Dan bergelas-gelas kopi tumpah bersama terbakarnya
rokok-rokok yang tanpa sengaja terhirup setelah kamu pergi
Apakah kamu menyadarinya?
Rambutku menua, seperti beringin yang berabad-abad lalu
menyaksikan betapa damainya manusia, lalu dihabisi peperangan tiada henti
Apakah kamu menyadarinya?
Ketika jalan yang dulu kita lalui masih menyimpan energi,
ketika kita saling mengaitkan tangan dan itu membuatku terhuyung-huyung dan
terjatuh tepat ditengahnya, serta-merta menjadi mendaki dan entah kenapa
Apakah kamu harus menyadarinya?
Ketikah masih mengenal pria yang
Selalu menyaksikan pergantian hari
dan malam lekas-lekas memperingatkan betapa lelah dan bagaimana
Rapuhnya ia, yang ia butuhkan
teman bicara
Apakah kamu menyadarinya?
Ada apa,
Amar, nampaknya kamu berada dalam
jalan yang sukar
Hingga membangkitkan aku dari masa
lalu dan membiarkan dirimu
Berhenti
Bukankah kamu telah melihat
kuburku, dan bukankah dalam perseteruan denganmu aku mati dan berlalu?
Ada apa, Amar
Nampaknya kamu kehilangan pilihan
untuk menjaga tubuhmu sendiri dari rasa aman, dan matamu berlubang
selubang-lubangnya, diterkam kesepian yang hampir-hampir mengelupaskan
Angka-angka penanggalan dari
tempatnya
Bukankah kamu bisa
mengistirahatkan diri, dan berhenti menyaksikan pergantian hari, lihatlah
Penanggalan semakin tua dan harus
kamu jaga agar tetap di tempatnya
Ada apa, Amar
Ada yang bicara sastra, filsafat,
ekonomi, politik
Banjir dan Tuhan
Kelaparan dan istirahat, tetapi
kamu diam saja, menunggu yang menang dan kamu menjadi budaknya
Ada apa, Amar, kamu dimana ketika
dirimu sendiri hilang dan tergilas pekerjaan, sementara tangan yang kau kira
teman-temanmu lebih menyakitkan dari seharusnya
Ada apa, Amar, kamu dimana ketika
kamarmu sendiri akhirnya melupakanmu dan berdebu
Bahwa menjadi penanggalan sendiri
yang membenamkan mata kaki setinggi yang bisa kau lambangkan sendiri sebagai
penanggalan baru yang telah hampir tua
Jari-jarimu semakin bergetar,
ketika kau salami bagian tubuhmu satu-satu, kamu ingin berdamai dan bermaaf-maafan
dengan mereka tetapi
Kamu tak mampu memaafkan diri
sendiri
Ada apa, Amar?
Kamu tak bisa berhenti mengagumi
betapa lemahnya, betapa kesakitannya, betapa luruhnya tubuhmu, tak bisa
berhenti memaksa airmata turun bukan ditempat ia suka
Ada apa, Amar?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar