Selasa, 16 Agustus 2016

Khalifah Utsman dan Kita Hari Ini

Madinah genting. Kota Nabi yang sederhana itu, dikepung dari beberapa penjuru. Demonstran bersenjata dari Basrah, Mesir, dan Irak, datang menuntut pemakzulan Khalifah Utsman Ibn Affan.
Utsman yang tua, merenung. Ia ingat benar sabda Nabi padanya, "Jangan sekali-kali melepaskan baju yang sudah dikenakan padamu!", jangan melepaskan jabatan.
Ditambah, situasi yang dikendalikan tangan-tangan gelap. Ia dirundung tuduhan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Suara-suara tanpa nama dan wujud, yang mengembus isu. Mirwan, sekretaris kekhilafahan, malah membuat surat palsu yang memberitakan pembunuhan seorang kepala demonstran, atas nama Khalifah.
Di tengah situasi semacam itu, Utsman menolak penggunaan pasukan bersenjata, dan hanya menggunakan masyarakat sipil sebagai jaga malam. Ia tak mau membunuh sesama muslim.
Dan terjadilah tragedi itu: Utsman dibunuh, demonstran merangsek ke gedung kediamannya lewat atap, dan menembus penjagaan putera-putera para sahabat di pintu.
Terbunuhnya Utsman akan meninggalkan bekas luka yang lama sekali sembuhnya dalam sejarah, namun memberikan pelajaran berharga: jangan ada tangan-tangan keruh, di tengah situasi politik, untuk sekedar:
Rebutan jabatan kelas receh di kampus atas nama umat, apalagi sekedar eksistensi diri dan syirik haroki!
Korban politik akan terus berjatuhan, dan biaya yang dikeluarkan begitu besar, atas nama: pemuasan hasrat jabat-menjabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar