Sabtu, 04 Agustus 2012

apa itu kebosanan?


Yang kita inginkan, sesungguhnya sederhana, bukan? Untuk dapat saling menggenggam tangan dengan erat, hingga kehilangan adalah fatamorgana, dan pertemuan adalah keabadian dan kita bersemayam di dalamnya.
Dalam taman kita berjalan, angin menerbangkan dedunan hingga jatuh, dan menerpa riak-riak air, lalu mawar mekar tepat di hadapanku. Aku bersegera memetiknya, ketika aromanya tercium di pipimu. Setiap helainya merah, juga seperti pipimu, lembut dan memerah.
Jangan malu-malu, ini taman kita. Tenang saja, duri tidak lagi berbahaya. Racun tidak lagi berbahaya. Udara tak akan panas atau dingin, cukup saja sejuk bagi kita berdua. Jalan setapak juga cukup bagi kita berdua agar tetap menyentuhkan tangan. Agar aku memastikan tanganmu tetap hangat, agar aku memastikan tanganmu tetap menyerupai tanganku.
“Apakah nanti, dalam taman ini, kita temui rasa bosan?” Tanyamu dengan sederhana. Meriapkan keriuhan yang tersemnbunyi.
“Bosan adalah sudut pandang, Sayang.” Angin menyela ketika aku bicara.
Kamu tersenyum lirih, seperti angin yang segera meninggalkan kita. “Kebosanan adalah ketika aku kehilangan cara memperbarui waktu kita berdua.”
“Apa maksud kamu?”
“Kita setiap hari bertemu. Berdua, dan berjalan dalam taman ini.” Jawabku.
“Lalu?” Kamu mengejar jawabanku.
“Bosan, nanti akan datang menjadi yang keempat diantara kita dan Tuhan, ketika aku mulai memandang hari ini adalah sama seperti kemarin, dan demikian pula kamu. Kita kehabisan cara membuat sesuatu yang baru dalam taman kita setiap hari,”
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar