CARA YANG BAIK UNTUK MENGINGKARI KEMUNGKARAN
Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Majalah As-Sunnah http://almanhaj.or.id
بسم الله الرحمن الرحيم
Pertanyaan:
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Kami perhatikan banyak
sekali para pemuda yang antusias mengingkari kemungkaran, tapi mereka
kurang baik dalam mengingkarinya. Apa saran dan petunjuk Syaikh untuk
mereka, dan bagaimana cara terbaik untuk mengingkari kemungkaran?
Jawaban:
Saran saya untuk mereka agar mengkaji masalahnya dan pertama-tama
mempelajarinya sampai yakin benar bahwa masalah tersebut baik atau
mungkar berdasarkan dalil syar'i, sehingga dengan demikian pengingkaran
mereka itu berdasarkan hujjah yang nyata, hal ini berdasarkan firman
Allah.
"Katakanlah: 'Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang
yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata,
Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik."
[Yusuf: 108].
Di samping itu, saya juga menyarankan kepada
mereka, hendaknya pengingkaran itu dengan cara yang halus, tutur kata
dan sikap yang baik agar mereka bisa menerima sehingga lebih banyak
berbuat perbaikan daripada kerusakan, hal ini berdasarkan firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan
Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang lebih baik." [An-Nahl: 125]
Dan firmanNya.
"Artinya
: Disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." [Ali Imran: 159]
Serta sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Artinya : Barangsiapa tidak terdapat kelembutan padanya, maka tidak ada kebaikan padanya."[1]
Dan sabdanya.
"Artinya
: Tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu kecuali akan
mem-perindahnya, dan tidaklah (kelembutan) itu tercabut dari sesuatu
kecuali akan memburukkannya."[2]
Serta berdasarkan hadits-hadits shahih lainnya.
Di
antara yang harus dilakukan oleh seorang da'i yang menyeru manusia ke
jalan Allah serta menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran,
adalah menjadi orang yang lebih dahulu melakukan apa yang diserukannya
dan menjadi orang yang paling dulu menjauhi apa yang dilarangnya,
sehingga ia tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang dicela
Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firmanNya.
"Artinya : Mengapa
kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan
diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat) Maka
tidakkah kamu berpikir." [Al-Baqarah: 44]
Dan firmanNya.
"Artinya
: Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tiada kamu kerjakan." [Ash-Shaf: 2-3].
Di samping
itu, agar ia tidak ragu dalam hal itu danagar manusia pun melaksanakan
apa yang dikatakan dan dilakukannya. Wallahu waliyut taufiq.
[Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah, Juz 5 hal. 75-76, Syaikh Ibn Baz]
[Disalin
dari buku Al-Fatawa Asy-Syar'iyyah Fi Al-Masa'il Al-Ashriyyah Min
Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Edisi
Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penerbit Darul Haq] _________ Foote Note
[1]. Dikeluarkan oleh Muslim dalam Al-Birr wash Shilah (2592). [2].
Dikeluarkan oleh Muslim dalam Al-Birr wash Shilah (2594).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar