Masa pemerintahannya memberikan kita banyak pelajaran. Sebab, ia berkuasa manakala pemerintahan islam begitu rumit.
Rakyat di seluruh negeri muslim mendambakannya. Tapi, mereka juga tahu: popularitas tidak cukup.
Ia harus bertarung melawan para calon Khalifah yang bengis, dan sangat mengerti seluk-beluk istana.
Tapi, Umar tak sendirian. Bersamanya, ada seorang ulama. Ulama politik. Raja' bin Haywah namanya.
Ia lakukan rekayasa politik dalam istana. Ia ulama yang bernyali, saat semua ulama lain mengatakan:
"Tak usah urus-urus politik!"
Track record Umar sendiri lurus. Ia adalah Gubernur Hijaz. Cucu Khalifah Marwan. Anak Gubernur Mesir. Murid sahabat nabi: Abdullah bin Umar.
Tapi lawannya orang-orang fasik; yang tak cukup hanya dengan doa atau banyak-banyak mengadu pada ulama saja. Perlu rekayasa politik.
Semua orang bilang berat!
Tapi sang ulama-politisi berhasil. Ia menjadi orang kepercayaan Khalifah sebelumnya.
Umar bin Abdul Aziz, menjadi Khalifah. Prosesnya jorok? Barangkali menurut ulama yang bukan bergaris politik, Raja' bin Haywah ini jorok. Ulama, yang menempel-nempel pada penguasa.
Dan yang terpenting, kini Umar bin Abdul Aziz menang. Tapi apakah itu cukup? Ya! Memang Umar dianggap Mujaddid abad pertama islam.
Tapi kekuasaannya dipenuhi ketidakstabilan antar elemen politik dalam istana. Sebab, kepentingan mereka, dipangkas oleh Umar yang lurus, bijak, dan pro-Rakyat.
Umar tak akomodatif pada orang munafik-politik.
Hanya dua setengah tahun, waktu yang dibutuhkan oleh elemen istana, untuk memberanikan diri: membunuh Umar.
Umar sendirian. Kebijakannya memang pro Rakyat. Tapi istana, dan politik saat itu, tidak pro rakyat.
Maka sejarah akan bicara: begitulah nasib orang jujur dan bersih!
Bicara keberkahan, urusan lain. Zakat, wakaf, dan sedekah terdistribusi merata. Umar pakar ekonomi syariah.
Keadilan, jangan tanya. Harta negara tak lagi digunakan untuk kumpul-kumpul tak perlu atau sekadar bermewah-mewah menuruti hadray orang Badwi kampungan yang baru berkuasa.
Tapi ini politik.
Umar perlu tim-tim lain yang mempersiapkan kabinetnya. Umar perlu tim lain untuk mengimbangi pertarungan politik dalam istana.
Sebab, track record mentereng, popularitas, barangkali cukup untuk menang, tapi tak cukup untuk berkuasa.
Tapi keridhaan Allah, itulah yang Umar cari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar