1
Setelah Allah menjelaskan 3 jenis manusia di hadapan Al-Qur'an sebagai sumber ilmu, dalam pembukaan surat Al-Baqarah: Mutaqqin, Kaafirin, dan Munaafiqin, Allah menjelaskan fungsi agama dalam kisah Nabi Adam dan Iblis.
"Siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, tak ada pada mereka ketakutan dan kesedihan."
Dalam rangka menghilangkan ketakutan dan kesedihan itulah, kita mencari petunjuk hidup.
2
Maka dalam rangka mencari obat dari ketakutan dan kesedihan itu, Bani Adam mencari petunjuk baru. Di antara mereka ada yang menemukan agama-agama baru ciptaan benak.
Ada juga di antara mereka menciptakan isme-isme: Marxisme, Leninisme, Sosialisme, Fasisme, Liberalisme, atau juga Marhaenisme.
Mengapa? Sebab ketidaktahuan, atau ketidakpercayaan mereka pada "petunjuk Allah."
3
Lalu, di Juz 1 itu, sebagai kelanjutan kisah Adam dan Iblis, Allah menjelaskan kisah Bani Israil.
"Sikap manusia kepada ilmu." itulah intinya.
Saat Musa meninggalkan mereka 40 hari lamanya, mereka tak sabar dan menyembah sapi. Saat Musa meminta mereka menyembah Allah:
"Kami tak akan menyembah-Nya sebelum melihat-Nya dengen jelas."
4
Saat Allah meminta mereka hijrah ke Palestina, mereka keberatan, tetapi Allah menurunkan makanan segar dari langit. Manna dan Salwa. Serta 12 mata air yang memancar dari sebuah batu.
Tetapi mereka malah ingkar. Itulah yang hendak diceritakan Allah melalui Juz 1. Sikap manusia kepada sumber ilmu.
5
Kebanyakan orang mempelajari agama, belum cukup sampai pada penyerahan diri untuk menghilangkan ketakutan dan kesedihannya di dunia ini hanya kepada Allah.
Juga, sebagian dari kita bersikap seperti Bani Israil. "Apa hukumnya..." atau "bagaimana fatwanya begini, sedangkan..."
Bahwa, sejak Juz 1 saja Allah telah menggambarkan pada kita, bahwa ilmu tak akan didapat dengan sikap yang salah.
6
Jadi, mengapa orang menolak agama?
Pertama. Sejak awal, sikap dia kepada ketakutan dan kesedihan hidupnya sendiri, keliru.
Kedua. Sikap keilmuan dia kepada sumber ilmu, keliru. Pura-pura kritis, pura-pura cerdas. Itulah gambaran Bani Israil.
7
Dan mengapa kita butuh agama?
Untuk menemukan cara, bagaimana menghilangkan ketakutan dan kesedihan. Itulah fungsinya. Itulah mengapa segera setelah turun dari Surga, Adam butuh "Huda". Butuh petunjuk Agama Allah.
Sebab, ketakutan dan kesedihan datang dari ketidakapastian. Dan agama hadir memberikan kepastian hukum serta jaminan keadilan itu.
8
Lalu mengapa kita harus berdakwah, mengajak orang kepada Agama?
Jelas. Mengajak mereka untuk bangkit dari ketakutan dan kesedihanya, lantaran ketidakpastian. Dan ketidakpastian itu muncul karena ketiadaan agama.
Kita harus mengajak orang pada agama, karena kebutuhan kita untuk bebas dari rasa takut dan sedih, bahwa orang yang kita cintai akan binasa.
Itu semua disebut: empati.
9
Itulah sebab, mengapa para pemeluk agama marah saat dibandingkan ideologi negara. Karena mereka, kita, yakin bahwa agama ini adalah cara terbaik menghilangkan ketakutan dan kesedihan hidup akibat penindasan, ketidakadilan, dan kebodohan manusia itu sendiri.
Sebab di satu sisi, kita juga yakin, bahwa segala "petunjuk buatan manusia' adalah sumber ketidakpastian itu sendiri. Sumber dari penindasan itu sendiri.
10
Usaha untuk menukar agama orang dengan ideologi ciptaan manusia di tengah kemiskinan yang justru muncul karena penerapan ideologi manusia itu adalah sia-sia.
Terutama, di negeri ini. Saat agama benar-benar memberikan kepastian dan tambatan, atas ketidakmampuan benak manusia menyingkirkan ketakutan dan kesedihan, dengan segala "isme" ciptaannya sendiri.
Atas ketidakmampuan "isme" ciptaan negara menghilangkan ketakutan dan kesedihan rakyatnya sendiri. Agamalah jawaban bagi negeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar