/1/
Kenapa setiap hujan, emosi kita semacam, terbawa?
Saya tidak paham. Dalam kacamata bahasa Indonesia-bidang ilmu saya-Hujan tidak ada padanan katanya. Hujan, adalah hujan. Titik-titik air yang jatuh dari langit.
Tapi, bahasa Indonesia dan Melayu merekam salah satu sifat hujan. Rinai, dalam bahasa kita, berarti: titik-titik hujan, atau hujan kecil kecil.
Arti lainnya, adalah senandung dan nyanyian. Adakah pada masa dulu kala hujan memang bernyanyi? Atau adakah memang nyanyian tertentu dulu digunakan mengakrabi hujan?
Rinai hujan, berarti "senandung hujan" atau "nyanyian titik-titik air yang jatuh dari langit".
Adakah "nyanyian" itu yang didengar oleh batin kita, beresonansi, lalu bekerja membangkitkan perasaan, kenangan, dan bahkan mampu mempengaruhi darah dan detak jantung?
Adakah nyanyian itu, memang salah satu rahma yang disisipkan dalam fenomena hujan?
Entahlah. Orang Indonesia memang puitis-puitis.
#belajarbahasa
#belajarbahasa
/2/
Dalam bahasa Indonesia, "bunuh" berarti menghilangkan nyawa, dan mematikan.
Tetapi, dalam makna leksikal pula, bunuh berarti:
1. Menghapus sesuatu
2. Memadamkan sesuatu
3. Menutup sesuatu
2. Memadamkan sesuatu
3. Menutup sesuatu
Dalam konteks pertama, dijelaskan bahwa menghapus sesuatu yang dimaksud, adalah tulisan. Dalam arti, bisa jadi jika ingin membunuh, cukup dengan menghapus tulisan.
Cukup dengan menghapus tulisan, membakar buku, atau tidak membaca karya dan kemudian mengasingkan penulisnya, memadamkan semangatnya, dan menutup beritanya.
Orang yang dihapus, tulisan yang dihapus, adalah sebuah pembunuhan.
Dan ini tidak tentang kiasan. Membunuh, memang bisa dilakukan dengan, menghalangi orang menulis, menghapus tulisannya, atau membuat orang tidak membaca tulisannya.
Mungkin itu sekejam-kejamnya membunuh. Bahasa Indonesia memang mengabadikan yang lebih dari kata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar