Kritis
Terhadap Pers
Hingga
pada akhirnya, di pulau-pulau terluar terjadi bencana. Beberapa penyihir dari
Kalimantan dan daratan Jawa membuat suatu kutukan mengerikan. Entah apa
alasannya, yang jelas setiap anak yang tidur di siang hari, maka ia akan hilang
pada sore harinya. Tanpa jejak, dengan pintu kamar yang terkunci.
Keesokan
harinya, anak-anak itu ditemukan bergelimpangan di jalan-jalan utama pulau.
Telentang. Tanpa luka sedikitpun. Mati. Penduduk pulau geger, dan langsung
diketahui bahwa ini adalah sihir. Tetapi siapa yang mengirimnya? Untuk apa?
Kenapa pula menyasar anak-anak pulau ini?
Keesokan
harinya, anak-anak itu ditemukan bergelimpangan di jalan-jalan utama pulau.
Telentang. Tanpa luka sedikitpun. Mati. Penduduk pulau geger, dan langsung
diketahui bahwa ini adalah sihir. Tetapi siapa yang mengirimnya? Untuk apa?
Keesokan
harinya, anak-anak itu ditemukan bergelimpangan di jalan-jalan utama pulau.
Telentang. Tanpa luka sedikitpun. Mati. Penduduk pulau geger, dan langsung
diketahui bahwa ini adalah sihir. Tetapi siapa yang mengirimnya?
Keesokan
harinya, anak-anak itu ditemukan bergelimpangan di jalan-jalan utama pulau.
Telentang. Tanpa luka sedikitpun. Mati. Penduduk pulau geger, dan langsung
diketahui bahwa ini adalah sihir.
Keesokan
harinya, anak-anak itu ditemukan bergelimpangan di jalan-jalan utama pulau. Telentang.
Tanpa luka sedikitpun. Mati. Penduduk pulau geger.
Keesokan
harinya, anak-anak itu ditemukan bergelimpangan di jalan-jalan utama pulau.
Telentang. Tanpa luka sedikitpun. Mati.
Keesokan
harinya, anak-anak itu ditemukan bergelimpangan di jalan-jalan utama pulau.
Telentang.
Keesokan
harinya, anak-anak itu ditemukan bergelimpangan di jalan-jalan utama pulau.
Anak-anak
bergelimpangan.
Anak-anak
bergelimpangan.
Anak-anak
bergelimpangan.
Ada
apa sebenarnya?
Ada
apa?
Ada?
Apa?
Sebenarnya?
Pada
malamnya, seorang penduduk, yang kehilangan anaknya karena peristiwa itu
mengalami mimpi. Sang penunggang kuda putih datang kepadanya, dan memberikan
sebuah pertanda mengenai bencana yang menimpa pulaunya.
Pada
malamnya, seorang penduduk, yang kehilangan anaknya karena peristiwa itu
mengalami mimpi. Sang penunggang kuda putih datang kepadanya, dan memberikan
sebuah pertanda mengenai bencana yang menimpa.
Pada
malamnya, seorang penduduk, yang kehilangan anaknya karena peristiwa itu
mengalami mimpi. Sang penunggang kuda putih datang kepadanya, dan memberikan
sebuah pertanda mengenai bencana.
Pada
malamnya, seorang penduduk, yang kehilangan anaknya karena peristiwa itu
mengalami mimpi. Sang penunggang kuda putih datang kepadanya, dan memberikan
sebuah pertanda.
Pada
malamnya, seorang penduduk, yang kehilangan anaknya karena peristiwa itu
mengalami mimpi. Sang penunggang kuda putih datang kepadanya.
Pada
malamnya, seorang penduduk, yang kehilangan anaknya karena peristiwa itu
mengalami mimpi. Sang penunggang kuda putih datang.
Pada
malamnya, Sang penunggang kuda putih datang.
Sang
penunggang kuda putih.
Penjuru
pulau gempar, menemukan firasat yang aneh-aneh.
Penjuru
pulau gempar, menemukan firasat.
Pulau
gempar, menemukan aneh-aneh.
Pulau
gempar, menemukan kuda putih.
Pulau
gempar, menemukan sang penunggang.
Pulau
gempar.
Ada
apa sebenarnya?
Ada
apa?
Ada?
“Tolong...!”
Ratusan
tahun kemudian, berdirilah pemukiman modern diatas kepulauan itu.
Ratusan
tahun kemudian, berdirilah pemukiman modern diatas kepulauan itu.
Ratusan
tahun kemudian, berdirilah pemukiman modern diatas kepulauan itu.
Ratusan
tahun kemudian, berdirilah pemukiman modern diatas kepulauan itu.
Ratusan
tahun kemudian, berdirilah pemukiman modern diatas kepulauan itu.
Ada
kita diatasnya. Berspekulasi tentang masa lalu, dan apa yang terjadi diatasnya.
Sebelum kita, banyak yang terjadi. Hubungan antara kuda putih. Sang penunggang
kuda putih. Sihir. Bencana. Anak-anak bergelimpangan. Kegemparan pulau. Kita
bertanya-tanya:
Ada
apa sebenarnya? (Jawab pertanyaannya!)
Ada
apa? (Sudah kubilang jawab dulu
pertanyaannya!)
Ada?
(Adakah jawabnya?!)
Ada
kita diatas sang penunggang kuda putih. Ada kita diatas sihir. Ada kita diatas
kegemparan pulau. Ada kita diatas anak-anak yang bergelimpangan.
Kita
pasti bertanya-tanya, kenapa ini menjadi bias. Kita pasti bertanya-tanya,
kenapa ini menjadi. Kita pasti bertanya-tanya, kenapa ini. Kita pasti
bertanya-tanya, kenapa. Kita pasti bertanya-tanya. Kita pasti.
Kita.
Dan
inilah masa kita, bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar