Rabu, 15 April 2020

Kebatilan adalah Musuh Abadi Kita


Sebuah gagasan peradaban selalu lahir, karena kebutuhan manusia untuk membebaskan diri dari kebingungan hidup, penindasan, dan alasan melawan sesuatu.

Semua itu, kita sebut sebagai: "kebatilan."

Barisan ini punya gagasan peradaban. Gagasan itu ada di filosofi gerakan. Dan kita telah sejauh ini menyetujui gagasan peradaban itu. Lalu, hari ini, mari rumuskan kembali, kebatilan mana yang hendak kita lawan.

Mari memandang dengan jujur, tanpa niatan kompromi, atau niat menyerah karena kebatilan itu lebih kaya, lebih kuat, dan lebih meyakinkan.

Di bidang perekonomian, belitan riba, serta gagalnya negara menjamin keadilan di pasar antara pemilik modal besar dan kecil sangat terasa. Perlindungan bagi petani, nelayan, dan produsen menengah kebawah dari kapitalis dengan modal besar tak ada.

Sebab, segala sesuatu diukur dari kemampuan rakyat menyetor pajak pada negara, bukan dari keadilan sosial.di bidang pembangunan manusia dan kebudayaan:

isu radikalisme dan feminisme yang merupakan titipan dari negara asing membelenggu nalar pikir kita.

Kurikulum dan tata kelola pendidikan tak diselesaikan dengan cara pendidik, tapi dengan cara pengusaha. Agama, adalah alat negara mengeruk dana rakyat.

Belenggu isu radikalisme ini masih digembok dengan aliran dana dari NGO atau negara asing untuk menjamin "bebasnya Indonesia dari radikalisme".

Perjuangan kita melawan LGBT dan seks bebas, sekarang nyaris berubah menjadi perjuangan melawan alat negara. Sebab, LGBT dilembagakan dalam konstitusi.

kapitalisme dan imperialisme pendidikan malah menjadi patron utama.di bidang kemaritiman dan investasi, kebatilan masih diproduksi secara massal.

Sinergi kebijakan pemerintah daerah pesisir dan kepulauan belum didesain memihak nelayan, tapi korporat besar yang sumbang pajak dan suap raksasa.

Pelabuhan dan bandara dibangun, bukan untuk keadilan ekonomi tapi memanjakan korporasi. Dan negara kita cuma berakhir menjadi pelanggan donasi dari dua kutub ekonomi dunia.

Dan di tengah umat, masih banyak orang munafik tapi terkenal, yang menebarkan perpecahan; sel-sel khawarij dan terorisme yang menyamar sebagai gerakan dakwah, serta sebagian saudara kita yang masih berpikir soal ashabiyah.

Kelompok munafik tadi sengaja membenturkan antara ulama dan ormas, agar islam tak bisa menang dan membangun di negeri ini.

Lalu itu semua, menunggu kita. Kebatilan itu menanti sikap tegas barisan kita, dan langkah cepat, pasti, sekaligus mendidik.

Mari tegaskan satu hal penting. Kita, adalah oposisi kebatilan, bukan oposisi pemerintahan. Karena kebatilan itu ada di mana saja, dan pemerintahan belum tentu menjadi sumber utamanya.

Dan saya tulis ini semua kepada orang-orang yang ragu; yang takut; yang lalai, yang malas, atau yang masih sibuk dengan halusinasinya sendiri tentang barisan ini:

Kami adalah para petarung sejati atas nama al-haq kami bertempur, sampai tidak ada lagi fitnah dibumi ini!

rapatkan lagi safmu. tajamkan telingamu, dan tunggulah sang Imam bertakbir, lalu satukan gerakanmu bersamanya. Iqamah sudah dilayangkan, dan perjuanganpun telah datang waktunya.

Berbarislah dengan siaga, dan teruslah melawan. Teruslah melawan sampai orang-orang ragu, pengecut, dan penakut keluar sendiri dari barisan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar