Rabu, 01 April 2015

Sajak Semarang

Semarang yang riang: hujan turun lamat-lamat. Dingin bertandang; ada kata yang tak sempat disampaikan bahwa
Kotaku teramat sepi. Aku melihat orang-orang berjalan tapi tak pernah kembali.
Aku melihat anak-anak bermain tapi tak pernah kembali—apa yang terjadi?

Ah; anak-anak manja. Kau harusnya bisa memperhitungkan bagaimana anak-anak Semarang bercakap-cakap dengan kotanya: Pagi,
saudara, sudahkah kau menyeka wajah, menyambut jalan raya yang ramai, dan kekasihmu yang tangkas itu memanggilmu
kau tentu paham sebenar-benarnya: kotaku, ah, kota kita
terlalu sepi. Tak ada yang mengganggu jika aku memelukmu,  mengecupmu, atau mempermainkan kedua tanganmu pada kedua tanganku
kau tak pernah tahu, kan,

kalau aku mencintaimu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar