Selasa, 13 Maret 2012

Seorang Sahabat Bernama Rusudo Gulo

CARA BERKOMUNIKASI DENGAN TUHAN...
QS 7:205; wadz kur rabbaka fii nafsika tadharru'aw wa khiifataw wa duunal jahri minal qauli bil ghuduwwi wal aashaali wa laa takum ghaafiliin : DAN SEBUTLAH NAMA TUHANMU DALAM HATIMU DENGAN PENUH KERENDAHAN DAN RASA TAKUT DAN DENGAN "...TIDAK MENGERASKAN SUARA..." DIWAKTU PAGI DAN PETANG, DAN JANGANLAH ENGKAU TERMASUK ORANG ORANG YANG LALAI...
· · · Sabtu pukul 8:46 melalui seluler

  • Ade Rengazz menyukai ini.
    • Rusudi Gulo TIDAK ADA ARAH KIBLAT DALAM QURAAN : QS 2:115 ; 2:177..dua ayat lho...??!! baik kita tulis satu persatu QS 2:115 ; wa lilhaalil masriqu wal maghribu fa ainamaa tuwalluu fa tsamma wajhullaahi innallaaha waasi'un aliim : DAN KEPUNYAAN ALLAH TIMUR DAN BARAT, "...MAKA KEMANA SAJA KAMU MENGHADAP..." DI SITU LAH WAJAH ALLAH. SESUNGGUHNYA ALLAH MAHA LUAS RAHMATNYA LAGI MAHA MENGETAHUI...
      Sabtu pukul 8:57 melalui seluler ·
    • Rusudi Gulo QS 2:177; laisal biia an tuwallu wujuuhakum qibalal masriqi wal maghribi wa laakinnal birra ma aamana billahi wal yaumil aakhiri wal malaa-ikati wal kitaabi wan nabiyyiina wa aatal maala 'alaa hubbihii dzawil qurbaa wal yataamaa wal masaa-kiina wabnas sabiili wa saa-iliina wa fir riqaabi wa aqaamash "shalaata" wa aataz zakaata wal muufuuna bi'ahdihim idzaa'aahadu wash shaabiriina fil ba'saa-i wadh dharraa-i wa hiinal ba'si ulaa-ikal ladziina shadaquu wa ulaa-ika humul muttaquun....
      Sabtu pukul 9:07 melalui seluler ·
    • Rusudi Gulo artinya: bukanlah kebaikan itu menghadapkan wajahmu ke arah TIMUR dan BARAT, tetapi kebaikan itu adalah barang siapa yang beriman kepada ALLAH,hari kiamat (ISA AS),malaikat2,kitab2,nabi2 dan memberikan harta yg dicintainya kepada para kerabat,anak2 yatim,orang2 miskin,terlantar dlm perjalanan, meminta2,dan membebaskan perbudakan,mendirikan salat (berdoa),menunaikan zakat,dan yg memenuhi janji bila berjanji, sabar dlm kesengsaraan,penderitaan dan waktu peperangan. mereka itulah orang2 yg benar dan bertaqwa.
      Sabtu pukul 9:21 melalui seluler ·
    • Rusudi Gulo rasyid rido.....mana kau.....!!!!! Mau jadi murtadin ya....?????
    • Rusudi Gulo saya heran.....umat islam mengikuti perintah siapa ya....?? ALLAH memerintahkan kalau menyebut nama NYA, cukup dalam hati tidak boleh mengeraskan suara...dan bebas menghadap kemana saja karena wajah ALLAH selalu ada..tapi prakteknya : menyebut ALLAH pake loud speaker...! dan wajah ALLAH diyakini hanya ada di MEKAH....!! BERTOBATLAH SEBELUM AJAL MENJEMPUT....!!
      Kemarin jam 11:37 melalui seluler ·
    • Amar Ar-Risalah dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang.

      1. ayat-ayat pertama, adalah tentang cara berdoa. kita, seluruh umat beragama, apabila berdoa, tentu menhadirkan sesosok Tuhan yang maha Lembut, Maha Mendengar, dan mengetahui permintaan kita, baik kita berbicara atau hanya dalam hati.
      suara yang perlahan ini dimaksudkan seperti, apabila kita berbicara kepada orang yang kita cintai, yang hatinya lembut, tentu kita tak akan berbiicara dengan keras, bahkan kita akan berbicara lemah klembut untuk menandingi sifat lembut dan menjaga adabnya.

      memakai speaker dalam azan, harap dipahami bahwa azan adalah penanda. azan artinya panggilan "hayya alash-Shalah" mari kita shalat. ini bukan panggilan kepada Tuhan, tetapi panggilan kepada sesama manusia. mengapa harus loud sepaker? fungsinmya kurang lebih sama dengan dentang lonceng besar yang gemanya hingga ke beberapa ratus meter dari gereja.

      Tuhan tak perlu kita panggil, dia sudah hadir dalam hati kita "tak ada tempat yang dapat memuat Aku, tetapi hati orang Mukminlah yang dapat (memuat-Nya)" hadits.

      kita saksikan ketika orang yang benar berdoanya, dia akan merendahkan suarra, menundukkan kepala, dan menengadah dan seolah merasakan kehadiran kasih sayang Tuhan yang hangat di sekelilingnya. meski, ada kala kita berdoa setengah berseru, tanda hati kita sedang kalut. misalnya, ketika sedang bencana atau perang. yang penting, esensi doa kita tersampaikan.

      terakhir, jangan kita menjadi lalai, kita lupa berdoa, menyerahkan diri dan keputusan hanya kepada Dia smata. doa, adalah fenomena hubungan kita dengan Tuhan yang paling hangat. berbeda dengan azan.

      2. ayat kemana saja kamu menghadap disitulah Wajhullah,

      kita analogikan begini. sifat Tuhan, adalah maha Melihat. di dalam wajah, dan ini adalah kiasan yang halus, ada Mata. Mata Tuhan. artinya, wajhullah dimanasaja, ini adalah perlambang bahwa Allah melihat apasaja yang kita kerjakan.

      selanjutnya, ayat ini turun ketika ada sekelompok orang shalat di tengah perjalanan di gurun tanpa penunjuk arah, langit sangat gela. sehingga, mereka shalat hanya berdasar perkiraan saja. maka, turunlah ayat ini sebagai keringanan kepada kita yang lupa atau tiba-tiba hilang penunjuk arah kiblat.

      dalam penafsiran quran, dikenal sababun Nuzul, sebab turun suatu ayat. ini menggenapi firman yang berbunyi "dan kamu turunkan quran itu dengan perlahan-lahan (tidak langsung satu buku, ini tambahan dari saya) agar Kami meneguhkan hatimu dengannya.

      quran diturunkan perlahan agar setiap peristiwa, memiliki hikmah, dansebaliknya, setia ayat memiliki latar belakang.

      itulah sebabnya, ayat ini juga menggambarkan betapa cintanya Dia kepada kita, sehingga memberikan keringanan semacm ini. dan Allah maha Luas kasih sayangya, buat kita yang memang diciptakan memiliki banyak kealpaan.

      3. tentang kiamat yang diidentikan berasal dari Isa, ini saya dapat berasal dari isa adalah hakim. tetapi, sebenarnya simpel saja, Allah Maha Adil, sedangkan isa adil. adil, dalam quran juga disifatkan kepada Ummat (ummatan adalah), pemimpin (ulil amril adalah) dan para nabi. jadi, tetap saja. meski isa memang turun sebagai hakim yang adil, tetapi bukan yang Maha Adil, sebab penyebutannya pun dipisahkan dalam quran.
      dijelaskan dalam hadits, dia menjadi hakim yang akan menghapus pajak, memusnahkan babi (simbol dari menghapuskan konsuumsi babi, bukan pembunuhan babi), memcahkan salib (sebagai simbol bahwa dia bukanlah Tuhan). saya cinta Isa, sebagimana saya cnta Rsul yang lain.

      bukanlah yang dinamakan bakti kepada Tuhan itu hanya sekedar shalat, yang tanpa makna, shalat yang hanya tengak-tengk, tetapi bakti adalah beriman kepada ALLAH,hari kiamat (ISA AS),malaikat2,kitab2,nabi2 dan memberikan harta yg dicintainya kepada para kerabat,anak2 yatim,orang2 miskin,terlantar dlm perjalanan, meminta2,dan membebaskan perbudakan,mendirikan salat (berdoa),menunaikan zakat,dan yg memenuhi janji bila berjanji, sabar dlm kesengsaraan,penderitaan dan waktu peperangan.kita lihat, aspek taqwa disini, yang pertama adalah iman.

      kedua, adalah ibadah yang sifatnya kasih sayang kepada alam, rahmatan lil alamin, ibadah yang bukan hanya dalam hati saja, tetapi diinterpretasikan menjadi kecintaan kepada sesama manusia atas dasar keimanan kepada Tuhan. betapa halusnya pengibaratan ini,

      segala aspek taqwa ternyata adalah aspek yang menjelaskan bahwa manusia adalah makhluq sosial, yang memiliki hubungan kepada manusia lainnya, bukan sekedar ibadah yang manfaatnya dirasakan diri sendiri.

      ketiga, memenuhi janji. ini yang seharusnya menjadi sifat seorang mutaqqiin, orang yang bertaqwa. memenuhi janji, terhadap siapapun, selama itu dalam rangka keimanan.

      inilah islam yang sesungguhnya, ibadah yang manfaatnya untuk membangun masyarakat madani, bukan masyarakat yang individualistis, dan masyarakat islam itu menuju satu arah : Taqwa.

      bukan ibadah yang hanya dalam hati, atau menyebabkan seorang mukmin tersingkir dari masyarakat dan menjadi petapa, tanpa masyarakat mendapat manfaat dari ibadahya itu.
    • Amar Ar-Risalah shadaqa Allahul 'azhiimi.
    • Amar Ar-Risalah menariknya, dimanakah Wajhullah sebenarnya?

      Dia selalu ada kapanpun, tanpa akhir. Dia bersemayam dalamhati kita. Dia ada di MAKKAH, Ya, dia tahu makkah. dia ada di sini, ya, dia tahu di sini.
      bukan dzaatNya, tetai kemahapengasihanNya ada disetiap penjuru. dia mendengarkan semua doa, dari ujung timur hingga barat.itulah sebabnya doa kita selalu seperti mendapat umpan balik, dimanapun kita berada.

      kenapa digambarkan Allah ada dihati orang mukmin?

      nama Allah ada yang disenut Rahman dan Rahim, dengan Dia di hati kita, seharusnya orang mukmin adalah Rahman dan Rahim, penyayang terhadap alam, sesama, maupun lebih menyayangi Tuhan ketimbang sesauatu yang lain.
    • Amar Ar-Risalah wadzkur Rabbikafi nafsika.

      harfiahnya, ingatlah Tuhanmu dalam hatimu.

      ini adalah perintah, untuk selalu bersama Tuhan , sebuah perintah yang lembut. dengan kita mengingat saja, seolah Dia sudah hadir bersama kita, memberikan tenaga, memberikan kasih sayang, dan juga menuntun langkah kita.
    • Rusudi Gulo inilah yg membingungkan...ayat ALLAH yg sdh jelas masih dipelintir dgn alasan harus ditafsir dulu...AYAT ALLAH tanpa tafsir hanya ALLAH yg berkepentingan...apapun itu harus dilakukan...! tapi kalau sdh campur tangan manusia yaitu menafsirkan, maka penafsir itu yg punya kepentingan. sekarang kita turuti yg mana : kepentingan ALLAH KAH atau kepentingan manusia...?
      4 jam yang lalu melalui seluler ·
    • Rusudi Gulo makanya kami sdh gak heran kalau TERORIS lahir dari ISLAM...!! KONSEP QURAAN itu SALAH BESAR...!! sudah menamkan kepada umatnya sistem TAFSIR...!! nah, pas kiyai punya dendam terhadap sasama manusia maka dipakainyalah DASAR QURAAN utk membunuh orang yg tidak bersalah dgn dalil PETUNJUK ALLAH...! RELA MATI DI JALAN ALLAH...!!
      4 jam yang lalu melalui seluler ·
    • Rusudi Gulo amar ar risalah...: pembelaan mu sangat membuat kita ketawa....ALLAH menyuruh : " SEBUTLAH NAMA KU DALAM HATI DAN JANGAN MENGERASKAN SUARA DI PAGI DAN PETANG HARI "..kalian menyebut: " ALLAHU AKBAR " , " LAILAHA ILALLA " ...berarti nama yg disebut ini nama SETAN KAH...?! atau IBLIS KAH...?! amar...,amar...,amar....rasyid rido & mimi syifa sudah KO, anda nongol lagi...kwkwkwkwkwkwkw
      4 jam yang lalu melalui seluler ·
    • Amar Ar-Risalah bismillahi rahmaani rahiimi

      saya baru saja dapat akses

      1.jika memang jawaban seperti itu yang anda mau, silakan, saya tidak keberatan selama anda tidak membahayakan 1.3 miliar muslim lain, yang mana mereka tidak menganut tafsiran anda. silakan saja.

      seruan adzan, bermakna: Hai segenap manusia! Allah itu maha besar, dan tiada Tuhan selain Dia, Pahamilah, dan aku (muadzin) bersaksi, tiada Tuhan selain Dia dan Muhammad utusannya. maka, laksanakanlah shalat, dan raihlah kemenangan yang sejati dengan mengingatNya dalam hati dan shalat kita!"

      itulah maknanya. adzan, berarti serun memanggil.

      3.selanjutnya, bnergerak dari kritisme inilah, kami menganggap kematian kami hanya untuk Allah. apakah salah? kami tak ingin meati demi memperjuangkan dunia. ini juga merupakan nilai universal setiap agama. bahwa, hidup kita, hanya dipersembahkan bagi Allah. apakah salah? atau ajaran agama anda memperkenankan mati selain demi Tuhan yang katanya anda cintai?
      "waman khlaqnal jinna wal insa illa liya'budullaha"
    • Amar Ar-Risalah ‎2.anda menganggap, hanya quran yang memiliki ntafsir. baiklah, dapatkah anda menjelaskan ini metodologi untuk apa?

      "3. Sejarah Perkembangan Penafsiran Alkitab
      Ada beberapa fase perkembangan penafsiran alkitab. Periode awal bercirikan anggapan bahwa iman dan
      praktek hidup persekutuan mendapat wibawa dari ajaran-ajaran alkitab, yang adalah Firman Allah.
      Sejarah mencatat ada Origenes, muridnya Didimus dari Alexandria yang pada metode tafsirannya
      cenderung pada dogma. Antara orang yang berbahasa Yunani dan Latin diketahui ada semacam
      komentar dan tanggapan kepada koresponden. Juga pada awalnya penafsir yang kebanyakan para rahib
      yang bekerja di biara-biara berusaha mengerti alkitab dalam tuntutan iman dan kepercayaan mereka.
      Dengan demikian penafsiran alkitab pada saat itu adalah didasarkan pada kebutuhan akan kehidupan
      kerohanian yang ingin dipraktekkan dalam komunitas keimanan mereka7.
      Keadaan itu berubah pada masa-masa reformasi. Luther, yang adalah seorang rahib menyumbangkan
      banyak pengembangan pada metode tafsir dalam kuliah-kuliahnya; sebagaimana juga Melanchton dan
      Calvin. Periode ini merupakan bagian kedua sejarah perkembangan tafsir alkitab, yang dipengaruhi oleh
      pencerahan abad ke-14 dan 15. Ide humanisme kelihatannya juga mempengaruhi metode tafsir pada
      masa ini dengan mengetengahkan pemikiran manusia atasnya. Pencerahan dan kebangkitan ilmu
      pengetahuan membuat ilmu penafsiran alkitab juga ikut berkembang sesuai dengan perkembangan
      kesadaran orang akan ilmu pengetahuan.
      Bagian ketiga dimulai di sekitar abad ke-14 dan 15 hingga kini sebagai periode modern. Periode ini
      ditandai dengan upaya menentukan dengan jelas metode-metode dan progam penafsiran. Meski demikian
      skema seperti ini haruslah dipandang sebagai penyederhaan dari suatu situasi perjalanan penafsiran
      alkitab yang jauh lebih kompleks.
      “Lower Criticism” Vs. “Higher Criticism”8
      Mengenai PL lower criticism tidaklah begitu menonjol. Disini, tradisi sinagoge-lah yang paling berperan.
      Sehingga sejak mulanya pada abad ke-2 telah ditetapkan konsonan pada teks-teks dan pengucapannya
      (yang pada awalnya sendiri adalah tradisi oral) begitu tegas dan belum pernah sebelumnya dilakukan.
      Tersebutlah Masora (disingkat MSS.), yang bekerja/ melakukan penulisan pada abad ke-8 M hingga abad
      ke-10 M berusaha untuk mencapai kebanyakan kesalahan pada multiplikasi dan tradisi dalam teks. Meski
      MSS. tertua kelihatannya tidak mencapai abad ke-9 M, mungkin teks itu sendiri tidak lagi berasal dari
      abad ke-2 M dan dalam bentuk tertulis.
      Lower criticism berkenaan lebih banyak dengan, dan sering kali pekerjaan itu dari tangan ke tangan, hal itu
      tidak tampak pada kritik literer dan materi. Ini bukanlah penemuan mutakhir modern; hanya metodemetodenya
      yang diubah disini.
      Hubungan antara lower criticism dengan higher criticism terletak pada periode waktunya. Kebangkitan
      perhatian pada ilmu pengetahuan modern melampirkan/ membubuhkan juga pentingnya kritik terhadap
      teks, namun pada higher criticism lebih lagi/ melampauinya.
      7 E. von Dobshütz, “Bible In The Churh” dalam Encyclopædia... Op.Cit., hlm. 593
      8 E. von Dobshütz, “Bible In The Churh” dalam Encyclopædia... Op.Cit., hlm. 594-595
      4
      Higher criticism menemukan titik berangkatnya pada pembentukan kanon itu sendiri. Jika pada mulanya
      pra-kanonis kitab-kitab yang diterima dalam asal kenabian dan kerasulan, maka kitab-kitab itu dan
      tradisinya diuji untuk menemukan apakah ia dapat dianggap asli atau tidak.
      Kritisme pada gereja mula-mula berproses pada awalnya bukan pada literer atau pun historisnya, namun
      pada pertimbangan-pertimbangan dogmatisnya. Adalah pertimbangan dengan motif dogmatis bahwa di
      Asia Kecil apa yang disebut “Alogi” yang menolak semua tulisan Yohanes; hal mana disebabkan oleh
      pekerjaan Marcion, yang membuat hipotesis interpolasi antara Injil (Lukas) dengan surat-surat kiriman
      Paulus; penolakannya pada PL dan dogma Gnostik yang mendasarkan diri pada dualisme antara
      penciptaan dan pemeliharaan Allah.
      Babak baru kritisme Alkitab dimulai pada pertengahan abad ke-18, yaitu pada masa “Pencerahan”. Ini
      semua dipersiapkan dengan tekanan dan penderitaan akan ekspendasi gereja Roma Katolik yang
      mengutarakan ketidak-mungkinan-salah-nya (infallibility) alkitab, dan juga dengan perkembangan metode
      penelitian ilmiah oleh Arminians. Fitur baru dalam kritisme ini bukan lagi tradisi-tradisi yang memisahkan
      kitab-kitab itu, tetapi pada kitab-kitab itu sendiri. Para sarjana di Barat hampir seluruhnya dengan
      sekolah-sekolah teologi dan penelitian menungkapkan penemuan yang baru. Ilgen dan Hupfeld (1853)
      menemukan adanya tradisi Elohist kedua. Kitab Ulangan diuraikan, dan bentuk akhir tradisi J, E dan P
      serta Dtr. dikenali sebagai rangkaian redaksi. Dan bukan hanya pada Pentateukh saja, ini juga
      berkembang kepada kitab sejarah lainnya dalam PL. Sumber-sumber lain sejarah juga adalah kitab Yosua,
      beberapa bagian kitab Para Hakim, Samuel dan Raja-raja. Kitab-kitab para nabi khususnya Yesaya, dan
      beberapa nabi kecil, menghasilkan bukti bahwa mereka tidaklah dalam kesatuan; demikian juga tentang
      kitab-kitab puisi seperti Ayub, Kidung Agung dan Amsal. Mazmur dari Daud sendiri dibuktikan
      kelihatannya bukan saja berasal dari buah penanya.
      Beberapa perkembangan dicatat dalam dunia penafsiran alkitab modern. Sebagai kandidat doktor, de
      Wette pada tahun 1805, membuat Dissertatio Critica terhadap kitab Ulangan, yang dibuktikannya sebagai
      titik berangkat. Ia berpendapat, dari penulisan gaya bahasa dan lingkaran yang melingkupi kitab tersebut,
      ia berdiri sendiri, berbeda dengan pada asal dan tujuannya sebagaimana pada kitab Pentateukh lainnya;
      hal ini dibuktikannya dengan penelitiannya dan menghubungkannya dengan dengan reformasi pada
      pemerintahan Yosia (tahun 621 seb.K). Kritik ini membawa pencerahan untuk pertama kalinya dalam
      dunia penafsiran langsung berhubungan dengan sejarah Israel sebagai sebuah bangsa. Kritik juga
      kemudian kelihatannya berkembang kepada kritik literer, dan menjadi bagian dari sejarah agama9.
      Perhatian terhadap kitab Yosua juga, yang dalam kanon Ibrani secara jelas dipisahkan dari Pentateukh
      dan ditempatkan dibawah judul “Nabi Mula-mula” (Former Prophets). Pada tahun 1792, Geddes
      menyatukannya dengan Pentateukh, dan menganggapnya dibawah “pengarang yang sama”. Penelitian
      yang mendalam terhadap kitab Yosua mengatakan bahwa ada kesinambungan dan penyempurnaan,
      dengan mengambil beberapa contoh narasi dan rekaman bagaimana janji-janji dipenuhi dan hukumhukum
      ditegaskan. Kemudian dari pada itu beberapa frase dan rumusan dalam Pentateukh diulangi
      9 J. Strachan, “Criticism (OT)” dalam Encyclopædia of Religion and Ethics, Vol. IV, .. Op.Cit., hlm. 316.
    • Amar Ar-Risalah ‎5
      dalam kitab Yosua. Hingga kini sudah menjadi kebiasaan menyebut Hexateuch, atau “Enam Kitab”, dari
      pada Pentateukh10.
      Demikianlah hasilnya, kritisme PL yang fluktuatif membawa revisi atas gagasan-gagasan kesejarahan
      Israel atas keagamaannya yang dapat dibandingkan dengan sejarah agama-agama lain.
      Meski demikian, perkembangan perjalanan kritik alkitab akan terus berjalan. Setiap kritik akan alkitab
      pada zamannya akan tetap diuji dan dipertimbangkan dengan matang untuk diterima atau ditolak.
      Kritisme akan selalu menjadi persoalan kritik akan dirinya, untuk membuktikan segala sesuatu dan
      memegang teguh mana yang baik. Itu artinya perjalanan kritik itu sendiri belum berakhir, demikianlah
      kira-kira “nubutan” para penulis pada tahun 1955 ini. Pada setiap titik akan ada hal-hal yang tetap harus
      dipertimbangkan, dan ini sampai pada penafsir pada masa kini11.
      Bagaimana pun juga, metodologi ini telah merekonstruksi sejarah Israel dalam terang disiplin ilmu
      pengetahuan modern– “bukan sejarah tetapi historis kritis”. Pada akhirnya semua kritisme, lower dan
      higher criticism hanya berarti untuk membenarkan pemahaman pada teks. Kekeliruan utama adalah
      menganggap bahwa kritisme itu berakhir pada dirinya sendiri. Kritik literer adalah sebuah bagian, bahkan
      sebagai bagian yang sangat penting, dari proses penafsiran. Sama seperti sebuah alegori akan mudah
      dipahami jika fitur-fitur penyusunnya diperhatikan dengan seksama.
      Sementara itu, kebebasan dalam penafsiran alkitab terkadang harus dibayar mahal. Mereka yang
      dilahirkan akan memiliki warisan dari penafsiran tersebut. Oleh sebab studi yang lebih ilmiah terhadap
      PL, kepercayaan terhadap alkitab telah dianggap sebagai pengakuan iman secara luas atau
      inter-konfesional. Tidak dapat dihindarkan bahwa seni penafsiran alkitab kadang-kadang dilakukan oleh
      mereka yang sedikit imannya, atau tidak beriman sama sekali, dan ditangan mereka semangat kritisme
      lebih pada mencari gara-gara dari pada bersifat simpatik, cenderung sebagai senjata untuk
      menghancurkan ketimbang membangun. Dengan demikian kesalahan penafsiran bukan pada
      instrumennya, namun lebih pada pemakainya12.
      Dengan demikian sepanjang sejarah gereja perlu menegaskan sikapnya untuk memelihara kebenaran kitab
      suci dan penafsirannya dan menjelaskannya kepada umat sehingga terhindar dari penyesatan. Kaum
      Gnostik dan Marcionisme misalnya pernah menolak keberadaan PL sebagai kitab suci, dan gereja
      berusaha menjawabnya dengan mencari hubungan yang lebih positif diantara dua testament itu. Itulah
      tujuan dari penafsiran alkitab secara benar dan berulang-ulang dirumuskan gereja melalui berbagai cara,
      agar keabsahan alkitab tetap terpelihara.
      Dengan demikian gagasan metode penafsiran alkitab mesti berulang-ulang dirumuskan dan dilakukan
      secara terus menerus.. Tujuannya sederhana saja, yaitu untuk memperoleh pemahaman yang tepat dan
      memadai atas sebuah teks. Namun hal itu tidak berarti bahwa seorang penafsir berusaha untuk
      menentukan satu-satunya arti teks. Padahal arti teks itu sendiri mencakup banyak aspek, dan pelbagai
      pendekatan penafsiran yang berlainan dapat dipakai untuk mengerti seluas-luasnya aspek-aspek tersebut.
      10 Ibid.
      11 Ibid.
      12 J. Strachan, “Criticism (OT)” dalam Encyclopædia of Religion and Ethics, Vol. IV, .. Op.Cit., hlm. 316
    • Amar Ar-Risalah ini saya sadur dari metode tafsir bible oleh ahli teologia anda sendiri.
    • Amar Ar-Risalah saya bangga, dapat mati demi Tuhan yang kami cintai.
      meski, saya akui sebagian dari mereka memang ada yang riya', memang ada yang matinya demi dunia dan isinya.

      "jangan kamu mengira orang mukmin yang syahid itu mati, mereka tetap hidup disisi Tuhan"

      "surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai"

      selanjutnya, anda bilang teroris awalnya dari islam. itu terserah anda, tetapi jangan lupa, kita dijajah siapa 350 tahun.
      ada islam yang teroris? ya, saya akui.
      tetapi, ada kristen yang teroris? ya, ada. kita belum lupa gold, glory, gospel yang diserukan spanyol, portugis dan belanda untuk menjajah asia dan afrika.
      penjajahan atas nama Jesus Kristus, penjajahan atas nama Bible.
      agama memang seringkali diinterpretasikan sebagai aktualisasi ego untuk mewujudkan ambisi pribadi, dengan melupakan bahwa agama kita sendri juga memiliki tujuan ilahiyat yang lebih tinggi dari sekedar teror.

      dan juga, ayat doa dengan lembut diatas tak berhubungan dengan azan, karena azan bukanlah doa.

      ini ayat tentang tata cara berdoa.

      anda masih mau berkeras?
      itu urusan anda, itu keyakinan anda terhadap agama kami, dan kami tak akan merasa terganggu, sesungguhnya Allah maha besar dan manusia amatlah lemah dihadapanNya.

      Allah itu satu, anda juga satu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar