Ah;
rupanya
Ada
yang berganti rupa
Tanah
hutan menjadi lebih berlumut namun berbahaya
Menggelincirkan
pelintas, memangsa semut-semut dan tanah cahaya
Daun-daun
mati masih menimpa lantai hutan
Namun
tanpa cendawan pemakan daun
Yang
melapukkan lalu menyuburkan pemandangan
Ada
yang berbeda kita pernah bersama menanam disana
Kau
sering bertanya, apa warna daun, apa warna awan
Dalam
hutan, teman?
Aku
menerka jawaban apa yang kamu mengerti lalu kujawab,
Selintas
warna dalam matamu, itulah warna daun yang jatuh
Menerpa
lalu menghumus dimangsa cendawan
Seberkas
sinar hatimu, itulah awan, karena
Awan
dalah langit yang luas dan membiru
Tenang
seperti kala kita belum berganti rupa,
Teman
Daun-daun
mati memang masih menimpa lantai hutan
Namun
mengering menghalangi langkah kita
Menggambut,
mengabarkan air menyusut
Hilang
sejuk hilang larut
Aku
terka; kamu kecewa?
Aku
terka, kamu terluka
Ya,
Teman?
13
Oktober 2011-Nurullah Ritski Jatiningsih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar