Semarang
yang riang: hujan turun lamat-lamat. Dingin bertandang; ada kata yang tak
sempat disampaikan bahwa
Kotaku
teramat sepi. Aku melihat orang-orang berjalan tapi tak pernah kembali.
Aku
melihat anak-anak bermain tapi tak pernah kembali—apa yang terjadi?
Ah;
anak-anak manja. Kau harusnya bisa memperhitungkan bagaimana anak-anak Semarang
bercakap-cakap dengan kotanya: Pagi,
saudara,
sudahkah kau menyeka wajah, menyambut jalan raya yang ramai, dan kekasihmu yang
tangkas itu memanggilmu
kau
tentu paham sebenar-benarnya: kotaku, ah, kota kita
terlalu
sepi. Tak ada yang mengganggu jika aku memelukmu, mengecupmu, atau mempermainkan kedua tanganmu
pada kedua tanganku
kau
tak pernah tahu, kan,
kalau
aku mencintaimu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar