Selasa, 16 Agustus 2016

Kala Utsman Dikepung Demonstrasi

Khalifah Utsman yang lembut, penyayang, dan tua. Dua puteri Rasulullah diperistrinya. Ia mendekati usia 82 tahun. Pada akhir pemerintahannya, ia dituduh mengangkat pejabat dari keluarganya sendiri, mengambil harta baitul-mal dengan cara haram, dan serangkaian ketidakmerataan pembangunan.
Maka terjadilah, ada suara-suara gelap, jahat, dan fasik; suara-suara itu berhasil mengumpulkan massa aksi dari 3 tempat: Kufah, Basrah, dan Mesir. Ketiga massa aksi itu berakumulasi tepat di luar pagar Madinah yang lugu dan sederhana.
Apa tindakan khalif Utsman terhadap demonstrasi pertama dalam sejarah Khulafaur-Rasyidin itu?
Tak ada. Tak ada razia ke rumah-rumah, tak ada penangkapan-penangkapan mereka yang distabilo. Apalagi, remeh-temeh kecaman.
Ketika sebagian sahabat dari militer menawarkan penjagaan pasukan, Utsman menolak. "Mereka muslim," katanya.
Utsman hanya dijaga oleh putera-putera sahabat Rasul. Tanpa senjata perang.
Pada suatu kali, Utsman berkesempatan mengklarifikasi dari sebuah mimbar, yang intinya: "adakah kalian melihat, aku mengerjakan amalan ahli neraka?"
Jamaah terdiam. Betul; cara terbaik menghadapi tuntutan masyarakat, adalah dengan tampil dan bicara.
Khalif Utsman yang menghadapi situasi fitnah dengan damai sekali; tak ada pengumuman-pengumuman publik bahwa si A bersalah, si B buronan, atau ancam-mengancam. Bahkan yang keluar, adalah doa-doa pengasihan...
Akan tetapi, demonstran tetap bertahan. Madinah semakin mencekam.
Ath-Thabari, seorang ahli fikih dan sirah kenamaan, menganalisis ini dengan tajam sekali dan akhirnya sejarah yang ia tulis membuktikan bahwa tuntutan para demonstran itu hanya persoalan salah paham yang dikangkangi musuh islam.
Bahkan sampai akhirnya gedung kediamannya diserbu, dan akhirnya Utsman dibunuh, karena muslihat suara-suara gelap itu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar