Jumat, 03 Agustus 2012

Kritik Pers


Kritis Terhadap Pers
Hingga pada akhirnya, di pulau-pulau terluar terjadi bencana. Beberapa penyihir dari Kalimantan dan daratan Jawa membuat suatu kutukan mengerikan. Entah apa alasannya, yang jelas setiap anak yang tidur di siang hari, maka ia akan hilang pada sore harinya. Tanpa jejak, dengan pintu kamar yang terkunci.
Keesokan harinya, anak-anak itu ditemukan bergelimpangan di jalan-jalan utama pulau. Telentang. Tanpa luka sedikitpun. Mati. Penduduk pulau geger, dan langsung diketahui bahwa ini adalah sihir. Tetapi siapa yang mengirimnya? Untuk apa? Kenapa pula menyasar anak-anak pulau ini?
Keesokan harinya, anak-anak itu ditemukan bergelimpangan di jalan-jalan utama pulau. Telentang. Tanpa luka sedikitpun. Mati. Penduduk pulau geger, dan langsung diketahui bahwa ini adalah sihir. Tetapi siapa yang mengirimnya? Untuk apa?
Keesokan harinya, anak-anak itu ditemukan bergelimpangan di jalan-jalan utama pulau. Telentang. Tanpa luka sedikitpun. Mati. Penduduk pulau geger, dan langsung diketahui bahwa ini adalah sihir. Tetapi siapa yang mengirimnya?
Keesokan harinya, anak-anak itu ditemukan bergelimpangan di jalan-jalan utama pulau. Telentang. Tanpa luka sedikitpun. Mati. Penduduk pulau geger, dan langsung diketahui bahwa ini adalah sihir.
Keesokan harinya, anak-anak itu ditemukan bergelimpangan di jalan-jalan utama pulau. Telentang. Tanpa luka sedikitpun. Mati. Penduduk pulau geger.
Keesokan harinya, anak-anak itu ditemukan bergelimpangan di jalan-jalan utama pulau. Telentang. Tanpa luka sedikitpun. Mati.
Keesokan harinya, anak-anak itu ditemukan bergelimpangan di jalan-jalan utama pulau. Telentang.
Keesokan harinya, anak-anak itu ditemukan bergelimpangan di jalan-jalan utama pulau.
Anak-anak bergelimpangan.
Anak-anak bergelimpangan.
Anak-anak bergelimpangan.
Ada apa sebenarnya?
Ada apa?
Ada?
Apa?
Sebenarnya?
Pada malamnya, seorang penduduk, yang kehilangan anaknya karena peristiwa itu mengalami mimpi. Sang penunggang kuda putih datang kepadanya, dan memberikan sebuah pertanda mengenai bencana yang menimpa pulaunya.
Pada malamnya, seorang penduduk, yang kehilangan anaknya karena peristiwa itu mengalami mimpi. Sang penunggang kuda putih datang kepadanya, dan memberikan sebuah pertanda mengenai bencana yang menimpa.
Pada malamnya, seorang penduduk, yang kehilangan anaknya karena peristiwa itu mengalami mimpi. Sang penunggang kuda putih datang kepadanya, dan memberikan sebuah pertanda mengenai bencana.
Pada malamnya, seorang penduduk, yang kehilangan anaknya karena peristiwa itu mengalami mimpi. Sang penunggang kuda putih datang kepadanya, dan memberikan sebuah pertanda.
Pada malamnya, seorang penduduk, yang kehilangan anaknya karena peristiwa itu mengalami mimpi. Sang penunggang kuda putih datang kepadanya.
Pada malamnya, seorang penduduk, yang kehilangan anaknya karena peristiwa itu mengalami mimpi. Sang penunggang kuda putih datang.
Pada malamnya, Sang penunggang kuda putih datang.
Sang penunggang kuda putih.
Penjuru pulau gempar, menemukan firasat yang aneh-aneh.
Penjuru pulau gempar, menemukan firasat.
Pulau gempar, menemukan aneh-aneh.
Pulau gempar, menemukan kuda putih.
Pulau gempar, menemukan sang penunggang.
Pulau gempar.
Ada apa sebenarnya?
Ada apa?
Ada?
“Tolong...!”
Ratusan tahun kemudian, berdirilah pemukiman modern diatas kepulauan itu.
Ratusan tahun kemudian, berdirilah pemukiman modern diatas kepulauan itu.
Ratusan tahun kemudian, berdirilah pemukiman modern diatas kepulauan itu.
Ratusan tahun kemudian, berdirilah pemukiman modern diatas kepulauan itu.
Ratusan tahun kemudian, berdirilah pemukiman modern diatas kepulauan itu.
Ada kita diatasnya. Berspekulasi tentang masa lalu, dan apa yang terjadi diatasnya. Sebelum kita, banyak yang terjadi. Hubungan antara kuda putih. Sang penunggang kuda putih. Sihir. Bencana. Anak-anak bergelimpangan. Kegemparan pulau. Kita bertanya-tanya:
Ada apa sebenarnya? (Jawab pertanyaannya!)
Ada apa? (Sudah kubilang jawab dulu pertanyaannya!)
Ada? (Adakah jawabnya?!)
Ada kita diatas sang penunggang kuda putih. Ada kita diatas sihir. Ada kita diatas kegemparan pulau. Ada kita diatas anak-anak yang bergelimpangan.
Kita pasti bertanya-tanya, kenapa ini menjadi bias. Kita pasti bertanya-tanya, kenapa ini menjadi. Kita pasti bertanya-tanya, kenapa ini. Kita pasti bertanya-tanya, kenapa. Kita pasti bertanya-tanya. Kita pasti.
Kita.
Dan inilah masa kita, bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar