. Kemudian mereka bertanya, 'Ya Tuhan! Apakah laki-laki atau perempuan? "Kemudian mereka menulis [jawabannya]. Mereka juga menulis perbuatan, kekayaan serta kehidupan dan kematiannya. Kemudian mereka menutup perkamen sehingga tak ada yang ditambah atau dikurangi sesudahnya.”

Abu Huraira melaporkan Muhammad mengatakan: "Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagian perzinahan dimana manusia melakukan untuk kesenangan semata dan yang terpaksa melakukannya."

Sebuah Hadis yang ditemukan baik di hadis Muslim maupun Bukhari (dua sumber hadist paling terpercaya) menyatakan bahwa Musa, saat bertemu Adam, bertanya kepadanya: "Engkaukah Adam, bapak umat manusia, yang Ia ciptakan dengan tangan-Nya sendiri. . . Mengapa engkau membuat kami dan engkau sendiri diusir dari surga? " Jawab Adam," Engkaukah Musa yang dipilih Tuhan jadi utusannya, orang yang ditinggikan Tuhan dengan cara berbicara langsung kepadanya dan menulis Taurat baginya dengan tangan-Nya sendiri? Sepengetahuanmu, berapa lamakah sebelum saya diciptakan ada ketetapan: "Adam mendurhakai perintahNya dan sesat (Quran 20:121)? “ Musa kemudian menjawab: "[Ketetapan] ini sudah ada jauh sebelum [penciptaanmu]"Demikianlah balas Adam pada Musa.

Ayat Qur’an yang mendukung orientasi ini mengatakan: "Jadi siapapun yang Allah kehendaki untuk diberi petunjuk --Dia melapangkan dadanya untuk [menerima] Islam, dan siapa saja yang Dia kehendaki kesesatannya -- Dia membuat dadanya sesak dan sempit seolah-olah dia sedang mendaki ke langit "(6:125).

Dan " Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar." (8:17).

Counter balik terhadap ini adalah kutipan lain dari Qur’an yang menguatkan posisi kaum Mu'tazila/Qadariya yang mengusung kehendak bebas dan memperjelas bahwa manusia dapat memilih secara bebas dan akan mempertanggung-jawabkannya pada hari penghakiman.

Misalnya, Qadariya mengutip: "Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab.” (40:40).

Atau,“Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". 18:29).

Atau, “Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri.” (6:164).

Juga:“Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan” (45:22).

Ada banyak ayat-ayat seperti itu yang merujuk pada wewenang manusia dan pertanggungjawaban atas perbuatannya.

Paradoks yang tercipta oleh dua posisi berbeda ini terkandung dalam kutipan Al-Qur'an yang sama: “Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.” (16:93).

Jadi yang mana anda pilih?

· · · 17 jam yang lalu melalui seluler


    • Amar Ar-Risalah
      pertama, kita satukan konsep terlebih dahulu.
      aqidah asy'ariyah, adalah aliran yang memandang kita, manusia, karena kesempurnaan akalnya, bebas menentukan masa depan bersandar pada ayat "dan tidaklah kami ubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendiri mengubah nasibnya"

      ini menunjukkan manusia memiliki kehendak bebas menentukan waktu yang akan datang.

      aqidah jabariyyah, adalah keyakinan yang memandang manusia, sesuai sifatnya sebagai Abd, hamba Allah, dan mengingat sifat Allah sebagai Maha Kuasa, hanya memilki KETERPAKSAAN dalam menjalanai takdir. sesuai ayat, sesunguhnya Allah telah mengadakan kadar bagi setiap sesuatu.

      Kedua, takdir dalam islam, menjadi dua pokok besar.
      qadar, yang berarti takatan, kadar, ketentuan, adalah garis rencana Tuhan terhadap segala yang terjadi di masa depan dan masalalu.
      qadha, adalah ketetapan, berupa pengesahan Tuhan terhadap takdir itu,
      taqdir adalah kata benda dari Qadar.

      semua dapat dijelaskan berikut:
      asyariyah, adalah aliran sempalan dalam islam yang mengesampingkan peran Tuhan dalam membentuk masa depan. mereka menganggap segalanya terjadi akibat ikhtiyar.
      begitu pula qadariyah, semmuana menyimpang.

      ada sebuah penjelasan yang mendekati kebenaran sebagi berikut, menjadi aqidah umum umat islam:
      masalah ini berpangkal pada kontradiksi 2 ayat diatas.
      -Allah Maha Kuasa dan Tahu,-atau sebaliknya?

      jika masa depan HANYA terjadi akibat IKHTIYAR manusia, berarti bukankah kemahatahuan Tuhan akan hilang, dan menjadi kuasa sepenuhnya manusia? mengingat, sifat pengetahuan tuhan adalah AWAL DAN AKHIR

      jika pula masadepan HAK PREROGATIF Tuhan, berarti penciptaan kita menjadi sia-sia! hanya boneka mainan tanpa kehendak sedikitpun, dalm bayang-bayang keterpaksaan pada takdir.

      bagaimana penjelasan tepatnya?
      ternyata, ini akibat penyelewengan TAKWIL.
      takwil adalah upaya memahami ayat yang dianggap bertentangan secara Harfiyah.

      jawabannya, ternyata kita MAMPU MELEPASKAN DIRI DARI TAKDIR TANPA TUHAN KEHILANGAN KEMAHATAHUANNYA

      kenapa?
      1. Tuhan bekerja, menciptakan hukum-hukum awal, sebab dan akibat.
      Dia memiliki ciri khas dalam menentukan takdir, yang tersebar penjelasannya dalm berbagai ayat, yaitu SEBAB. segala sesuatu kecuali Dia, memiliki sebab, dengan Dia sebagai Sebab segala sebab.
      kita sakit, disebabkan kita tak sarapan.
      dan seterusnya.
      apakah Tuhan lantas berpangku tangan setelah menetukan sebab akibat, dan membiarkannya bekerja?
      Tidak!
      ini sebabnya kita diperiintahkan beerdoa, sebagai upaya mengubah takdir.

      hadits yang menyatakan umur, rizqi, dan jodoh telah ditentukan, SALAH DIMAKNAI SEBAGAI DETERMIN.

      2. jika demikian, kenapa dalam islam diperintahkan:
      -sedekahlah, untuk MEMPERBANYAK RIZQI
      -jalinlah silaturahmi dan kasih sayang, UNTUK MEMANJANGKAN UMUR
      -ayat WANITA YANG BAIK HANYA UNTUK LAKI-LAKI BAIK
      -berdoalah, AGAR URUSANMU DIMUDAHKAN
      itu semua tak lain, adalah hadiah KASIH SAYANG ALLAH kepada manusia, hanya kepada manusia, untuk dapat mencampuri rencana Tuhan. Tuhan, dapat mencampuri urusan manusia, namun manusia juga DAPAT MENCAMPURI urusan tuhan dalam membentuk takdirnya sendiri.
      jadi, ayat yang menyatakan ketentuan di satu sisi dan kebebasan di ayat lain ternyata tidak bertentangan, tetapi justru menyatakan hal yang sama, dibawah ini:
      3. takdir dibagi menjadi DEFINITIF dan INDEFINITIF
      definitif, adalah takdir yang tak dapat diubah, ini HANYA meliputi HUKUM SEBAB AKIBAT sebagai syarat berjalannya takdir, sesuai cara kerja Tuhan.
      indefinitif, adalah takdir yang dapat DIUBAH, dengan tetapi berpegang kepada sebab-alkibt, namun memasukkan faktor sebab lain: KEHENDAK TUHAN!
      dan, ini hanya berlaku untuk makhluk yang memiliki akal, nafsu dan ambisi di satu wadah fisik, yaitu: MANUSIA! bukan hewan, tanaman, atau malaikat

      hadiah manakah yang lebih indah dari Tuhan kepada kita, selain kebebasan mengubah takdir di masa depan?
      Tuhan itu, Maha Penyayang!

      Jika masih ditanya, kenapa bisa timbul perbedaan dalam hal pokok ini?
      singkatnya, begitu pula yang terjadi antara Katolik, Protestan, Nestorian, Koptik, dan Advent.
      masing-masing memahami agama hanya menurut kepentingan dan hawa nafsunya sendiri, tidak menurut kebenaran.
      Tuhan bersmaa Kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar