Saya
diminta mengisi diskusi mengenai kebakaran hutan di Cina. Di salah satu
provinsinya, 印度尼西亚, atau Yindunixia, mengalami kebakaran hutan
terhebat di dunia. Masalahnya, kita ini mahasiswa pendidikan dan saya sempat
berpikir, diskusinya mau di bawa ke mana ya? Tapi saya akan paparkan sedikit
yang saya tahu.
Kebakaran
hutan di Sumatera dan Kalimantan sudah sangat memprihatinkan. (Maaf saya tidak
menemukan diksi lain yang sesuai dan tidak klise). Saya yakin, Yth. Bagus Tito
sudah akan membahas dampak lingkungan dan lain-lain berhubung beliau adalah
mahasiswa ilmu alam.
Saya
mahasiswa sastra, maka saya akan membahasnya dari sisi politik dan bisnis. Data
dan fakta lainnya silakan cari dari web yang ada, misalnya web sinarmas, web
Golden Agri Resources, web Greenpeace, dan jangan lupa Siakad UNJ.
Sebelum
itu, kita masuk ke informasi media bahwa Sinarmas digugat pemerintahan saat ini
senilai 7,8 triliun rupiah. Angka sebesar itu, bahkan tiga kali APBD Kota
Depok. Alasan penggugatannya, karena terbukti bersalah dalam pembakaran lahan
di Riau.
Hal
ini diikuti oleh Singapura, yang memboikot kertas dan setiap produk Sinarmas.
Begitu juga asosiasi lainnya.
Tempo
menulis, "Dewan Lingkungan Singapura
atau Singapore Environment Council (SEC) telah mencabut sertifikasi hijau milik
Universal Sovereign Trading yang merupakan distributor eksklusif produk APP di
Singapura. Tak hanya itu, SEC kemudian juga meminta 16 jaringan supermarket di
Singapura untuk berhenti menjual produk APP dan empat perusahaan lain hingga
selesainya penyelidikan soal penyebab kebakaran di wilayah konsesi
masing-masing.
"Seruan itu langsung ditaati
oleh beberapa jaringan ritel besar negeri jiran. NTUC FairPrice, Sheng Siong
dan Prime Supermarket langsung menurunkan tisu Paseo yang merupakan merek
dagang APP dari rak mereka. Sementara Dairy Farm Group yang membawahi jaringan
Guardian, 7-Eleven, Cold Storage dan Giant hanya akan menghabiskan stok mereka,
lalu menghentikan pasokan setelahnya".
Berita ini turun pada 12/10 2015 lalu.
Persoalannya,
kenapa sampai sekarang, sepertinya Sinarmas, Asia Pulp and Paper, serta Golden
Agri Resources seperti tak terpengaruh dengan itu semua? Ada apa di balik itu?
Pemilik utama dari
Sinarmas, tadinya adalah Eka Tjipta Widjaja. Orang ini asli kelahiran Cina pada
1931. Setelah menua, perusahaannya dipecah-pecah kepada anak cucunya, di
antaranya Peter Oei di Singapura, dengan menjadi orang terkaya ke-32 di sana.
Ya,
putra Eka Tjipta Widjaja sudah menerapkan prinsip diaspora ala-ala negara
sebelah.
Salah
satu puteranya yang lain, Franky Widjaja, kini menjadi pewaris utama. Dengan
Golden Agri yang basisnya di Singapura, Sinarmas Group diindukkan ke perusahaan
ini. Total luas lahan yang dikonsesikan sebesar 20.000 hektar di seluruh
Indonesia.
Franky
Widjaja adalah salah satu orang terkaya di Indonesia. Nah, di sini masalah
bermuara. Pada Pilpres dan Pileg 2014 lalu, Presiden RI Megawati Soekarno Putri
dan Jusuf Kalla, eh, maksud saya Luhut Binsar Pandjaitan, eh, maksud saya Joko
Widodo dituding menutupi arus dana kampanye yang luarbiasa besar dari beberapa
pihak.
Ekatjipta
dan Grup Sinarmas dituding oleh PPP dan Partai Golkar kala itu, menyumbang 1,5
T untuk kampanye Jokowi. Bukan kata saya. Tapi, tentu karena sekarang Golkar
mendukung Ahok, Golkar tidak salah. Yang salah adalah menolak Ahok.
Akhirnya
cerita berlanjut dengan terpilihnya Megawati sebagai presiden RI kedua kalinya
pada 2014 dan Joko Widodo sebagai staf khususnya. Di titik itu, mudah ditebak
bahwa dana 1,5 T dari Sinarmas itu akan memainkan perannya.
Sinarmas
ditenggarai memang membakar hutan sejak 1996. Nah, memang Eka Tjipta sendiri
dulu dikenal akrab dengan Presiden Soeharto dan Partai Golkar. Memang ciri umum
perilaku politik pengusaha, adalah mendekati penguasa dan akhirnya menciptakan
zona aman bagi usahanya.
Kini,
Franky mendekati Jokowi dan PDI-P. Perkaranya, pada akhir pemerintahan SBY,
2013 hingga 2014, Sinarmas dituding gelapkan pajak. Jumlahnya besar. Dan, “pengampunan”
itu tidak diberikan juga pada masa SBY.
Baru
akhirnya ketika Jokowi terpilih, buru-buru Kemenperin memberikan Tax Holliday
dan Tax Allowance. " Permohonan
keringanan pajak penghasilan (PPh) atau tax allowance yang diajukan oleh anak
usaha Sinar Mas, PT Oki Pulp and Paper Mills, telah mendapat restu dari
Kementerian Perindustrian. Perusahaan kertas ini dinilai berhak mendapatkan
insentif fiskal tersebut mengingat pengajuan fasilitas sudah dilakukan sejak
beberapa tahun lalu."
"Gandi Sulistyanto, Managing
Director Sinar Mas, menjelaskan pengajuan tax holiday ini diperuntukkan bagi
pembangunan pabrik senilai Rp 30 triliun yang berlokasi di Ogan Komering Ilir,
Sumatera Selatan. Apabila tax holiday ini disetujui pemerintah, Gandhi berharap
pabrik sudah dapat mengekspor pulp senilai Rp 14 triliun per tahun mulai
2017." seperti diberitakan
CNN pada Mei 2015 lalu.
Sengaja
kok saya tidak mengutip Republika.
Belum
cukup sampai di situ, Sinarmas dan Golden Agri masih terus menjadi ulat dalam
pemerintahan kita. Ketika skandal yang melibatkan firma hukum Mossack Fonseca,
Panama Papers terungkap, Franky Widjaja tercatut di sana!
Dan
bukankah tidak mengejutkan, jika kemudian pemerintah pada awal tahun ini mengesahkan
UU Pengampunan Pajak. Jelas, kursi PDI-P di DPR-RI adalah 109 buah. Partai
pendukung rezim lain, seperti Hanura, Nasdem, adalah 35 dan 16 kursi. Totalnya,
160 kursi.
Menurut
pemerintah, 11 ribu triliun bisa masuk ke Indonesia jika Tax Amnesty
diterapkan. Namun, berbekal pengalaman, Sri Mulyani menyederhanakan perhitungan
menjadi 165 T. Jumlah yang jauh lebih kecil jika kemudian berusaha menangkap
saja pengemplang pajak itu.
Tapi
belum cukup sampai di sini. Sinarmas Financial Service yang bergerak di bidang
keuangan dan memiliki cabang Bank Sinarmas, diberitakan "mendorong nasabah
membayar tax amnesty", tentu melalui rekening Sinarmas!
Sinarmas
kini justru getol mengadakan sosialisasi Tax Amnesty justru ketika, pemiliknya
sendiri terseret ke sana.
Merasa
familiar?
Polanya:
Sinarmas kena penggelapan pajak tinggi. Sinarmas tahu akar masalahnya
pemerintah. Sinarmas dekati partai potensial pemenang pemilu. Sinarmas sponsori
pemenangan eksekutif. Lalu eksekutif dimenangkan calon partai yang
bersangkutan. Sinarmas minta keringanan pajak. Sinarmas diberi Tax Allowance
dan Tax Holliday. Sinarmas kena Panama Papers. Sinarmas diberikan Pengampunan
Pajak. Sinarmas punya cabang perbankan. Orang bayar tax amnesty lewat Sinarmas.
Nah,
terhitung sejak Sinarmas diberitakan terlibat pembakaran lahan, sampai hari
ini, hanya butuh 3 tahun untuk membalik keadaan.
2013,
berita kebakaran lahan muncul. 2014, Singapura dan jaringan pusat perbelanjaan
Asia memboikot Sinarmas. 2014 tengah, Sinarmas sponsori Jokowi. 2014 akhir, Jokowi menang pemilu. 2015,
Jokowi beri Tax Allowance dan Tax Holliday. 2016, Sinarmas diberi Tax Amnesty.
Pada
2014 sekalipun, ketika baru terpilih, publik seharusnya tersadar, bahwa
Sinarmas kelak akan memainkan kunci penting bencana terluas di dunia ini. Pada
forum Asia-Pacific Economic Cooperation atau Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik di
Cina, bahkan CEO Sinarmaslah yang mengenalkan Jokowi pada forum itu.
Istilahnya, diendorsement.
Lalu
apa dampaknya pada Sinarmas? Mari kita tinjau sejenak berita Detik.com pada
Maret 2015 ini.
“Grup Sinar Mas melalui beberapa anak usahanya
mendapat pinjaman total sebesar US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 19,5 triliun
(kurs Rp 13.000) dari China Development Bank (CDB) dan ICBC Financial Leasing
Co. Ltd.
Dananya akan digunakan untuk membangun pembangkit
listrik guna memasok kebutuhan energi, pengembangan pulp and paper di Indonesia dan
pengembangan industri telekomunikasi.
PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) menandatangani
kesepakatan pinjaman senilai US$ 510 juta dengan China Development Bank
Corporation (CDB) untuk pengembangan pembangkit listrik di Sumatera Selatan dan
Sulawesi Selatan.
Pinjaman tersebut mencapai 75% dari keseluruhan
pinjaman yang mencapai sebesar US$ 680 juta, Dana akan dialokasikan untuk
pembangunan pembangkit listrik mulut tambang Sumsel-5 Musi Banyuasin
berkapasitas 1x300 MW senilai US$ 480 juta, dan pembangkit listrik Kendari-3,
berkapasitas 2x50 MW sebesar US$ 200 juta.
.....
Sementara itu, untuk pengembangan
pulp and paper perusahaan di bawah Sinar Mas
mendapatkan pinjaman senilai US$ 350 juta dan 2,1 miliar RMB atau kurang lebih setara dengan US$ 700 juta.
mendapatkan pinjaman senilai US$ 350 juta dan 2,1 miliar RMB atau kurang lebih setara dengan US$ 700 juta.
"Kesinambungan kemitraan kami
dengan lembaga keuangan luar negeri juga menggambarkan kepercayaan mereka akan perkembangan
serta reputasi industri nasional yang tetap terjaga," kata Managing
Director Sinar Mas, G. Sulistiyanto dalam siaran pers, Jumat (27/3/2015).
Di bidang telekomunikasi, sejak tahun 2006 Sinar Mas sudah bekerja sama dengan China Development
Bank untuk pembangunan konstruksi, instalasi dan jaringan industri
telekomunikasi LTE Sinar Mas melalui Smartfren.
Bantuan pinjaman yang ditandatangan di Bejing saat
ini mencapai US$ 300 juta. Sebelumnya, Smartfren sudah menandatangani pinjaman
US$ 700 juta.
Total investasi yang ditandatangani Sinar
Mas kali ini mencapai lebih dari US$ 1,5 miliar. Tanda tangan investasi yang
dilakukan di The Great Hall ini dihadiri
Presiden RI Joko Widodo dan PM RRC Li Keqiang.
Nanti
kalau kita perpanjang lagi, ini akan menyentuh kasus Reklamasi Teluk Jakarta. Ingat Sunny Tanuwidjaja? Ya.
Dia, yang terlibat kasus penyuapan pada pembahasan Raperda di DPRD DKI Jakarta,
adalah sepupu, dari menantu Ekatjipta Widjaja. Dan, dia dikatakan sebagai,
saudara ipar Basuki Tjahaja Purnama.
Tertebak
bukan? Ya. Sinarmas lebih luas daripada yang kita kira sekadar perusahaan
kertas. Tetapi, Sinarmas memegang kunci PDI-P, sekaligus oposisinya yang kala
itu menjagokan Ahok, Partai Gerindra.
Nah,
dari urusan politik, kita ke urusan komoditi. Sinarmas, tercatat memproduksi
produk-produk ini: Minyak Goreng Sinarmas, Minyak Goreng Kunci Mas, minyak
Goreng dan Margarin Mitra, Minyak Goreng dan Margarin Filma Palmboom, Palmvita,
minyak goreng Menara, Mitra Spesial, Shortening Palmvita, Palmvita, Gold,
Pusaka, Mitra, Menara, dan Delicio, Specialty Fats Delicio dan Delicoa, Frying
Fats Good Fry, Frying, Fats Butter Oil Substitute Good Fry, Palmboom, dan
Palmvita Gold.
Itu
untuk minyak goreng. Pertanyaan saya, siapa di Indonesia yang tidak pakai
produk di atas?
Bagaimana
dengan produk kertas? Kertas dan buku tulis Sinarmas: Enivo, Enova, Paperline,
Sinar Dunia, Bola Dunia, Paseo, Rim Kertas Gold, dan Rim Kertas Mirage. Nah
lho, hampir semua isi fotokopian adalah produk Sinarmas!
Jadi,
Anda masih mau berkeras boikot Sinarmas? Pakai gadget. Tapi profesor tua dan
dosen di UNJ tidak ramah lingkungan, atas nama skripsi.
Dan,
gugatan pemerintah pada Sinarmas, sebagaimana ditebak, ditolak. Dengan alasan:
"Dalam pertimbangan putusan,
majelis hakim menyatakan membakar hutan tidak merusak lingkungan karena tanaman
masih bisa ditanam kembali. Lalu majelis hakim juga menilai gugatan tersebut
tidak bisa dibuktikan menimbulkan kerugian dan kerusakan hayati." Mirip sekali dengan alasan beberapa kampus men-DO
mahasiswanya. Bukan UNJ ya.
Majelis
Hakim menyatakan, "Menolak tuntutan
provisi Penggugat; Dalam eksepsi: - Menolak eksepsi Tergugat; Dalam Pokok
Perkara: - Menolak gugatan Penggugat seluruhnya; - Menghukum Penggugat untuk
membayar biaya perkara yang sampai hari ini ditetapkan sejumlah Rp10.251.000,00
(sepuluh juta dua ratus lima puluh satu ribu rupiah)."
Ini disalin dari PUTUSAN
Nomor 24/Pdt.G/2015/PN.Plg, Mahkamah Agung.
Agak aneh? Memang itulah kenyataan yang terjadi. Kita
belum lagi bicara soal PT Riau Andalan Pulp and Paper milik Sukanto Tanoto,
yang juga terkena Panama Papers, dan lalu Tax Amnesty. Ia juga mensponsori
kampanye capres Jokowi 1,5 T melalui usaha anak-anaknya. Sukanto melalui
perusahaan kayunya sejak jaman Orde Baru menggerus hutan di Riau, bahkan
langsung diresmikan Soeharto pada 1975.
Sukanto
Tanoto kelahiran Medan pada 1949, dan ayahnya adalah imigran dari Cina asli,
mirip seperti Ekatjipta Widjaja. Ia mendukung pencapresan Jokowi dengan
mengucurkan dana kampanye. Yang jelas, dana kampanye ini ilegal sebab maksimal
hanya 5 miliar.
Selain
itu, melalui PT Asian Agri, kebakaran hutan jelas terjadi. Pada 2012 Asian Agri
sudah diputus melakukan penggelapan pajak. Dan tertebak, mereka punya
kepentingan yang sama dengan Sinarmas. Di sisi lain, Sukanto juga dituding pada
Pilpres lalu mendanai kampanye Jokowi-JK, jelas karena kesadaran untuk
melindungi bisnis ini.
Palmia,
Palmolin, Minyak Kita, adalah segelintir produk Asian Agri. Sukanto Tanoto,
melalui PT Riau Andalan Pulp And Paper, juga sangat dekat dengan Pemprov Riau,
yang gubernurnya juga seorang pengusaha. Saya bersyukur rektor kita tidak
menjadi direktur Tanoto Foundation sebagaimana mantan rektor UGM.
Ngomong-ngomong,
salah satu perusahaan milik Sukanto Tanoto, PT Inti Indorayon yang berubah
menjadi Toba Pulp Lestari, pada masa BJ Habibie dihentikan kegiatannya karena
terbukti mencemari lingkungan di sekitar Danau Toba. Ini didirikan di sekitar
Toba Samosir. Memang akhirnya, kegiatan Indorayon dihentikan. Namun bsa ditebak
juga, yang keras membela Indorayon tidak merusak lingkungan, adalah Jusuf
Kalla. Waktu itu, ia masih menjabat Menteri Perdagangan.
Sukanto
Tanoto lebih sadis daripada Franky Widjaja. Ia dan perusahaannya sudah tiga
kali terlibat konflik terbuka dengan masyarakat. Pada tahun 1998, seorang warga
ditembak mati. Namanya tidak seterkenal Elang Mulia atau Ronny Setiawan, akan
tetapi, ia patut dianugerahi Pahlawan Hutan Indonesia. Namanya, Panuju
Manurung. Ia mati pada saat bentrok massal 10.000 warga melawan ABRI dalam
penuntutan Toba Pulp (nama baru Indorayon) agar tutup.
Pada
tahun 2000, terjadi lagi bentrok warga Porsea dengan aparat yang melindungi
Toba Pulp, dan tewaslah Hermanto Sitorus, seorang pelajar yang kebetulan
lewat-dan kasusnya tidak diusut. Bukti bahwa aparat gunakan senjata api, dan
kedua, Sukanto Tanoto berdarah dingin.
Ketiga
kalinya, terjadi lagi konflik berdarah yang melibatkan Sukanto Tanoto dan
warga. Lahan PT Toba Pulp dianggap Aliansi Masyarakat Adat
Nusantara (AMAN) Tano Batak melanggar tanah mereka, dan merekapun melakukan
serangkaian demonstrasi.
Pada
25 Februari 2013, terjadilah tragedi itu. Pagi harinya, ratusan warga AMAN dari
desa Pandumaan-Sipituhuta memergoki kegiatan pembukaan lahan di hutan Dolok Ginjang. Maka terjadiah
pembakaran dan penghentian paksa..
Namun
malamnya, Polres Humban Hasundutan melakukan sweeping dengan kekerasan ke desa
itu, dan beberapa orang ditangkap.
Banyak wanita-dalam kesaksian warga hingga 30 orang-disekap sebagai
sandera atau untuk diinterogasi di sebuah rumah dan ditanyai macam-macam selama
beberapa jam. Beberapa rumah didobrak. Total, 31 orang ditahan.
Beralih
ke grup bisnis Sukanto Tanoto, salah satu anak perusahaannya adalah APRIL
Group, alias Asia Pacific Resources International Limited, alias Riau Pulp tadi,
setelah berbagai dukungannya pada Jokowi, diberi balas budi yang setimpal. Mari
simak pemberitaan Suara Karya, April 2016 ini.
“April
Group menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan
Papier Union GmbH senilai 35 juta dolar AS. Penandatanganan MoU tersebut
merupakan bagian dari kegiatan kunjungan kerja Presiden Jokowi ke sejumlah
negara di Eropa pada 18-22 April 2016 untuk memperkuat kerja sama strategis
dengan mitra internasional dalam menghadapi tantangan global.
Direktur Manajer April Group Tony Wenas memaparkan,
dalam penandatanganan MoU tersebut, Papier Union GmbH diwakili Managing
Director Thomas Schimanowski. MoU ditandatangani pada 18 April 2016 di Hotel
Adlon, Berlin, Jerman.
Menurut Tony Wenas, keterlibatan
April Group dalam kunjungan kerja Presiden ke Eropa serta penandatanganan MoU
dengan industri kertas raksasa Eropa tersebut menunjukkan bahwa industri pulp
dan kertas saat ini patut menjadi industri prioritas Indonesia yang mendapat
kepercayaan internasional.
"Pasar Eropa berkomitmen akan
meningkatkan permintaan secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan.
Mereka sangat percaya bahwa Hutan Tanaman Industri Indonesia telah dikelola
secara lestari dan bertanggung jawab," kata Tony dalam pernyataan
tertulis, Rabu (20/4).”
Itu
saja? tentu tidak. Mari tinjau berita Bisnis.com 5 bulan kemudian, pada
September 2016 ini, yang memberitakan kunjungan Jokowi ke London pada April itu
juga.
“Asia Pacific Resources
International Holding's Ltd. atau APRIL Group menyepakati kerjasama dengan
perusahaan bahan baku industri percetakan dan kemasan asal Austria Roxcel Group
senilai US$15 juta.
Managing Director APRIL Group Tony Wenas menuturkan, penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) telah dilaksanakan di London pada Rabu (20/4). Pihak mitra diwakili oleh Chief Executive Officer (CEO) Roxcel Group Helmut F. Gruber.
Penandatanganan MoU tersebut merupakan bagian dari kegiatan kunjungan kerja Presiden Jokowi ke sejumlah negara di Eropa pada 18-22 April 2016 untuk memperkuat kerjasama strategis dengan mitra internasional.”
Managing Director APRIL Group Tony Wenas menuturkan, penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) telah dilaksanakan di London pada Rabu (20/4). Pihak mitra diwakili oleh Chief Executive Officer (CEO) Roxcel Group Helmut F. Gruber.
Penandatanganan MoU tersebut merupakan bagian dari kegiatan kunjungan kerja Presiden Jokowi ke sejumlah negara di Eropa pada 18-22 April 2016 untuk memperkuat kerjasama strategis dengan mitra internasional.”
April
Group alias PT RAPP tadi, jelas diberikan keleluasaan oleh rezim. Sementara di
dalam negeri mereka diusel-usel rakyat, oleh Jokowi diajak memperluas usaha dan
ekspansi ke Eropa, freely. Tidak mengagetkan, bukan? Jadi gugatan Kementerian
Lingkungan Hidup, bisa jadi sekadar pertunjukan teater.
Mar,
terus di mana bahasan kebakaran hutannya?
Nah,
dua contoh di atas, memberi saya gambaran bagaimana kebakaran hutan tidak
seperti mainan kasus-kasus biasa yang sehari dua hari selesai. Bukan yang dengan demo sehari dua hari, dan
bikin tagar sambil selfie di instagram lantas selesai.
Melihat
kenyataan yang ada saya sendiri bingung bisa apa. Memang saya sarankan, boikot
dan gerakan yang sejenis itu baik juga dilakukan. Mengenai Sinarmas misalnya
boikot juga produk perbankan dan asuransinya. Oh ya, ini belum lagi bicara soal
Indofood Grup dan Wilmar Grup yang juga membakar lahan, lho.
Sebagai
mahasiswa UNJ yang dididik untuk lulus jadi PNS atau jadi pegawai sekolah luar
negeri, memang anda dicetak tidak perlu berpikir sejauh ini. Anda tunduklah
pada rezim, dan undanglah pejabat sebannyak-banyaknya untuk cari sponsor.
Yah,
dan sebagian besar mahasiswa dan mahasiswi UNJ membuang tissue sembarangan
hanya untuk mengelap keringat di hidung atau sebatas dipegang biar keren, di
saat yang sama hutan terus dibakar.
Saya
mohon maaf, jika tulisan ini terasa betul alur berpikirnya sebagai sebuah
cerpen, bukan pemantik diskusi. Memang saya ini bergelut di bidang sastra, tapi
memang saya perhatikan sekali isu-isu semacam ini. Saya kira, sebagai mahasiswa
S. Pd yang menghabiskan 4 tahun belajar kurikulum pro pemerintah, banyak yang bisa dilakukan.
Kabarkan
pada murid-murid kita kelak, bahwa segala sesuatu di negara ini, punya rencana
dan sebab akibatnya. Kabarkan bahwa negara ini pelan-pelan dijual, dan kabarkan
bahwa sebaik-baik ulama adalah yang jauh dari penguasa dan tegak berdiri di
hadapan raja.
Sebagai
mana ketika, seorang ulama generasi Tabi’in dikunjungi oleh Harun Ar-Rasyid,
dan ketika pengawal mengetuk pintu rumahnya, ia tidak membukakan, malah
menjawab, “Aku tidak punya urusan dengan Amirul Mukminin!”
Atau
sebagaimana Imam Malik, pendiri Mazhab Maliki, yang tegas mengajarkan pada
muridnya bahwa pemerintah bisa salah dan ada kalanya ia tegak berdiri melawan
pemerintah. Mahasiswa UNJ, kabarkan ini pada murid-murid kita kelak dan jangan
cetak pegawai negeri!
Amar
Ar-Risalah
Risalah
Institute, untuk diskusi REDS FIS UNJ, 14/09.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut