Selasa, 16 Agustus 2016

Prajurit Tua dan Imannya

Prajurit tua. Ammar Ibn Yasir. 90 tahun umurnya. Tangannya gemetar ketika memegang pedang. Usianya yang tua dihabiskan sebagian bersama rasul, sebagian bersama para Khalifah.
Dialah, yang oleh Rasulullah disebut, "Iman telah menyatu dari ujung rambut sampai ujung kaki Ammar..." Kepadanya sebuah ayat Al-Qur'an diturunkan, ketika pada masa mudanya, ia disiksa dengan siksaan terkeras, karena beriman.
Ibunya adalah syahiidah pertama dalam islam, Sumayyah, r.a. Dibunuh dihadapannya.
Tentang akhir hayatnya, Rasul memberi nubuat: "Engkau, wahai Ammar, akan dibunuh oleh kelompok pendurhaka..."
Prajurit tua. Ia tetap menyertai kebenaran sampai ujung hayatnya: ikut serta dalam perang Jamal dalam usia 88 tahun, antara Khalifah Ali melawan Ummul Mukminin Aisyah.
Menyertai Ali dalam perang Shiffin, dalam usia 90 tahun. Dan terjadilah, beliau gugur di tangan pendurhaka dari pasukan Gubernur Syam, Muawiyah...
Prajurit tua itu tidak mengatakan, "Sudah saatnya undur dan mendidik generasi baru..."
Tak sekalipun dia berkata, "Sudah saatnya yang muda-muda..."
Baginya, perjuangan adalah manifestasi iman. Ia, saksikanlah, tetap tegak sebagai prajurit tua yang luarbiasa, yang bahkan gugur tidak di pembaringan, tetapi di medan perang bersama pedangnya...
Sebagaimana, banyak orang-orang hebat di kampus kita yang dengan alasan akademik atau usia, undur dari kewajibannya, tanpa bergerak melakukan apa-apa, semacam, perujudan dari judul besar "mereka yang berguguran di jalan dakwah..."
Seneng
Nanggepi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar