Malam
itu, ada yang terus mengetuk pintu. Di luar gerimis dingin sekali.
“Siapa?”
tegurku.
Aku
tak melihat siapa-siapa di jendela.
“Siapa
ya?” kataku lagi.
Aku
menutup tirai, dan teleponku berdering. Sebuah pesan singkat:
“Aku
pulang lagi. Kau terlalu kesepian sekarang. Kuhubungi nanti,” kata masa kecilku
yang lama tak berkunjung.
Aku
jadi termenung sendiri, jangan-jangan “Kalau kau dewasa, kau kena kewajiban
cari artinya bahagia” kata ibu dulu
Artinya
aku harus bukakan pintu
Setiap
suara masa kecil yang gaib
Datang
berkunjung, lalu bercanda lagi dengannya.
Tapi
masalahnya, cuma jadi ada dua anak kecil—satu gaib, satunya agak gaib—ngobrol
di ruang tamu.
Ah,
tidak.
Di
ruang hati ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar